Taktik Yemima

10.2K 1.6K 127
                                    


For now, enjoy....


"Jangan ngambek lagi dong, Mim. Aku kan bermaksud baik."

Yemima mengerucutkan bibir. "Aku bingung, Toby."

"Bingung kenapa?"

"Ya itu. Kamu tuh sebetulnya sayang sama aku enggak, sih? Kenapa kamu mau aja dibujuk Papah supaya jangan nikah cepet-cepet? Kenapa harus nunggu aku selesai S3?"

Toby terkekeh. "Justru aku sayang kamu banget, makanya mau nunggu, Yemima Faith. Aku tahu kamu kepingin bisa meraih gelar doktor sebelum umur tiga puluh, kan? Kalo kita nikah, kamu enggak akan bisa se-fokus itu. Kamu akan lebih berat ke aku, dan kalau kita nanti punya anak, kamu juga akan repot sama anak-anak. Nah ... makanya aku lebih baik nunggu kamu raih dulu impian kamu itu. Bukan cuma nurutin keinginan papa kamu."

Yemima masih mengerucutkan bibirnya, tapi tidak lagi membantah.

"Lagian ... kalo aku tanya serius, memangnya kamu sudah mau nikah sekarang? Sudah siap?" tanya Toby sambil mengulum senyum.

Yemima mengerutkan keningnya. "Mau aja, Toby. Jadi aku bisa tiduran di kasur kapuk kamu tiap hari," jawabnya sambil menyeringai bandel.

Lagi-lagi Toby terkekeh. "Dasar mesum. Kamu sudah enggak bete lagi karena aku kurus? Enggak pengen aku gemuk lagi?"

Yemima mengetuk-ngetuk dagunya dengan ujung telunjuk. "Gedein atau ngurusin badan kamu lama, enggak, Toby?"

"Uhm ... berapa lama tuh, aku tinggal di Paris? Tiga tahun? Ya selama itu, deh."

"Widih ... leme benget! Enggak, deh. Enggak jadi minta kamu gemuk lagi, nanti aku enggak bisa ngayal jorok kalo badan kamu enggak mirip kasur kapuk lagi."

Tawa Toby langsung berderai. "Sumpah, aku baru tahu kalo kamu itu suka mikir jorok, Mim."

"Dih, Toby. Aku kan udah dewasa, udah kerja. Masak enggak boleh mikir jorok?"

"Ya enggak boleh, lah. Kalo ketauan papa kamu, bisa-bisa otak kamu dipasangi chip supaya dia bisa ngintip kayak pake CCTV lho."

Yemima mendengkus. Saat itu sepasang muda-mudi masuk ke warung mi Toby, dan dengan gesit salah satu pelayan menghampiri untuk menanyakan pesanan mereka. Cepat Toby bangkit dan beranjak ke dapur setelah sebelumnya mengusap kepala Yemima dengan sayang, membuat rambutnya yang sedikit pirang berantakan.

Dasar Yemima, bukannya merapikan lagi rambutnya, dia malah membiarkan saja rambut berhelai halus itu berantakan seperti baru bangun tidur. Matanya yang hijau kini malah memperhatikan dengan penuh minat pasangan yang terlihat mesra itu.

Tidak tahu malu karena menguping pembicaraan orang lain, sebentar saja dia langsung tahu apa yang dipercakapkan mereka dan sebuah ide langsung muncul di benaknya.

Senyum jahil muncul di bibirnya dan sepasang matanya pun berkilat usil. Hm ... patut dicoba.

*******

"Yemima ke mana, Mi?" tanya Toby heran.

Ibunya mengangkat kepala. "Oh ... dia bilang mau pulang dulu ke kos. Kamu disuruh nyusul, Ko. Katanya ada yang penting," jawabnya.

Toby termangu. "Oh. Dia bilang apa yang penting, Mi?"

Ibunya mengerutkan kening. "Katanya sih, soal hidup dan masa depan kalian, Ko. Tapi Mami enggak ngerti. Tahu sendiri, kan, si Cantik?"

Toby tertawa kecil. "Oh ... ya sudah, Koko nanti ke sana ya, Mi. Bisa gantiin buat nanti malam, kan?"

"Bisa. Koko ke sana aja."

"Makasih, Mi."

*******
Yemima memulas bibir dengan lipstik fuchsia yang sesuai dengan wajah cantiknya, lalu  selama beberapa saat bercermin.

"Gue cantik banget, ya? Tapi kenapa Toby enggak kegatelan sama gue kayak cowok tadi ke ceweknya? Kurang seksi kali, ya?"

Menggaruk kepalanya dia bangkit dan keluar dari kamar lalu mengetuk pintu kamar teman kosnya.

"Mbak Laron!"

Tidak ada jawaban. Sambil mengerucutkan bibir dia pun berbalik dan menuju tangga. Benar saja, Rona, teman kosnya terlihat sedang menonton televisi di ruang tamu lantai satu.

"Mbak Laron!" Yemima berteriak sambil menjenguk dari ujung atas tangga.

Rona menoleh. "Kenapa, Mim?"

"Kasih tahu aku dong, warna lipstik yang bikin aku kelihatan seksi yang kayak apa?"

Rona terlihat heran. "Pake marun aja, kamu kan rada bule, kalo enggak merah cabe. Tapi bisa juga sih kayak gitu, fuchsia, cuma yang matte dan pakenya tebel." Dia terdiam sejenak. "Kenapa pingin kelihatan seksi, Mim?"

Yemima duduk di anak tangga teratas. "Tadi aku denger obrolan pengunjung di warung mi Toby, ceweknya bilang kalo dia kayaknya hamil. Yang cowok girang banget. Dia berterima kasih banget gitu, Mbak. Makanya aku mau tampil seksi, biar Toby nyerang aku, terus aku hamil, biar Toby seneng. Jadi kita nikah habis itu."

Bunyi berkelontang kaleng membentur lantai dari arah pintu membuat Rona menoleh. Wanita itu terlihat kaget lalu menoleh pada Yemima. Cengiran mendadak muncul di bibirnya, dan bergegas dia bangkit lalu menaiki tangga.

"Toby, cuma boleh sampe ruang tamu, ya," ujarnya. Lalu pada Yemima dia berbisik, "Enggak ikut-ikutan, yah."

Yemima mengerutkan keningnya. Toby? Dia sudah di sini?

Bergegas dia bangkit dari duduk dan menuruni tangga, lalu melihat Toby yang sedang merapikan rantang dan isinya yang berantakan. Cowok itu mendongak saat mendengar langkah Yemima dan wajahnya merah padam.

"Kamu ngerencanain apa, Mim?" tanyanya.

Yemima mengangkat bahu tak acuh. "Kamu kan cowok baik, pasti suka sama anak-anak, kan? Kayak cowok yang tadi, seneng banget ceweknya hamil."

"Mim ... pelanggan tadi itu suami istri, wajar kalau mereka senang mau punya anak. Kan sudah menikah? Nah ... kamu ngerencanain mau aku serang sekarang, ya enggak bener dong."

Yemima mengetuk dagunya. "Hm ... enggak pa-pa, Toby. Kalo aku hamil, Papah pasti kasih kamu nikahin aku sekarang."

Toby melongo. Tepat saat itu terdengar suara menggelegar dari belakangnya.

"Kamu ngomong apa, Monkey?"

End.

Oke deh, cukup sampe sini main di Wattpad hari ini. Maacih udah mampir.

Winny
Tajurhalang Bogor 27/8/19

Yemima & TobyWhere stories live. Discover now