Cinta Dalam Diam..

94 10 1
                                    

Ketika cewek dan cowok bersahabat, pasti salah satunya ada yg memendam rasa

Pernah dengar kalimat itu? Kamu pernah mengalami persis seperti kalimat di atas?

Bayangkan,

Kamu baru lulus SMA dan sudah diterima di perguruan tinggi di kotamu. Tentu kamu sangat bersemangat.

Malam itu, kamu diundang masuk ke group chat kampusmu. Kamu memperkenalkan diri di group itu. Banyak orang yg membalas pesan yg kamu kirim, tetapi ada satu orang yg berbeda, dia membalas dengan ejekan. Kamu tertawa dengan ejekan itu, "menarik" batinmu.

Tak lama, pemberitahuan personal chat muncul dihandphone-mu. Nomor tak di kenal, ah, lelaki tadi.

"Maaf ya, aku ejek kamu"

Tulisnya.

Senyummu mengembang. Kamu membalas pesannya

"Gak mau dimaafin pokoknya!", katamu disertai emot ketawa.

Kalian terus saling berbalas pesan. Karena perbincangan yg seru, tak sadar kalian bertukar pesan hingga larut malam. Dan kamu tau, dia merantau disini, tak memiliki teman, maupun keluarga.

Keesokan harinya, hal itu terulang kembali. Dia memulai chat, entah itu langsung mengirim pesan, atau membalas story-mu. Kalian semakin dekat, kalian menjadi rekat.

Entah bagaimana bisa, kalian sudah menjadi sahabat. Kalian sama-sama nyaman untuk mengobrol satu sama lain, bahkan ketika kalian belum pernah bertemu. Setiap hari, kalian berbagi cerita, mengungkapkan apa yg kalian sukai dan tidak, menceritakan kisah masa lalu kalian, dan saling menelpon satu sama lain. Sedekat itu.

Setelah beberapa lama kenal dan dekat, kamu dan dia tak sengaja bertemu. Kamu menatap sosoknya yg membelakangimu, tak malu untuk memanggil karena sudah terbiasa dengannya.

Kalian ngobrol santai, kamu bahagia karena sudah bisa melihat wajahnya, wajah orang yg selama ini menjadi sahabat di dunia maya. Dia juga kelihatannya sama, dia terlihat tak pernah berhenti memperlihatkan senyumannya.

Setelah itu, kalian semakin dekat, sebagai sahabat tentunya. Dia bercerita soal kesusahannya di tanah rantau karena tak ada yg memasak untuknya. Kamu tertawa dan mengatakan "Tenang, Ibuku, Ibumu kok".

Semakin hari kalian semakin dekat, hingga disebuah kondisi, kamu merasa tatapan matanya lebih dalam dari biasanya, senyumnya tidak seperti sebelumnya. Dia menjadi lebih.. menarik?

Sebelum kamu sadar, kamu sudah jatuh pada pesonanya. Ya, kamu jatuh hati padanya, pada sahabatmu.

Kamu tau itu salah, tapi hatimu seolah punya otak sendiri. Hatimu terus memupuk cinta. Tapi kamu tau, cintamu akan jadi cinta diam-diam, entah sampai kapan.

Semakin hari rasa sukamu semakin besar. Beruntung, kamu selalu punya cara untuk menutupi perasaanmu di depan dia. Kalian seperti biasa, nyaman satu sama lain, sebagai sahabat.

Tibalah dia bercerita tentang perempuan yg disukainya. Patah, sakit sekali rasanya. Padahal dia bukan milikmu, tapi, rasanya sakit sekali sampai kamu tidak sanggup mendengar ceritanya dan langsung mematikan telpon.

Lagi, kamu mengingatkan dirimu untuk tidak berharap padanya. Untuk tetap melihat dia sebagai sahabat. Kamu menguatkan hati untuk mendengar ceritanya, memberi beberapa saran untuk mendapatkan gebetannya.

Hingga, suatu malam ia menelponmu, memberikan kabar bahagianya. Dia berhasil mendapatkan perempuan yg ia suka, ia bahagia, ia berterima kasih padamu. Tapi kamu, rasanya hancur sudah semua duniamu. Tapi, kamu harus meresponnya, lalu kamu mengucapkan selamat padanya, sambil mengusap air matamu sendiri.

Akhir yg membuat kamu patah, sakit.

Begini,

Cinta diam-diam, akan berakhir dengan jatuh cinta sendirian. Cinta diam-diam hanya akan membuatmu bahagia, berharap, dan juga patah hati sendirian. Sakit? Sudah pasti. Tapi itu sudah pilihan.

Kamu yg awalnya memilih untuk hanya memendam, dan jatuh cinta diam-diam, akhirnya, akan menjadi patah sendirian.

Hayoo... Jangan nangis itu yg dibalik selimut!

Ada yg pernah ngalamin kisah kayak yg aku ceritain di atas? Kayaknya semua pernah deh, wkwk.

Udah ya, mau nugas dulu. Lopyu!

-Aku-

09 Sept '19

Theory Of Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang