Lima Belas

64 13 2
                                    

Lama banget gak update cerita ini. Maaf kalo gaya penulisannya udah beda, dulu belum tau tatanan bahasa jadi acak-acakan dan rada aneh. Hehe
Makasih yang udah nunggu :*

Melanie memeluk lighstick nya dengan erat. Senyum lebar terus ia tampakkan tanpa lelah, begitu juga dengan Naya yang berada disampingnya. Mereka berjalan masuk menuju tempat konser, sudah 2 jam mereka tiba di sana dan mereka sudah puas berfoto ria serta membeli barang-barang KPOP yang dijual di sana. Kini mereka berdua mengantri untuk masuk ke dalam venue dengan lainnya. Jantungnya berdegup keras, sangat gugup seperti saat menunggu Revan mengucapkan ijab kabul pernikahannya.

"Nggak sabar pingin lihat gantengnya Baekhyun." Gemasnya sambil meremat banner bergambar Baekhyun ditangannya.

Mereka masuk ke dalam venue dan duduk di kursi mereka. Jantung Melanie berdegup kencang menunggu acara dimulai. Layar mulai menampilkan VCR dan membuat para penonton menjerit senang, itu tandanya konser akan dimulai.

Akhirnya 8 sosok tampan idolanya menampakkan diri dari bawah panggung, Melanie dan Naya menjerit sambil meneriakkan nama bias masing-masing.

"BAEKHYUN!"

"KAI!"

Konser sudah berlangsung 1 jam lamanya dan semangat kedua perempuan itu semakin menggebu-gebu. Ketika member EXO berjalan berkeliling stage sambil melemparkan hadiah, Melanie berusaha agar mendapatkannya, syukur-syukur hadiah itu dilempar oleh Baekhyun.

"AAAA gue dapet!" Jeritnya kegirangan karena harapannya terkabul.

"BAEKHYUN SARANGHAE! JEONGMAL SARANGHAE BAEKHYUN-ie!" Teriaknya dengar keras hingga Baekhyun menoleh dan tersenyum ke arahnya sambil melayangkan flying kiss.

Tolong Melanie ingin pingsan sekarang saking senangnya. Baekhyun menoticenya adalah sebuah impian teratas yang mungkin sulit digapainya tapi nyatanya sekarang impian itu terjadi.

"Naya! Sumpah anjir, tadi Baekhyun notice gue! Tambah bucin gue sama dia, huhuhu!" Rengek Melanie ketika konser selesai.

Naya tersenyum dia merangkul lengan Melanie. "Iya tau, kapan-kapan kita dateng ke fanmeeting atau fansign ya biar bisa skinship sama mereka."

Melanie mengangguk semangat. "Pasti-pasti."

Keduanya menaiki bus umum untuk menuju hotel yang mereka tempati, mengistirahatkan suara juga tubuh mereka.

"Besok aja ya jalan-jalannya Mel, sumpah capek gue."

"Sama, tidur aja yuk tidur."

Keesokan harinya pada pukul 9 pagi, keduanya sudah siap untuk jalan-jalan berkeliling Kuala Lumpur. Menikmati kepadatan kota itu sambil sesekali berbelok masuk ke dalam toko. Sudah banyak kantong belanja dikedua tangan mereka. Mereka memutuskan untuk makan disebuah restoran melayu yang menyajikan semua makanan khas melayu.

"Pesen apa lo?"

"Pesen--"

Drrrt

Ponsel Melanie bergetar menandakan panggilan masuk. Nama Ervan terpampang jelas dilayar ponsel, Melanie mendengus kesal.

"Samain kayak punya lo deh, gue mau ngangkat telpon Revan bentar."

Melanie berjalan menjauh ke tempat yang sepi, menggeser icon hijau lalu mendekatkan ponsel ke telinganya.

"Halo?"

"Melll."

Nada manja di sebrang sana membuat Melanie jengah, dia jadi meragukan umur sang suami dan profesinya sebagai guru SMA yang tegas kalau begini.

"Nggak usah manja ya kamu!"

"Kamu tuh suami telpon harusnya disayang-sayang, bukan malah dimarahin!"

"Ck, banyak maunya banget. Tinggal bilang mau apa? Aku laper tau belum makan."

"Aku nyusul ke sana ya?"

"HEH! Nggak boleh!"

Melanie mulai mengabsen umpatan yang diketahuinya dalam hati, mengumpati suami tersayang yang otaknya mungkin terbawa bersamanya.

"Kok gitu? Sekalian bulan madu juga."

"Masa bulan madu ke Malaysia? Kurang jauh lah!"

