[C H A P T E R F I V E] : ‹ THE QUEEN {1} ›

69 13 0
                                    

“I mad to myself,
I am the one who you believe,
but I don't know even the little things about you.”

~Thyr

-

Pagi hari yang cerah, Sherie memutuskan untuk berjalan mengelilingi kastil Cavylads ditemani oleh dua pelayan pribadinya. Kedua pelayan itu diperintahkan oleh Rashie untuk selalu mengawal Sherie kemanapun Sherie pergi. Dan hal itu tak ayal membuat Sherie merasa jengah karena diikuti kemanapun dirinya pergi.

"Bagian sayap kiri ini merupakan taman yang dibangun atas desain pilihan Yang Mulia Ratu. Namanya adalah Cavylake Garden." Jelas salah satu pelayan.

"Aku ingin kesana, ayo temani aku." Ajak Sherie semangat.

"Baik, Nona."

"Sudah kukatakan untuk jangan memanggilku dengan sebutan 'Nona', panggil saja 'Sherie'. Kita kan berteman."

"Baik, Sherie." Jawab kedua pelayan itu kompak.

"Bolehkah kita duduk di kursi itu?" Tanya Sherie seraya menunjuk sebuah kursi taman yang ada disana.

"Tentu, Sherie."

"Nama kalian siapa?" Tanya Sherie pada kedua pelayannya itu.

"Nama saya Lan."

"Nama saya Fen."

"Nah, sekarang Lan dan Fen duduklah di sampingku." Ucap Sherie sambil menepuk kedua tempat di kedua sisi kursinya.

"Ayo, aku tidak akan menyantap kalian, kok. Sarapanku tadi pagi sudah cukup mengenyangkan perutku. Jangan takut begitu." Ujar Sherie lagi saat melihat Lan dan Fen yang enggan duduk di sebelahnya.

Bujukan demi bujukan dilontarkan oleh Sherie, akhirnya Lan dan Fen menyerah dan duduk di sebelah Sherie.

Mereka hanya duduk di atas kursi taman yang berhadapan langsung dengan sebuah danau. Di tepi danau, tumbuh beberapa rumput dan bunga ilalang. Sementara di danau tersebut terdapat sekelompok ikan berwarna merah keemasan.

Karena penasaran, Sherie kembali bertanya kepada Lan dan Fen. "Apa nama ikan itu?"

"Namanya adalah Redcartes Fish."

Bukan Lan atau Fen yang menjawab, melainkan seorang pria dengan suara baritonnya.

Lan dan Fen yang melihat kehadiran pria itu buru-buru berdiri dan menunduk hormat seraya berkata, "Salam kami, Tuan."

Sedangkan Sherie yang masih duduk dan mendengar ucapan kedua pelayannya segera mengikuti sikap menunduk dan mengucapkan salam. Yah, walaupun dirinya tidak tahu siapa sebenarnya pria itu, tetapi tidak ada salahnya bersikap sopan kan? Terlebih mungkin saja pria itu orang penting.

"Tegakkan tubuh kalian kembali." Ucap pria itu. Ketiga gadis itu kembali menegakkan tubuh mereka.

"Tidak perlu menunduk seperti itu, mau kukatakan berapa kali, Lan, Fen. Kalian hanya perlu melakukan itu saat di depan Yang Mulia saja. Jika disini tidak perlu." Ujar pria itu. Wajahnya yang semula diwarnai senyuman kini sedikit meluntur.

"Baik, Tuan." Jawab Lan dan Fen.

Sementara Sherie, dirinya terdiam mendengar suara itu. Dirinya semakin bertanya-tanya, Siapa pria ini dan apa kedudukannya di kerajaan ini?

Satu hal yang Sherie yakin, pria di depannya ini bukanlah orang penting di kerajaan. Jika ia merupakan orang penting, tidak mungkin kemarin –saat di ruang pertemuan– Sherie tidak melihatnya, terlebih wajahnya yang rupawan. Ya, Sherie mengakuinya.

"Sepertinya ada wajah baru disini, dan menurutku Anda masih tidak mengenalku. Kalau begitu perkenalkan namaku Seith Randxell, siapa namamu?" Tanya Seith pada Sherie.

"Nama saya Sherie Archella, Tuan." Jawab Sherie dengan sopan.

"Jangan panggil aku seperti itu, aku merasa sudah tua. Panggil saja aku Seith." Ujar Seith pada Sherie.

"Baik, Seith." Jawab Sherie.

