Prólogue

452 41 13
                                    



Backsound : Zara Larsson - Ain't My Fault
Follow instagram ; @yustikam_
And I hope you like my stories🌻
~❀~

—PRÓLOGUE.—

"SASHI! KEMARI KAMU!"

"Duar! Mampus gueee!"

Sashi segera berlari menghindar dari seorang guru berbadan gembul yang kini sedang berusaha mengejarnya. Sashi kira Bu Nara tidak menjaga piket hari ini makanya dia santai, padahal tau bel masuk udah bunyi sejak sepuluh menit lalu karena dia pikir bisa beralasan macet. Tapi, ternyata Bu Nara yang menjaga piket hari ini membuat Sashi mau tidak mau harus berlari menghindarinya. Ini udah ketiga kalinya dia telat dan pasti tidak ada ampun untuk kali ini.

Kalo Bu Nara menangkapnya, udah pasti Sashi bisa habis dikerjain. Pasalnya guru itu tidak pernah tanggung-tanggung memberi hukuman bahkan sampai melewatkan jam pelajaran pun tidak peduli asal muridnya kapok dan tidak melakukan kesalahan lagi.

"Bu, maaf saya telat! Hukumannya nanti aja kalo saya udah beres ulangan, ya!" teriak Sashi masih berusaha berlari dengan mata sesekali melihat ke belakang takut-takut kalo guru itu berhasil menangkapnya, hingga tanpa sadar tubuhnya menabrak seseorang membuatnya terhuyung dan jatuh. Namun sebelum terjatuh dia sempat menginjak sesuatu hingga berbunyi, kretek!

"ARGHH ANJING, HP GUEEEEE!" Seruan itu membuat Sashi langsung menoleh masih sambil meringis karena pantatnya terhantam lantai sangat keras.

Cowok di depannya itu langsung memungut ponselnya yang terinjak oleh Sashi, seluruh layarnya pecah bahkan ponsel itu kini tidak menyala. Sashi yang melihat itu, melotot terkejut.

"Wah mampus, Luke. Udah gak ada nyawa tuh HP lo," ujar salah satu temannya.

"Anjing HP mahal, gue sih kalo jadi lo ya mewek." Satu temannya lagi ikut mengompori sambil nahan ketawa.

"Luke, Luke... turut berduka cita gue atas kematian HP baru lo."

Sashi segera beranjak dari posisinya, meringis saat melihat cowok di depannya menatap tajam. "Gu—gue beneran gak sengaja kok, serius."

"Gak peduli! Lo mau sengaja atau kaga," jawab cowok itu sengit. "Ganti rugi."

Sashi menelan salivanya, dia sering lihat siapa cowok yang ada di depannya ini tapi dia tidak tau siapa namanya karena Sashi baru tiga minggu sekolah di sini, bisa dibilang dia murid pindahan. Sashi hanya tau cowok itu kelas 12, selebihnya tidak tau apa-apa. Memang terasa aneh jika sudah tiga minggu tidak terlalu mengetahui seluk beluk sekolah ini, tapi itu tidak wajib kan jika menyangkut siswa-siswi famous?

"Ganti rugi? Be-berapa?" tanya Sashi ragu.

"Dua puluh lima juta!"

"Hah?" Hampir aja Sashi terjengkang mendengar harga ponsel yang begitu mahal. "Bercanda ya lo? Mana ada sih harga HP semahal itu?!"

"Ada. Buktinya HP gue." Cowok itu menunjukan benda pipih itu. "Buruan ganti rugi, lo gak tau sih gue beli ini dari hasil tabungan gue sendiri. Gue bahkan rela gak jajan, gak nongkrong bareng temen-temen gue, dan gak beli makanan yang gue mau," jelasnya penuh dramatis membuat teman-temannya mengernyit jijik.

Keringat dingin mulai bercucuran, bahkan tangan Sashi pun sedikit gemetar. Ini semua gara-gara dia berlari menghindari Ibu Nara, apa mungkin ini sebuah karma? Sial sekali, bagaimana mungkin dia mengganti rugi ponsel seharga 25 juta? Punya uang dari mana coba? Minta uang jajan mulu sama Mamanya aja kadang kena omel. Gimana mau minta 25 juta? Bisa ditendang dia dari rumah.

"Gue mana punya duit dua puluh lima juta sih? Gimana kalo dicicil?" tanya Sashi.

Cowok itu mendengus. "Cicil? Lo mau nyicil berapa?"

"Sepuluh ribu sehari," jawab Sashi dengan suara pelan sontak membuat seluruh teman-teman cowok itu tertawa.

"Gila kali, anjir. Lo pikir nyicil sepuluh ribu sehari tuh kelar semingguan?" Cowok itu tertawa tak habis pikir dengan mata menatap Sashi dari atas kepala hingga ujung kaki lalu tersenyum miring. "Gini deh, gue bakalan anggap lunas kalo lo setuju sama tawaran gue."

"Tawaran apaan?" Mata Sashi menyipit—menatap curiga. "Jangan aneh-aneh deh lo."

Cowok itu menggeleng. "Nggak aneh. Lo cukup jadi pacar gue selama tiga puluh hari," ujarnya membuat seluruh teman-temannya bersorak heboh.

Sashi melongo tidak percaya. "A-apa?! Sebulanan dong jadi pacar lo?"

"Ya, kalo gak mau sih gapapa." Cowok itu menyeringai sambil memasukan tangan ke dalam saku celana olahraganya. "Minggu depan gue tunggu ya duit ganti rugi lo, atau HP baru gue."

"Tu—tunggu," Sashi menahan cowok itu yang hendak melangkah menuju lapangan karena guru olahraga sudah berteriak dari tadi. "Sebulan doang, kan?"

"Ya, sebulan. Kenapa? Lo mau nambah?"

Dengan cepat Sashi menggeleng. "Gak ya, gila kali. Deal sebulan!"

"Yakin lo?" tanya salah satu teman cowok itu lalu mendekat ke Sashi. "Dia ini playboy, entar lo jatuh cinta beneran bisa berabe," ujarnya membuat teman-teman lainnya kembali tertawa.

Sashi berdecih tidak suka jadi bahan olokan cowok-cowok itu. "Gue gak peduli dan gue gak mungkin beneran suka sama cowok modelan gini, toh kita cuman pacaran bohongan."

"Siapa bilang? Kita pacaran beneran lah." Cowok di depannya itu mendengus pelan. "Mulai hari ini lo milik gue." Tangannya menjawil dagu Sashi yang langsung ditepis olehnya.

Sashi menatap cowok itu kesal, sambil mengepalkan tangan menahan amarah.

"Oh iya, nama lo Sashi, kan?" teriak cowok itu sambil berjalan menuju lapangan. "Nama gue Lucas Farrelino, dari kelas 12 IPS 2."

~❀~

A/N : hai haiiiii, MASIH INGET AKU KAN? Jangan bilang udah lupaaa😩
Setelah beneran sekian lama aku menghilang. Akhirnya aku publish cerita baruuuuu! Semoga kedepannya aku makin konsisten buat nulis yaa, amin amin aminnn🙏🏻

Jangan lupa beri dukungan dari komentar komentar kalian yaa, biar makin cemangattttt!🥰

30 Days, 3 HoursWhere stories live. Discover now