"Oh jadi mau aku ajak bulan madu, oke bakal aku atur ke Maldive yang jauh sekalian biar nggak ada yang ganggu. Have fun sayang."

Tut

"Sialan!"

Melanie mendengus kesal, kenapa Ervan sering kali tak terduga seperti ini. Lagi pula siapa yang ingin bulan madu? Dia kan belum siap diperawani. Perutnya berbunyi nyaring, lupakan tentang pembicaraan absurd Ervan tentang bulan madu yang terpenting sekarang adalah perutnya terisi.

"Kenapa si Ervan?" Tanya Naya.

Melanie hanya mengendikkan bahu lalu meminum teh hangat yang sudah datang terlebih dahulu. "Lo tau sendiri suami gue gimana bawelnya pas kita berangkat. Jadi ya tadi telpon katanya kangen, pfft."

Naya tertawa mendengarnya, sangat berlebihan sekali padahal belum lama Revan melepaskan Melanie untuk menonton konser. "So? Dia beneran mau nyusulin lo ke sini?" Tanya Lana ingin tahu. Melanie diam sejenak. "Mungkin." Ujarnya setengah tidak peduli.

---

Melanie masih terlalu nyaman bergelung di atas kasur ketika ponselnya berbunyi terus menerus. Mau tidak mau dia bangun, matanya melirik jendela yang tertutup gorden, bahkan cahaya matahari belum nampak di sela-sela gorden, siapa yang menelponnya pagi buta seperti ini?

"Halo?"

"Kamu nginep di hotel mana?"

Rupanya sang suami yang menelpon. "Hotel XX." Jawabnya dengan mata setengah terpejam.

"Nomor?"

"372, kenapa sih? Aku ngantuk mau tidur Van."

Ervan tertawa kecil. "Nggak, lanjut tidur aja. Nanti kalo ada yang ngetuk pintu kamar hotel kamu, buka aja ya." Melanie mengiyakan saja supaya dia cepat tidur. Lagi pula siapa yang akan bertamu? Naya? Gadis itu mungkin juga lebih memilih tidur lelap sepertinya. Melanie melempar ponselnya ke ruang kosong di kasurnya lalu menyelimuti tubuhnya lagi dan tidur dalam hitungan detik.

Tok
Tok
Tok

Ketukan pintu membuat tidurnya terusik lagi, siapa yang bertamu di saat gelap seperti ini? Tidak mungkinkan cleaning service hotel datang? Dengan langkah gontai Melanie berjalan menuju pintu lalu menekan gagangnya ke bawah untuk membukanya. Matanya menyipit untuk melihat siapa orang yang menganggu istirahatnya. Rambut pendek, walaupun belum jelas tapi kelihatannya tampan, penampilan oke, membawa sebuah koper besar. Sepertinya mirip Ervan, suaminya. Tunggu, Ervan?!

Melanie membulatkan matanya, kini dia bisa melihat jelas sosok itu yang tersenyum lebar lalu melangkah masuk ke dalam kamar hotelnya tanpa dipersilahkan terlebih dahulu. Melanie membeku sesaat lalu menutup pintu, dia menyalakan lampu kamar dan menatap Ervan yang dengan tanpa rasa bersalah malah berbaring di atas ranjang.

"Udah ganggu orang tidur, seenak jidat tidur di kasur! Bersih-bersih dulu sana! Lo tuh habis dari luar, kotor Van! Malah rebahan!" Teriak Melanie yang kini kesadarannya 100% penuh. Tangan berkacak pinggang dengan mata melotot siap membunuh Ervan saat itu juga. Ervan yang sebelumnya tidak peduli menjadi takut karena mendapatkan tatapan setajam itu dari istrinya.

"Iya Mel iya, turun nih. Maaf udah ganggu, aku kan kangen makanya ambil penerbangan tercepat dan adanya itu malem. Kamu lanjut tidur aja, lampunya dimatiin juga nggak papa, aku masih bisa lihat kok." Cerocos Ervan panjang lebar yang tidak dipedulikan Melanie.

Perempuan itu mematikan lampu lalu berbaring kembali. Matanya mengikuti setiap gerakan Ervan mulai dari membuka kopernya, mengambil baju hingga masuk ke kamar mandi. Apakah dia tadi berlebihan? Melanie jadi merasa tidak enak kepada suaminya, seharusnya dia menyambut dengan senyum bukannya muntahan kemarahan karena tidurnya terganggu. Ah masa bodo, urusan maaf bisa dilakukan nanti sekarang dia perlu melanjutkan tidur karena tubuhnya benar-benar lelah setelah seharian berkeliling.

🇰❤🇰🇷❤🇰

03 Januari 2021

Married with FangirlWhere stories live. Discover now