#20

7.4K 369 1
                                    

Setelah kejadian baru saja terjadi, Franc pun jadi terus teringat, dengan apa yang Rebecca katakan. Dan menurutnya, tidak mungkin jika kakaknya seperti itu, tapi kenapa kakaknya, malah pergi begitu saja, sebelum ia sadar?

Tapi tidak jauh di depan sana, Dervla melihat Franc yang sedang berjalan, sambil menundukkan kepalanya, "Franc? Kau sudah sadar?" gumamnya, dengan satu alisnya yang terangkat. Tapi rupanya, hal tersebut didengar oleh Franc, hingga membuat pria itu, langsung mengangkat kepalanya.

Segera Dervla berjalan menghampiri Franc, dan berdiri di depannya, "Franc, kau baik-baik saja kan?" tanyanya, sambil menatap Franc, dan disertai dengan senyuman, yang terukir di wajahnya.

Namun Franc malah menatapnya dengan datar, dan tak seperti biasanya, "Ya, aku baik-baik saja" jawabnya.

Dahinya Dervla pun langsung mengerut, saat melihat raut wajahnya Franc. Lalu ia kembali menyunggingkan senyuman, dan berkata, "Syukurlah, karena tadi aku begitu mengkhawatirkanmu".

"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku" ujar Franc, yang tetap saja datar. Dan kemudian, ia segera melanjutkan langkahnya, dan meninggalkan Dervla, yang masih terdiam di sana.

Melihat hal tersebut, membuat Dervla jadi terheran, karena sikapnya Franc terhadapnya, yang mendadak berubah seperti itu, "Ada apa dengannya? Dan kenapa, ia jadi dingin seperti itu?" gumamnya, sambil memperhatikan punggungnya Franc. Lalu dengan berat, ia menghela nafasnya, dan berjalan menaiki tangga, untuk menuju kamarnya.

Setelah sampai di kamarnya, ia pun berjalan ke arah jendela, dan berdiri di dekat sana. Lalu ia menatap keluar, sambil memikirkan Franc, yang mendadak menjadi dingin, seperti itu.

"Aku masih bingung, kenapa Franc jadi seperti itu? Apakah aku melakukan kesalahan?" batinnya.

"Atau sebaiknya, aku menemui Joe saja? Sambil mencari mangsa" gumamnya. Ya, kini ia merasa membutuhkan teman bicara, tapi ia tak mau, jika harus membicarakannya pada Rebecca, karena sudah pasti, wanita itu akan mengabaikannya.

Tanpa berlama-lama berpikir, ia pun langsung melompat dari jendela itu, dan terjun ke bawah. Dan setibanya di bawah, ia langsung berjalan, memasuki hutan belantara.

Dervla pun terus saja berjalan, sambil memperhatikan sekitar, untuk mencari Joe. Dan saat ini, ia lupa dengan pesannya Franc, untuk tidak menemui Joe lagi. Karena ia terlalu sibuk memikirkan Franc, yang mendadak jadi dingin.

Tak butuh waktu lama baginya, untuk menemukan pria itu, karena di depan sana, ia melihat Joe, yang sedang bersandar di sebuah pohon. Dervla pun segera mempercepat langkahnya, dan berjalan menghampiri Joe.

"Joe!" ucapnya, sambil menepuk bahunya pria itu.

Karena terkejut, Joe pun langsung menoleh ke arah sumber suara, dan dapat ia lihat, Dervla yang berada di sebelahnya, "Dervla? Aku kira, kau tak akan ke sini lagi" ucapnya.

Namun Dervla hanya tersenyum begitu tipis, tanpa mengatakan apa-apa.

Dan hal tersebut, membuat Joe menjadi bingung, dan mengerutkan dahinya, "Ada apa denganmu? Kenapa, kau terlihat seperti tidak bersemangat?" tanyanya.

"Tidak ada apa-apa, hanya saja, aku sedang memikirkan Franc, yang mendadak jadi dingin" jawab Dervla, sambil menundukkan kepalanya.

"Mendadak jadi dingin? Memangnya kenapa?" tanya Joe kembali.

Perlahan, Dervla menggelengkan kepalanya, dan memalingkan pandangannya, dari Joe, "Tidak tahu, mungkin ia marah padaku. Dan sepertinya, ia sudah tak mengganggapku lagi" jawabnya.

Mendengar jawabannya gadis itu, membuat Joe menghela nafasnya dengan kasar. Lalu ia memegang bahunya Dervla, dan mengusapnya dengan lembut, "Tidak mungkin, jika ia seperti itu, mungkin saja ia sedang ada masalah" ujarnya.

"Entahlah, aku pun tak mengerti. Tapi, ia bukan seperti Franc, yang ku kenal" ucap Dervla, sambil mengangkat kedua bahunya.

Sebuah senyuman pun mulai terukir diwajahnya Joe, lalu ia mengusap bahunya Dervla kembali, dan berkata, "Kau tenang saja, Dervla. Karena ku yakin, kalau ia jadi seperti itu, karena sedang ada masalah, bukan karena ia membencimu".

Namun hanya dengan sebuah anggukkan, Dervla menjawabnya. Tapi tiba-tiba, terdengar suara dari balik semak belukar.

"Suara apa itu?" tanya Dervla, yang langsung menoleh, ke arah sumber suara.

Joe pun langsung menggelengkan kepalanya, dan berkata, "Entahlah, tapi sebaiknya kita lihat saja".

"Baiklah, ayo!" ajak Dervla, sambil menggangguk setuju.

Dan kemudian, mereka segera berjalan, menuju semak belukar tersebut, yang berada tak jauh, di sisi sebelah kiri mereka.

Setelah sampai di dekat semak belukar itu, mereka berdua langsung menghentikan langkah, dan menatap satu sama lain.

"Ayo, kita lihat bersama-sama" ujar Joe, dengan sangat pelan. Dan Dervla pun, hanya mengganggukkan kepalanya saja.

Dengan hati-hati, mereka segera melihat ke balik semak-semak tersebut. Namun betapa terkejutnya mereka, saat melihat. . .













To be continue. . .

Tueur de Vampire [COMPLETE]Where stories live. Discover now