Sebelas

114 21 0
                                    

"Mel, jangan ngambek dong!"

Ervan terus membututi Melanie hingga ke dapur. Dia berusaha membujuk istrinya agar mau berbicara dengannya lagi. Melanie masih marah karena Ervan mengacuhkannya sewaktu bazar sekolah tadi.

"Melanie, ngomong dong. Aku tersiksa tau  kalo gak denger suara kamu,"

Melanie memutar bola matanya malas, dia melanjutkan kegiatannya yang mengeluarkan bahan masakan dari dalam kulkas. Tangannya mendorong bahu Ervan yang menghalangi jalannya.

"Mel, jangan gini please!"

Ervan sudah memasang wajah melas sejak tadi, tapi namanya juga Melanie, dia tetap berteguh pendirian untuk tidak berbicara kepada Ervan. Ervan mengacak rambutnya kesal, lalu ditariknya Melanie ke dalam pelukannya.

"Melanie, jangan kayak gini ke aku. Mbak Julia gak ada hubungan apa-apa sama ku, sumpah deh Mel! Tadi aku khilaf karena dia ngajakin aku ngobrol tentang pembahasan rapat minggu lalu. Kamu tau kan aku gak bakal main dibelakang kamu? Aku tulus Mel sama kamu, aku harus ngelakuin apa biar kamu percaya sama aku sih?"

Melanie melepaskan pelukan Ervan, kepalanya menengadah ke atas menatap wajah Ervan yang lebih tinggi darinya. Kedua lengannya dikalungkan ke leher Ervan, senyum cantik terlukis diwajahnya dan itu membuat Ervan cukup lega, walau pun sebenarnya perasaannya tak enak karena dia tau setelah ini akan ada masalah baru.

"Bener ya kamu mau ngelakuin apa aja?"

"Iya sayang, apa aja buat kamu asalkan kamu gak marah lagi,"

"Eum, minggu depan ijinin aku ke Malaysia ya? Gak ada penolakankan? Oke, makasih Van,"

Cup

Melanie mengecup pipi Ervan dengan singkat tanpa perlu menunggu jawaban yang keluar dari mulut suaminya. Dia kemudian berbalik badan dan melanjutkan acara masaknya. Ervan hanya bisa pasrah kalau sudah begini, lagipula Melanie disana hanya 3 hari, jadi tak apa mengijinkannya pergi.

"Mel, masak semur ayam dong. Sama sambel terasi gitu, enak kayaknya," Pinta Ervan.

"Kenapa gak bilang dari tadi sih? Aku udah terlanjur mau masak oseng kangkung sama lele, kalo sambelnya ada dikulkas,"

"Ya udah deh, besok masakin ya,"

"Iya Van, bawel banget! Udah sana keluar dari dapur, ngerusuh aja!"

"Niatku baik lho mau bantuin kamu,"

"Gak. Usah."

Akhirnya dengan langkah berat Ervan keluar dari dapur dan menonton televisi diruang keluarga. Tangan kanannya sibuk memencet tombol remot dan tangan kirinya membuka tutup toples berisi kacang atom.

"MEL INI ISINYA KOK SIARAN KOREA SEMUA!" Teriak Ervan dari ruang tamu.

"Tolol banget sih, geretan gue. DI ATUR DI PENGATURAN LAH VAN! GITU AJA GAK TAU!" Balas Melanie dengan berteriak juga.

Melanie melirik Ervan yang tengah mengotak-atik televisinya, dia terkekeh geli sambil menumis kangkung. Melanie memang sengaja hanya menampilkan chanel kesukaannya di televisi itu, karena Ervan jarang menonton televisi, dia lebih memilih mengoreksi tugas muridnya ketimbang menonton layar tersebut.

30 menit kemudian masakan Melanie sudah tersaji rapi di atas meja makan. Dia segera memanggil Ervan untuk makan namun laki-laki itu sudah terlalu asik dengan dunianya. Sehingga mau tak mau dia menghampiri suaminya dan menyeretnya ke meja makan dengan menjewer telinganya.

"Diteriakin dari tadi juga bukannya cepet kesini malah fokus nonton," Gerutu Melanie lalu melepas jewerannya ditelinga Ervan dan mengelusnya pelan.

"Lagi seru tadi tuh Mel, tapi gak usah pake jewer telinga segala dong! Merah nih!" Tunjuk Ervan ke telinganya yang memerah.

"Manja! Nih makan yang banyak, aku masaknya ikhlas jadi kemungkinan besar rasanya enak,"

Ervan mendelik ke arah Melanie yang menyendokkan nasi dan lainnya ke piring miliknya. Dia mendengar kata 'ikhlas' , itu membuatnya berpikir kemana-mana.

"Jadi selama ini kamu gak ikhlas gitu masakin aku? Kejam kamu ya, untung tetep enak dan aku masih hidup sampai sekarang. Lain kali bikinnya yang ikhlas ya, biar tambah enak masakannya,"

Melanie memutar bola matanya dan menunjuk wajah Ervan dengan garpu yang dipegangnya.

"Kamu tuh harusnya bersyukur udah aku masakin, bukannya malah ngomong ngelantur. Tau gitu tadi aku masukin racun tikus ke nasi kamu Van," Gerutu Melanie.

Ervan tersedak makanan yang ditelannya, dia langsung meminum habis air putih digelasnya. Baru setelah itu dia menatap Melanie dengan tatapan tajamnya.

"Lemes banget mulutnya Mel, kalo aku mati jadi janda kamu,"

"Kalau pun aku janda entar banyak kok yang mau, lagian aku masih perawan ting-ting,"

Melanie terus mengunyah makanannya dan tak memperdulikan raut wajah Ervan yang siap menerkamnya. Dan dia sangat kaget ketika Ervan sudah ada disampingnya. Apalagi senyum miring Ervan, dia bergidik ngeri dan membayangkan yang tidak-tidak.

"Kalo gitu aku perawanin kamu sekarang ya? Baru setelah itu kamu kasih aku racun tikus,"

"Dihh apaan sih Van, bercanda doang aku tuh. Udah sana lanjut makan!"

Ervan tertawa melihat telinga Melanie yang memerah. Sebelum kembali duduk dia mengecup kening Melanie dan membuat istrinya berhenti menyuapkan makanan ke mulut.

Bisa banget sih bikin gue salting.

Ting tong

Baru juga romantisan, sekarang malah ada pengganggu. Siapa pun itu Melanie benar-benar sebal dengan orang yang menekan bel rumahnya sekarang.

"Bukain Mel," Ujar Ervan dengan entengnya.

Melanie mendengus kesal dan dengan setengah hati dia berjalan untuk membukakan pintu rumah. Dan betapa terkejutnya dia melihat seorang wanita berpakaian yang errr, menjijikkan, itu menurut Melanie. Bagaimana bisa bertamu ke rumah orang dengan pakaian seperti jalang di klub malam?

Oke, itu berlebihan. Tapi pakaian yang dikenakan wanita didepannya benar-benar membentuk lekuk tubuhnya yang padat. Melanie kalah telak sebenarnya, tapi masa mau nutup pintu tanpa mempersilahkan masuk?

"Cari siapa?" Tanya Melanie dengan berkacak pinggang.

Wanita bernama Julia itu tersenyum sinis dan menatap Melanie dengan tatapan menilai. Ingin rasanya mencongkel mata bersoflens itu karena berani-beraninya menatap remeh seorang Melanie Ayu.

🇰🇷❤🇰🇷

Married with FangirlWhere stories live. Discover now