Heartbreaker part I

Start from the beginning
                                    

"terus rencana agensi selanjutnya apa?" tanya Biyan.

"gak tahu, mereka susah ditebak. Mungkin bakal keluar berita aku bakalan nikah sama Reva" jawab ku dengan nada bercanda.

"heeei, itu gak bakalan terjadi Fin" ucap Ray.

Tak lama kemudian, Yuta dan Wiga memasuki ruangan sembari membawa beberapa botol minum.

"Fin, jangan terlalu dalam mikirin masalah ini. Kita gak mau masalah kemarin sampe ganggu kesehatanmu" ucap Wiga sembari memberi sebotol minuman untukku.

"kamu pasti semalem gak tidur ya gara-gara mikirin masalah itu?" tanya Yuta.

"enggak, siapa juga yang mikirin masalah gak penting itu. Semalem tidurku nyenyak kok. Malahan lebih nyenyak daripada tidur kalian" jawabku dengan nada sedikit angkuh.

"mulutmu bisa aja bohong Fin, tapi kantung matamu gak bisa bohong" ucap Ray.

"aku gak bohong, emangnya kapan sih aku pernah bohong sama kalian" ucapku.

"kapan? Sering kali Fin" ucap Biyan dan diakhir dengan tawa yang begitu keras.

"keliatan banget kamu tu kalo lagi bohong. Kamu tu paling gak pinter bohong Fin diantara kita semua" lanjut Biyan masih dengan dengan tawanya.

Aku kehabisan kata-kata untuk membalas pernyataan Biyan. Memang salah satu kelemahanku adalah tidak bisa berbohong kepada semua member BT25. Mereka selalu pandai membaca ekspresi wajahku ketika aku berbohong.

Sesi latihan dance hari ini selesai pukul 3 sore. Setelah itu kami langsung menuju ke salah satu stasiun televisi untuk melakukan syuting varity show. Badanku terasa sangat lelah sekali, padahal hanya ada dua jadwal. Wajah lelahku sangat terbaca oleh member BT25 lainnya. Bahkan mereka menyuruhku untuk istirahat dan tidak mengikuti syuting hari ini. Tapi aku mau tetap profesional dalam bekerja. Aku tidak mau mengecewakan fansku. Aku tetap bekerja menampilkan peformaku secara maksimal.

Hari ini jadwal kita selesai lebih awal dari hari biasanya. Kami semua memutuskan untuk mengakhiri jadwal hari ini dengan makan bersama di sebuah restoran ternama. Restoran ini sangat sering kami kunjungi. Aku duduk disamping Bima. Sembari menunggu pesanan datang, aku membuka ponsel ku untuk mengecek beberapa notifikasi. Hari ini aku sengaja tidak mengaktifkan dering notifikasi di ponselku, karna aku tahu, pasti para fansku masih tetap berusaha menghubungiku. Terlintas di fikiranku tentang keadaan Jeni. Sampai detik ini, aku belum mengetahui bagaimana kabar Jeni setelah ponselnya hilang. Aku yakin, diantara banyak nomer baru yang menghubungiku, pasti ada salah satu nomer baru Jeni. Kenapa tidak pernah terlintas dipikiranku untuk menghubungi nomer Ibuku. Betapa lamanya aku menemukan penyelesaian untuk satu masalah ini. Aku pun segera beranjak dari tempat dudukku dan mencari tempat yang sedikit sepi, untuk menelepon ibuku.

"halo nak, ada apa? Sudah lama kamu gak menghubungi ibumu ini. Lagi apa kamu sekarang nak?" tanya ibuku, setelah mengangkat telepon dariku.

"maafin Rafin bu. Akhir-akhir ini Rafin sibuk, ada waktu telepon malam hari saja, dan aku yakin Ibu pasti sudah tidur"

"iya nak, ibu mengerti. Kamu sehatkan disana?"

"iya bu, Rafin sehat. Rafin kangen sama ibu sama ayah. Sama jeni juga kangen. Ibu sama ayah sehatkan disana? Gimana sama rumah barunya. Ibu nyaman gak? Atau mau Rafin cariin yang lain lagi?"

"ayah sehat nak, ibu juga sehat. Kalo Jeni. Dia dari kemarin gak berangkat sekolah. Katanya dia lagi gak enak badan. Tapi ibu suruh kedokter dia gak mau. Apa mungkin jeni ada masalah disekolahnya. Dia gak pernah cerita sama ibu. Dia selalu terbuka cuman sama kamu Fin"

PERSONAWhere stories live. Discover now