BAB 2

7.6K 797 8
                                    

Asmara menatap portofolio yang diletakkan salah seorang admin marketing di meja. Si rekomendasi sungguh bertalenta. Desain miliknya digunakan beberapa produk yang menguasai pasar, iklannya muncul dimana-mana, dan kreatifitasnya juga baik. Deri mengingatkan Asmara untuk lekas kembali ke kantor setelah meeting di jam makan siang tadi karena dia harus ikut bertemu si rekomendasi. Sambil membenahi make up, Asmara melihat-lihat portofolio itu lagi. Hanya saja dia tidak menemukan CV si rekomendasi.

"Pian, CV-nya nggak ada ya?" tanya Asmara pada admin marketingnya melalui interkom kantor.

"Nggak ada, Mbak. Tadi Pak Deri cuma kasih saya portofolio saja," ujar Pian.

Ale. Namanya Ale. Asmara membaca setiap sudut halaman portofolio itu dan menemukan sign nama Ale disitu.

"Mbak, interview-nya dimulai lima menit lagi. Pak Deri bilang Mbak Asmara duluan saja ke ruang meeting," lanjut Pian.

"Oke, thank you, Pi." Asmara menutup interkomnya.

Asmara merapikan bajunya, mengenakan kembali blazer, dan membawa portofolio itu menuju ruang meeting. Sesekali dia mengecek agendanya untuk memastikan beberapa pertanyaan yang akan diajukannya. Pertanyaan-pertanyaan itu sendiri berkaitan dengan kemampuan bekerjasama si rekomendasi dengan rekan-rekannya dulu. Tentu saja itu perlu, mengingat ke depannya Asmara yang akan menjadi rekan barunya. Kalau bisa, Asmara ingin seseorang yang praktis dan cepat tanggap. Mengingat bagaimana Adi memuji kinerja si rekomendasi, seharusnya dia termasuk praktis dan cepat tanggap kan?

Ketika mendekati ruang meeting, Asmara melihat seorang lelaki berdiri merapat ke jendela dan mengenakan earphones. Dia mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna hitam-hijau lumut yang terurai keluar dirangkap jaket jeans belel. Celana jeans belel, sepatu boots, dan beberapa aksesoris gelang dan jam tangan di pergelangan tangannya yang menggenggam ponsel. Pria itu menunduk menikmati musik, tapi dari jauh Asmara bisa memastikan dia agak gondrong, rambutnya dikuncir sembarangan dan memiliki jambang panjang serta brewok. Berantakan sekali untuk ukuran orang yang akan interview.

Pria itu sepertinya merasa sedang diamati dan perlahan mengangkat kepala, akhirnya tatapan mereka bertemu. Pria itu tertegun melihat Asmara begitupula sebaliknya. Mereka saling mengamati seolah saling mengenal. Kurang dari dua meter, Asmara menghentikan langkahnya.

"Kamu—" ujar keduanya berbarengan sambil saling menunjuk.

"Rara? Asmara?" Pria itu berdiri tegak kemudian mendekati Asmara.

Asmara sangat terkejut. Tubuhnya menegang dan mulutnya sedikit terbuka meskipun tidak ada kata yang keluar.

Jadi.. Ale itu Kahale? Kahale yang ....

Senyum pria itu merekah, menunjukkan lesung pipitnya yang dalam.

"Hai, apa kabar?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Asmara sempat menunduk untuk menatap tangan yang terulur itu sebelum membalas jabatan tangan Kahale.

"Baik," ujar Asmara canggung.

"Kerja di sini juga, Ra?" Alis tebal Kahale terangkat dan matanya mengedar ke sekeliling ruangan.

"I-Iya. Kamu yang mau interview?"

Di dalam hati Asmara mengumpati dirinya sendiri yang tergagap dan kikuk.

"Iya. Nah itu yang kamu pegang portofolio aku," Kahale menunjuk portofolio dalam pelukan Asmara.

Asmara tersenyum simpul dam melirik portofolio di pelukannya

"Kamu yang interview aku ya? Wah, gak nyang—"

Mengejar Asmara [PINDAH PLATFORM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang