Membuka Jalan

363 14 0
                                    


Merasa sebagai prajurit senior, Warangkala kurang setuju, saat Danang wirtana menunjuk Panji sebagai pimpinan pembuka jalan.

Baginya Panji prajurit kemarin sore, dan dia juga memiliki masalah besar sebelumnya.

" didepan tuan Danang wirtana, kau pemimpinnya, namun semua berjalan harus menurut perintahku "

" apa tidak salah dengan ucapanmu itu ? "

Panji tidak mengerti maksud dari Warangkala tersebut, karena merasa dia yang ditunjuk sebagai pimpinan.

" aku lebih senior dari kamu, jadi aku lebih berpengalaman "

Panji tidak menanggapi ucapan ini, dia tidak menganggap serius apa yang baru saja Warangkala katakan.

Tapi tidak dengan yang lainnya, mereka cuma bisa saling berbisik satu sama lain, dengan harapan Panji bisa memberi ketegasan kepada Warangkala.

Saat memasuki sebuah desa, Panji memerintahkan tiga orang untuk tinggal disana, tentu ini memantik reaksi Warangkala.

" ini tidak bisa, istana Wirabhumi masih jauh "

Namun bantahan Warangkala ini tidak digubris oleh Panji, dan para prajurit itu menuruti perkataan Panji.

" kamu pemimpin goblok "

Panji yang semula tenang, dan menganggap Warangkala bukan ancaman, seketika itu juga aliran dalam tubuhnya langsung mendidih.

Keris yang terselip dibalik punggung langsung dicabut, dan menghampiri Wararangkala dengan penuh amarah.

" yang jadi pimpinan disini aku, jadi apapun perkataan ku, kamu harus menuruti, atau keris ini yang akan bersarang di perutmu "

Bukanya Warangkala takut akan ancaman Panji, dia malah balik menantang.

" kita bertarung Panji "

Tapi yang terjadi tidak ada pertarungan, karena dengan cepat tangan Panji langsung menusuk perut Warangkala.

Semua mata hampir tidak percaya dengan apa yang terjadi di depannya, mereka cuma bengong tanpa bisa berbicara.

" kuburkan dia, yang tiga tinggal disi, dan yang lainnya kita lanjutkan perjalanan "

Seolah tidak terjadi apa apa, Panji bersama yang lainnya kembali melanjutkan perjalanan.

" Panji.., kenapa kau bunuh Warangkala ? "

" karena dia menghalangi pekerjaanku "

" kau bisa dihukum mati "

" kalian semua saksiku '

Saat mencapai desa berikutnya, Panji meninggalkan dua orang lagi di desa tersebut.

Hal ini terus Panji lakukan saat menemukan sebuah desa yang akan menjadi jalan bagi para prajurit Majapahit nantinya.

Kini tinggal Panji sendiri, dia memasuki sebuah desa yang terlihat sangat sepi, hampir tidak dia jumpai orang di desa tersebut.

" desa ini sangat sepi, dan tidak seperti desa desa pada umumnya "

Dengan tenang namun penuh kehati hatian, Panji melangkahkan kaki memasuki desa itu.

Tidak terlihat aktifitas yang mencolok, jika ada orang yang Panji temui dijalan, itupun hanya beberapa gelintir orang yang lewat.

Pada ujung desa ada sebuah warung, dan Panji langsung menuju ke warung tersebut.

Ada sekitar enam orang yang sedang makan, namun semuanya seolah olah tidak melihat kearah Panji.

Sudah pesan makanan, namun belum datang, melihat kesana sini untuk mengamati keadaan.

" dari mana asalmu anak muda ? "

Panji tengak tengok, mencoba meyakinkan dirinya, apa benar pertanyaan itu ditujukan kepada dirinya ?.

" saya maksudnya ? "

" ya...tentu saja kamu "

Ujar seseorang yang tangannya masih mengambil nasi di piringnya dengan nada agak tinggi.

" Terung "

Panji merasa tidak salah dengan jawaban tersebut, tapi terdengar janggal bagi teman orang yang bertanya itu.

" memangnya aku salah apa kalau dari Terung ? "

Mereka yang semula makan dengan tenang langsung berdiri dengan menghunus pedang.

" oh ....ini diluar perkiraan "

Panji berdiri dari duduknya, namun lima orang dengan pedang terhunus kini mengurungnya.





Ksatria Majapahit 2 Bhre Tumapel.Where stories live. Discover now