Bagian 01 : Anjangsana Alka [1/3]

224 90 6
                                    

"Kesini lu makhluk sialan!"

Teriakan barusan hanyalah pengiring, remaja lelaki berseragam sekolah itu berlari kencang, dan seluruh jari-jari tangan memegang bambu runcing dengan erat. Hingga setelah beberapa meter terlewati, mulai lah ia mengarahkan bambu runcing lurus ke arah tubuh sesosok makhluk tak kasat mata.

Bambu runcing menancap tepat pada tubuh makhluk tak kasat mata yang berwujud manusia. Perlahan, cahaya terang menyeruak dari sosok tersebut. Terang dan semakin menyilaukan, hingga akhirnya memaksa sang remaja lelaki untuk menutup mata rapat-rapat.

Tak lama cahaya mulai meredup dan sosok itu pun menghilang pula. Remaja tersebut menurunkan kembali bambu runcingnya yang semula masih dalam posisi menusuk roh, ia sekaligus memasukkan senjatanya ke dalam tas silinder atau biasa disebut holster khusus bambu runcing, yang tergantung di pinggangnya.

"Pengiriman roh menuju akhirat, selesai," ujarnya. Ia beranjak dari posisi semula, berjalan menuju sebuah sepeda motor yang terparkir beberapa meter di belakangnya.

Jaket tersampir di atas kepala sepeda motor segera diraih tanpa ragu. Remaja itu sekedar mengenakan jaketnya, tanpa menutup resleting di bagian depan. Ia segera mengambil posisi guna menunggangi kuda besi favoritnya, namun sebelum sempat menaikkan jagang motor, nada dering dari ponsel di saku celana memaksanya menghentikan langkah.

"Saya Zazie Achalendra. Ada apa ya, Pak Yudis?" Kalimatnya mungkin terdengar penuh sopan santun, akan tetapi sebelum sosok di balik telpon sempat berbicara, ia sudah memotong pembicaraan terlebih dahulu. "Tenang aja Pak, setelah misi selesai saya langsung pulang kok. Ini aja saya udah nangkring di atas motor, mau otewe pulang," ujarnya dengan nada santai, seakan-akan berbicara dengan teman sebaya.

"Eh, bentar-bentar, Zie. Kamu jangan pulang dulu, balik ke sekolah dulu gih," ujar sosok di balik telpon.

"Loh kenapa?"

"Udah, cepetan!"

Tak banyak bicara lagi, Zazie segera berpamitan dan meminta izin untuk mematikan panggilan suara. Lelaki itu meraih helm di atas kaca spionnya, tak lupa untuk mengenakannya pula, ia menyalakan mesin motornya lalu segera melesat cepat di tengah jalanan.

Setelah melewati perjalanan yang memakan waktu beberapa menit, Zazie akhirnya berbelok di sebuah area. Di depannya terdapat gapura besar bertuliskan, 'SMA NEGERI 2 PARE'. Zazie memasuki tempat parkir dan meletakkan sepeda motornya di sembarang tempat. Maklum, jika hari sudah mulai gelap seperti ini, parkiran cenderung sepi, sehingga tak ada salahnya jika Zazie asal memarkirkan sepeda motornya.

Lelaki itu meletakkan kembali helm ke atas kaca spion, setelahnya ia segera berjalan memasuki area sekolah. Wilayah sekolah yang sangat luas ini membuatnya memakan waktu cukup lama hanya untuk mencapai ruangan tujuan. Kakinya terus melangkah hingga akhirnya terhenti di sebuah ruangan, dengan sebuah papan nama yang bertuliskan, 'Markas Inti Candramawa'.

Zazie membuka pintu tanpa ragu, "Selamat malam," ujarnya.

Para penghuni ruangan kompak menjawab, "Selamat malam." Tak banyak orang hadir, hanya ada tiga orang di sana. Pak Yudis selaku pembina Candramawa, Rakka si teman se-extra serta seangkatannya, dan seorang gadis asing.

"Duduklah Zazie, ada informasi penting kali ini," ujar Pak Yudis.

"Kenapa nggak besok aja Pak? Bentar lagi udah mau malem." Zazie berjalan mendekati meja berisi tiga orang tersebut. Ia duduk di sebelah gadis asing. Sesaat dirinya sempat menatap gadis itu sebelum kembali fokus pada guru muda di hadapannya.

"Kita nggak punya banyak waktu, setelah ini juga kalian ada misi."

"Misi? Malem-malem gini?" Zazie yang semula masih terlihat tenang-tenang saja kini mendadak kaget setengah mati.

Eunoia RonWhere stories live. Discover now