"Ini semua karena kalian, gara-gara kalian berdua, aku jadi dipanggil 'Tuan'. Bagaimana jika tidak ada yang mau bersamaku nanti? Bagaimana dengan penerusku? Aku tidak sudi jika hartaku nanti diberikan pada keponakanku. Oleh karena itu, aku melarang kalian mulai saat ini memanggilku dengan sebutan 'Tuan' ataupun 'Pangeran' saat tidak ada Yang Mulia Ratu atau bawahannya." Seith melontarkan kekesalannya pada Lan dan Fen.

Lan dan Fen hanya mengangguk seraya berkata, "Baik, Seith cerewet."

"Kalau begitu, Lan, Fen, bisakah aku meminjam 'nona kalian' sebentar?" Tanya Seith.

"Tidak, Yang Mulia Ratu meminta kami untuk menemani Nona Sherie setiap saat. Kami tidak akan meninggalkan Nona kami." Bantah Lan lalu berdiri didepan Sherie. Sementara itu, Fen juga ikut berdiri di depan Sherie sambil menyilangkan tangannya, tanda menolak.

"Sebentar saja, aku janji. Kalian bisa pegang janjiku. Jika kami belum kembali hingga gelap, kalian bisa membakar kastilku, jika ingin membakar semua saudaraku juga tidak apa-apa." Ucap Seith dengan nada sedikit memelas. Sherie yang mendengar hal itu melotot tak percaya, membakar saudaranya sendiri? Tega sekali.

"Tapi, Yang Mulia Ratu-

"Dia tidak akan tahu, bilang saja Nona Sherie sedang berjalan-jalan dan tidak ingin ditemani kalian. Atau kalian bisa cari alasan yang pas. Kumohon." Bujuk Seith.

Kini Sherie merasa bahwa dirinya merupakan sebuah benda yang diperebutkan oleh dua kubu. Pasalnya mereka tidak menanyakan kehendak Sherie, apakah dirinya mau mengikuti pria asing yang baru ditemuinya itu atau menuruti kehendak Rashie. Tapi ia memilih diam sampai saatnya ia bicara nanti.

"Maaf, Anda tidak bisa membawa Nona Sherie tanpa seizin saya." Tiba-tiba suara tegas menginterupsi mereka.

Mereka berempat kemudian menoleh dan menemukan Rashie yang berjalan mendekati mereka dengan Violanze disisinya.

"Salam kami, Yang Mulia Ratu." Lan, Fen, dan Seith menunduk hormat, kecuali Sherie.

Sherie telah dilarang oleh Rashie untuk menunduk hormat. Semalam, setelah Rashie menumpahkan segala keluh kesahnya pada Sherie, ia juga menyampaikan larangan itu karena salah satu hal yang membuatnya kesal adalah Sherie yang menunduk hormat padanya. Ia merasa diasingkan oleh kembarannya sendiri.

"Angkat kepala kalian, kecuali Pangeran Seith." Ucap Rashie.

Semuanya menuruti perkataan Rashie, termasuk Seith.

Rashie berjalan mendekati Seith, saat dirasa cukup dekat, sebuah tongkat –yang entah datang darimana– langsung mendarat mulus diatas kepala Seith. Bahkan terdengar suara ketukan yang cukup keras.

Hal itu langsung membuat sang empunya kepala meringis kesakitan, bahkan membuatnya sampai memegang kepalanya.

"Akibatnya membujuk orang lain untuk melanggar perintah dariku dan ingin membawa saudaraku tanpa seizin ku dan yang lebih parahnya, tanpa sepengetahuan diriku."

Selesai mengatakan itu, Rashie berjalan mendekati Sherie dan memeluk saudarinya itu.

"Jangan kemanapun tanpa seizinku apalagi tanpa sepengetahuanku dan jangan asal mengikuti orang yang baru kau temui." Bisik Rashie, terdengar nada tidak suka saat Rashie mengatakan hal itu.

"Baik, Rashie." Jawab Sherie balas berbisik.

"Jangan memanggilku dengan nama itu, karena...

...Namaku bukan 'Rashie'."

Lantas kembarannya itu berjalan menjauhi dirinya dan kembali ke kastil bersama Violanze. Berjalan meninggalkan Sherie –yang terdiam mematung menatap kepergian kembarannya yang masih misterius di pikirannya– dan ketiga makhluk di taman itu yang sedang berdebat.

Namanya bukan Rashie?

—————————————————
Published : Tuesday, 14 July 2020
—————————————————

Numpang promosi

Suka cerita academy? Mampir ke cerita saya Galaxyca Academy di Dreame dengan nama thy_marcia.

Udah itu aja, see you next chapter!

Twins Of Another DimensionWhere stories live. Discover now