Awal Felix mengenalnya tidaklah terlalu penting, karena sudah selama ini mereka berteman dan tanpa memiliki ingatan tentang perkelahian sangat parah adalah bukti bahwa hubungan pertemanan ini sehat-sehat saja. Namun, Felix sendiri tidak yakin sebenarnya, tapi belakangan ini Hyunjin seperti menciptakan jarak untuk mereka. Dan untuk beberapa (atau banyak) alasan, Felix tidak suka hal itu.

Mereka sedang duduk berhadapan.

"Tahu tidak?"

Felix di ujung bangku adalah yang memancing terlebih dulu. Hyunjin menyeruput kuah berbumbu itu dalam sunyi, sebelum ia berbalik menatap Felix dengan tatapan bertanya.

"Tahu apa?"

Felix menghembuskan nafasnya kasar, ia menyuap sesendok bersama gelenyar tidak nyaman. "Kamu kalau ada masalah itu ngomong."

Hyunjin tidak menangkap sepenuhnya pokok permasalahan yang coba diangkat Felix. Dahinya berkerut dalam, "maksudmu bagaimana?"

"Kamu dan perangai menyakitkanmu itu menggangguku." Felix berucap seperti itu dalam keadaan menunduk. Ujung jemarinya menumbuk permukaan meja, ia meninggalkan Hyunjin yang tengah memandangnya dengan tatapan terpecah.

Selagi Hyunjin belum merespon, Felix melanjutkan kalimatnya. Percaya saja, Felix sudah mencoba agar kata-katanya gampang dipahami. "Tapi akan lebih mengganggu jika aku pulang-pergi kuliah dan makan di kantin bersama orang yang sudah kukenal sejak lama, namun saat ini ia terasa seperti orang asing."

Felix hanya tidak tahu, bahwa anggapan kelakuan Hyunjin yang menurutnya menyakitkan tidak pernah sesakit apa yang dirasakan pemuda itu ketika mereka cuma saling berbicara.

Bahwa kelopak bunga yang dimuntahkannya setiap pagi akan lebih menyakitkan.

Bahwa Hyunjin yang tiba-tiba bergegas ke toilet lalu terbatuk-batuk di sana akan merasakan sakit yang kian bertambah meremas dadanya.

Tapi lagi-lagi Hyunjin merasa jika Felix tidak perlu tahu hal itu.

.

.

Uang saku pemuda itu untuk bulan ini cuma tinggal secukupnya saja. Benar-benar hanya cukup untuk bertahan hidup sampai ia kembali menerima kiriman dari orang tuanya. Salah Hyunjin juga yang mungkin terlalu baik hati hingga tidak tega menolak teman-temannya yang ingin meminjam uang dengan banyak janji perihal pengembalian yang cepat. Hyunjin paling tidak bisa melihat orang lain terdesak, Felix bilang itu adalah jenis kebodohan dari orang pintar sepertinya.

Hyunjin nyaris mendengus ketika tadi menemani Felix ke toko parfum untuk membeli hadiah. Lelaki itu terlihat sangat ambisius saat memintanya memilihkan satu pengharum dengan wangi yang ia inginkan. Harus feminin dan manis, tapi lembut. Hyunjin menyerah dan memilihkan satu, Felix tersenyum percaya dengan selera sang kawan. Jadi ia menerima saja pilihan Hyunjin.

Lelaki yang lebih jangkung merasakan sudut bibirnya berkedut kesal begitu mengetahui harga sebotol cairan itu. Felix terlalu membuang-buang uang! Hyunjin menegurnya, tapi Felix bilang ini tidak seberapa untuk orang yang ia sayangi.

Hyunjin meringis. Sayang, katanya?

Hyunjin bahkan selalu menyayanginya setiap hari.

INEFFABLE; hyunjin ft. felix || hyunlixWhere stories live. Discover now