"gak ada gunanya kamu baca ginian" ucap Biyan menarik ponselku dari arah belakang. Ia duduk di seat mobil tepat dibelakangku. Ia pasti tahu jika aku sedang membaca komentar-komentar fans disosial media.

"maafin aku ya, aku gak bisa nahan ego ku semalem" ucap Bima yang ada disamping Biyan. Wajah Bima sangat memendam penyesalan.

"titik masalahnya ada di aku" ucapku.

"udah gak usah nyalahin diri sendiri. Mungkin kita emang lagi diuji" ucap Biyan yang coba menenangkan suasana. "kalo pak Hitman gak bikin skenario ini, kita juga gak bakalan kayak gini" lanjutnya.

"karna masalah ini, perusahaan jadi kena imbasnya juga kan, biar pak Hitman ngerasain juga efek dari perbuatan dia sendiri" ucap Ray.

"aku denger, keuangan Hitbegin menurun 35% setelah berita kencan Rafin sama Reva keluar" ucap Biyan.

"aku juga denger berita itu, tapi aku gak tau pasti itu bener apa enggak" ucap Ray.

"kayaknya bener deh, inget gak kalian ? Jadwal kita jadi banyak perubahan, habis ada berita itu" tambah Bima.

"kamu bener-bener belum bisa ngekontak Reva, Fin?" tanya Biyan.

"belum" jawabku singkat.

----

Setibanya di perusahaan, aku bertemu dengan kak Sena di depan lobi, beliau sempat menanyakan tentang keadaanku.

"gimana? Udah mendingan?" tanya kak Sena.

"udah agak segeran kak" ucapku.

Hari ini kondisi kesehatan sangat berbeda dengan satu hari yang lalu. Setidaknya semalam aku bisa merasakan tidur nyenyak meski karna pengaruh obat.

"kalian langsung keruang meeting aja ya, aku mau ke ruang pak Hitman dulu" perintah kak Sena kepada kami bertujuh.

"pak Hitman? Dia ada diruangannya sekarang?" tanyaku yang sangat antusias mendengar pak Hitman yang ada diruangannya.

"belum, beliau baru diperjalanan, mungkin 10 menit lagi sampe" ucap kak Sena.

"yaudah kita ke atas dulu ya kak" ucap Yuta.

Kami pun segera menuju kelantai tiga, tempat ruang meeting berada.

---

Bima, Ray, Jo, Biyan dan Wiga memasuki ruang meeting. Aku berencana untuk menemui pak Hitman sebelum meeting dimulai, namun Yuta menyuruhku untuk segera masuk keruang meeting terlebih dahulu. Aku pun mendudukan tubuhku tepat disamping Bima.

"aku pengen ngomong serius sama kalian" ucap Yuta yang memasang wajah serius.

"aku bener-bener kecewa sama kalian. Aku kecewa sama kalian, karna kalian udah ngecewain fans kita yang udah setia dukung kita, yang gak jarang dari mereka, ngehabisin duit buat beli album kita, buat nonton konser kita, buat beli segala pernak pernik yang dikeluarin sama perusahaan kita. Apa segampang itu buat ngerusak repotasi kita yang lagi naik daun ini. Kalian gak inget gimana perjuangan kalian buat sampe dititik ini? aku ngerasa gagal jadi leadir buat kalian, kayak nasehat-nasehat yang aku kasih kekalian itu gak ada gunanya. " lanjutnya.

Seluruh ruangan terdiam mendengar penjelasan Yuta. Aku tahu Yuta sangat kecewa dengan apa yang terjadi semalam. Hal itu sangat terlihat di raut wajahnya.

"Jo, Bima, kalian sadar gak sih, apa yang kalian lakuin semalem itu bakal berakibat fatal banget buat karir kita. Apa kalian mau kayak gini terus? Apa kalian mau ngelanjutin grup ini dengan suasana yang kayak gini?" ucap Yuta dengan emosi yang semakin memuncak.

"Yuta, aku pengen ngomong" ucap Bima, memotong pembicaraan Yuta.

"silahkan" ucap Yuta mempersilahkan Bima untuk bicara.

"aku akuin kalo apa yang aku lakuin semalem bener-bener salah. Aku juga mau minta maaf khusunya buat Jo. Mungkin Jo bersikap kayak gitu karna beberapa ucapanku yang menyinggung perasaannya. Jujur aku nyesel banget karna gak bisa nahan amarah dan egoku. Aku harap, Jo, dan kalian semua bisa maafin kesalahanku semalem" ucap Bima, ia menundukan kepalanya selama ia bicara.

"aku juga mau minta maaf. Disini aku gak mau nyalahin siapa-siapa. Tapi jujur aku sakit hati banget sama apa yang diucapin Bima. Itu yang bikin aku gak bisa tampil semalem. Aku gak bisa ngontrol moodku. Jadi aku milih buat gak naik keatas panggung. Apalagi pas ada insiden aku jatoh, Bima sama sekali gak ngerespon aku. Gimana ya, oke aku tahu kita lagi ada masalah pribadi, tapi ya segimana bisa kita harus nutupin itu pas kita lagi kerja. Dan aku lihat, semalem Bima gak ada etika baik buat minta maaf, jadi yaudah buat apa aku tampil" ucap Jo.

"semalem aku gak bisa nahan emosi aku, suasana lagi gak enak juga, aku khawatir banget sama kondisi Rafin, ditambah sikap Jo yang kayaknya gak peduli sama Rafin" ucap Bima.

"siapa bilang Jo gak peduli sama aku. Kalo dia gak peduli sama aku, dia gak mungkin bela-belain pergi ke apotik jam 2 pagi beli obat perada sakit buat aku" ucapku.

"maksudnya?" tanya Wiga.

PERSONAWhere stories live. Discover now