Chapter 14: Keputusan

Zacznij od początku
                                    

Mas Nara tertegun mendengar ucapan Kesya. "Apa kamu bilang?"

"Apa?"

"Balikan?" alis Mas Nara menyatu.

Di belahan rumah lain, Kesya tersentak. Ia tidak sadar jika sudah mengatakan itu. Dirinya tiba-tiba merasa gugup.

"Maksud kamu apa? Arka sama Naura udah putus? Kenapa aku enggak tau."

Kesya merutuki dirinya sendiri. Mulutnya tidak bisa dikontrol untuk menjaga rahasia Naura.

"Enggak, Yang. Itu maksud aku itu baikan. Baikan, ya, bukan balikan."

"Ah, enggak. Jangan bohong. Aku tadi dengar kamu bilang balikan. Bukan baikan."

Kesya berusaha tetap santai. "Kamu salah dengar. Jelas-jelas, aku bilang baikan. Kamu kalau enggak percaya coba aja tanya sama Naura."

Mas Nara menatap ragu ke arah kekasihnya itu. Dari pandangannya tersirat jika Mas Nara meminta penjelasan lebih dari itu.

"Ya ampun, Yang. Aku jadi ngebongkar rahasianya Naura, dong, kalau gini caranya. Jadi, kemarin itu Naura sempet curhat ke aku kalau dia lagi ada sedikit masalah sama Arka. Ya gitu, deh, masalah kecil kaya salah paham gitu mungkin. Terus, mereka diam-diaman. Mungkin sekarang mereka udah baikan. Begitu. Jelas?"

"Oh," Mas Nara mengangguk-anggukan kepalanya.

Diam-diam, Kesya merasa lega.

"Ya udah. Udahan dulu video call-nya. Aku mau selesaiin tugas dulu. Kamu tidur, gih. Besok pagi, aku jemput. Kita pergi ke tempat Rendy buat liat cafe barunya."

Kesya mengangguk. "Oke. Kamu juga jangan betah-betahin lemburnya. Istirahat biar enggak drop."

"Iya, bawel. Udah, ya. Dah!"

"Dadah!"

Mas Nara menutup sambungannya. Setelah itu, meletakkan ponselnya ke meja. Laki-laki berkaos abu-abu itu menatap ponsel Naura kembali. Sesaat pikirannya berkelana pada hubungan adiknya dengan Arka.

Ia sedikit ragu dengan apa yang dikatakan kekasihnya tadi. Ada perasaan yang mengganjal jika memang benar pemikirannya bahwa hubungan Naura dan Arka telah berakhir.

***

Deru mesin sepeda motor terdengar di depan gerbang rumah bernuansa monokrom itu. Setelah beberapa menit di perjalanan, Arka dan Naura akhirnya sampai. Naura turun dari boncengan Arka. Arka pun mematikan mesin sepeda motornya dan melepas helm yang dipakainya.

Naura merapikan rambutnya yang berantakan.

"Berani masuk enggak?" tanya Arka.

Naura melirik Arka. "Berani, lah. Emang kamu kira aku masih anak kecil apa?"

"Ya siapa tau lo takut dimarahin Mas Nara karena pulang jam segini."

Arka melihat jam tangannya. Pukul sembilan lebih lima belas menit. Biasanya, Naura tidak boleh keluar malam lebih dari jam sembilan.

Naura menoleh ke arah depan rumah. Pintu tertutup dan jendela terlihat gelap. Tidak mungkin jika Mas Nara sudah tidur.

"Kamu pulang, gih," ucap Naura kepada Arka.

"Gue pulang setelah lo masuk ke dalam rumah."

"Enggak usah lebay, deh. Udah sana pulang."

"Nurut aja, sih. Sana masuk dulu,"

Naura menghela napasnya. Tidak ingin berdebat dengan Arka lagi, dirinya pun kemudian menuruti permintaan Arka. Naura membuka kunci pagarnya. Setelah itu masuk ke dalam.

Mantan Rasa Pacar [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz