Cerita Panji

353 11 0
                                    


Meski dadanya masih terasa sesak, namun dia tetap saja memaksakan diri untuk pergi.

" kau belum pulih prajurit, mungkin tiga sampai sepuluh hari lagi "

" aku dipanggil untuk perang, bukan untuk pengobatan "

" lalu kau mau kemana ? "

" mengikuti prajurit lainnya"

Jawaban yang terdengar agak sombong, namun itu adalah kenyataannya.

Dengan memaksa, Panik pergi meninggalkan tabib yang selama ini merawat luka dalam yang telah dia derita.

Menuju desa berikutnya, itu yang Panji tuju, karena di desa tersebut, dengan mata dan kepalanya sendiri ada prajurit Wirabhumi, pasti akan ada pertempuran disana.

" semoga aku bisa segera sampai disana, dan bergabung dengan para prajurit lainnya "

Dalam keadaan yang belum benar benar sembuh, Panik tidak bisa mempercepat langkahnya, walau dia sendiri berusaha untuk cepat melangkah.

" apa tidak ada pertempuran disini ? "

Dia tidak menemukan tanda tanda adanya pertempuran, meski jarak dengan desa tersebut hanya seperempat hari dengan berjalan kaki.

Sebuah pedati dengan ditarik seekor sapi yang muat sesuatu di gerobaknya, menggerakkan hati Panji untuk bertanya.

" mohon maaf kisanak, aku ingin bertanya "

Lelaki tua itu cuma diam dengan kedua matanya memperhatikan Panji, tidak ada senyum yang keluar dari wajahnya, namun goresan rasa lelah yang terlihat jelas.

" apa terjadi peperangan di desa itu "

Tanya Panji sambil jari telunjuknya menuju kearah yang akan dia tuju.

" lihat apa yang aku bawa di gerobakku "

Saat tahu isi gerobak tersebut, Panji langsung menutup matanya dengan tangan, seolah olah dia tidak ingin melihat isi gerobak.

Gerobak itu berisi mayat para prajurit Majapahit, Panji tidak tahu pasti berapa jumlahnya, namun dalam perkiraan ada puluhan mayat prajurit Majapahit yang di angkut oleh gerobak lelaki tua ini.

" aku sudah bolak balik lima kali mengangkut mayat prajurit Majapahit ini, jumlahnya berapa ?, aku sendiri tidak tahu "

Panji cuma terdiam, tidak ada kata atau tanya yang bisa dia ucapkan.

" kalau kau kesana, maka yang ada cuma mayat mayat yang bergelimpangan usai pertempuran "

Lanjut lelaki tua penarik pedati tersebut.

" kenapa yang dibawa cuma mayat prajurit Majapahit ?, apakah bhre Tumapel kalah ? "

Ujar Panji dalam hati, ada keinginan untuk bertanya pada lelaki tua tersebut, namun dia langsung menghentakkan tali kekang yang mengikat sapi, dan gerobak itu kembali berjalan.

Untuk menjawab rasa penasarannya, Panji kembali melanjutkan perjalan, dia tidak sempat bertanya pada pria tua itu, karena dia langsung buru buru pergi.

Disudut desa seorang pria duduk bersandar di pohon, kedua kakinya diselonjorkan, ada cangkul berada di sebelahnya.

" kau mau bantu menguburkan mayat mayat itu ? "

Itu yang dia tanyakan saat Panji datang.

Panji terdiam, karena apa yang dia lihat sangat mengguncang dirinya saat ini.

Sepanjang jalan desa tersebut, yang terlihat cuma mayat mayat prajurit yang bergelimpangan dari kedua belah pihak.

" aku sudah tidak sanggup lagi menggali tanah untuk menguburkan mereka semua "

Lanjut orang itu.

Tidak ada keindahan yang bisa di lihat, selain mayat para prajurit yang sudah bergelimpangan.

" ada perlu apa kau kesini, mencari saudaramu ? "

Panji tidak sanggup menjawab pertanyaan pria tua tersebut, dia cuma menundukkan pandangan, dan berlalu dari orang itu.


Ksatria Majapahit 2 Bhre Tumapel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang