Enggak Normal

805 214 22
                                    

Yemima, Gilang, dan Tio duduk mengelilingi Yusman yang tampak murung sambil memandangi ponselnya. Ada lingkaran hitam di bawah mata si senior, plus putih mata yang memerah karena bergadang sif malam. Pundaknya melengkung, bukan karena lelah, tapi karena sedih. Ini adalah hari ke tiga kekasihnya melakukan aksi diam karena ngambek, dan itu sangat mengusik.

"Mas Yusman lupa hapus bukti chat, ya?" tebak Yemima. "Ada yang sok ikrib, terus Mei enggak sengaja baca?"

Yusman menghela napas dan mengangguk, tapi belum mengatakan apa-apa.

Yemima berdecak sok. "Pasti dari mantan, ya? Tetiba tanya kabar terus ngasih kode minta balikan?" terkanya.

Yusman mengangkat kepala dan menatap Yemima, kaget. "Kok tahu?" tanyanya.

Yemima memutar mata. "Lupa? Aku jenius!" sahutnya sengak.

Kali ini ketiga rekannya yang memutar mata. "Narsis!" cela mereka, hampir berbarengan.

Yemima nyengir. Padahal, dia hanya sembarang menebak, eh, ternyata betul. Apa salahnya sekalian narsis?

"Eh ... ngomongin soal mantan minta balik, kamu pernah di situasi yang sama, Mim? Kok bisa, kamu nebaknya pas? Terus, gimana respons Toby?" Iseng, Tio bertanya.

Yemima mengerutkan kening. "Uhm ... bukannya sombong nih, ya, Mas Tio. Aku tuh enggak mungkin dicemburuin Toby. Aku orangnya setia, transparan, jujur. Pokoke, Toby enggak rugi aja mau sama aku," jawabnya.

"Mim," sela Yusman. "Jawaban kamu enggak sinkron sama pertanyaannya. Katanya jenius, gitu aja enggak nyambung?"

Yemima mendengkus. "Dih, Mas Yusman sensi. Sinkron aja, kok, nyambung banget malah. Ambil aja kesimpulan sendiri."

"Maksudnya, kamu enggak pernah ada di situasi itu, kan, makanya Toby enggak perlu cemburu?" tukas Tio.

"Nah, tuh Mas Tio pinter, bisa nyimpulin sendiri," sahut Yemima.

"Itu kan karena kamu enggak pernah punya mantan, iya, kan?" Gilang menimbrung. "Toby pasti satu-satunya yang mau sama kamu."

Yemima menyeringai lebar. "Mas Gilang jenius juga. He'eh, Toby emang satu-satunya yang berani jadi pacar aku karena kebanyakan cowok ya kayak kalian, cemen. Takut kan deketin cewek cantik, kaya, plus jenius kayak aku gini?"

Ketiga rekannya menghela napas berat.

"Bukan cemen, Mim. Kami realistis. Di mana-mana, laki-laki normal pasti cari perempuan normal," kata Tio.

Yemima memberinya tatapan datar. "Maksud kalian, Toby enggak normal?"

Ketiga rekannya mengangguk, membuatnya mengerucutkan bibir.

Saat itu Yusman kembali menghela napas. "Kamu enggak bisa tolongin, Mim? Kasih tahu Mei, aku tuh sudah kadung suka sama dia. Cinta malah. Tolong bilangin, aku kangen, jangan ngambek lagi.  Please?"

Yemima mendengkus. "Ogah! Mana ada orang enggak normal mau nolongin orang normal?" sergahnya, lalu beranjak dan kembali ke mejanya.

Yusman, Tio, dan Gilang menyeringai. Wah ... si bule ngambek!

*******
Toby datang ke rumah kos Yemima tepat di jam makan malam, saat itu si bule sedang sibuk dengan hitungan rumus kimia untuk penemuannya yang terbaru. Zat pelacak noda darah yang sudah dibersihkan dengan pemutih. Pemuda kekar yang baik hati dan jago masak itu tidak mengatakan apa pun karena takut mengusik kekasihnya yang sedang fokus, dan memilih untuk memindahkan makanan yang dibawanya ke piring. Menyiapkannya agar bisa langsung dimakan sang kekasih.

Mencium harum makanan yang menggoda mengalihkan Yemima dari hitungannya yang masih jauh dari selesai. Dia menutup komputernya dan bergegas menuju ke ruang makan. Mata hijaunya seketika berbinar melihat sepiring nasi goreng seafood favorit yang masih mengepulkan uap.

"Wah! Nasi goreng seafood! Mari makan!" serunya. Dia buru-buru mencuci tangan, lalu duduk dan menggenggam sendok dengan semringah. Siap menyantap makan malamnya.

Toby tersenyum melihat kekasihnya. Dia duduk di depan Yemima, mendorong gelas berisi air untuknya, lalu memandangi si bule sambil bertopang dagu.

"Lapar, ya?" tanyanya.

Yemima mengangguk. "Kamu enggak ikutan makan, Toby?" Dia balik bertanya.

Toby menggeleng. "Aku sudah makan tadi. Lagian, lihat kamu juga aku ikutan kenyang."

Yemima cengengesan. Tiba-tiba ia teringat permintaan tolong Yusman, dan menatap Toby serius. "Toby, Mei masih lama, ngambek sama Mas Yusman? Tolong bilangin, Mas Yusman kangen berat. Dia udah cinta sama Mei, enggak bakalan kasih peluang ke mantan, kok. Aku yang jamin, deh. Biarpun orangnya datar dan bikin bete abis, dia baik dan setia, suer!"

Toby tersenyum. "Mei juga tahu. Cuma, dia masih pingin ngambek aja katanya. Biarin aja sebentar lagi, nanti juga baik lagi," jelasnya.

"Kalo Mei tahu, kenapa masih harus ngambek?" tanya Yemima bingung.

Toby mengangkat bahu. "Karena dia enggak suka Mas Yusman masih punya nomor mantannya. Bilang deh ke Mas Yusman, hapus nomor si mantan, terus blokir. Setelah itu kasih lihat Mei buktinya," sahutnya.

Yemima mengangguk. "Oke." Sesuatu melintas di benaknya. "Eh, Toby, aku mau tanya. Kamu pernah cemburu enggak sama aku? Atau curiga, gitu, kalau ada mantan yang kontek aku?" tanyanya penasaran. Omongan rekan-rekannya tadi sedikit mengusik juga rupanya.

Toby tercenung. "Uhm ... kalau itu, aku tanya dulu. Kamu punya mantan?" tanyanya balik, hati-hati.

Yemima menggeleng. "Kan kamu yang pertama dan terakhir, Toby ganteng," jawabnya kalem.

Toby tersenyum mendengar gombalannya. "Terus, ngapain aku cemburu kalau gitu?"

"Tapi ... kamu enggak curiga kalau aku mungkin aja punya mantan dan bo'ong sama kamu?" Yemima penasaran.

Toby tercenung. "Enggak. Memangnya aku harus curiga?"

"Ya enggak. Tapi, aku heran. Kamu kenapa percaya banget sama aku? Karena aku enggak normal dan enggak ada yang mau selain kamu?"

Toby menatapnya dengan serius. "Kata siapa kamu enggak normal? Kamu normal banget, kok, Monkey. Kebetulan aja aku terlalu sayang sama kamu, makanya percaya dan enggak akan curiga. Kamu kan sebaik itu, Monkey. Kamu baik banget, jujur, dan aku yakin, kamu enggak akan kepikiran untuk curang dari aku, iya, kan?"

Yemima mengangguk tanpa sadar mendengar kalimatnya yang serius. Diamatinya wajah Toby yang penuh kesungguhan, dan saat itu dia tahu kalau harus setuju dengan rekan-rekannya. Toby memang enggak normal. Kalau normal, mana mungkin dia bisa semengerti itu karakter Yemima? Yemima kan enggak normal?

Selesai.

Yuhuuu ... selamat lebaran buat kalian, mentemens eike, umat Islam. Makasih masih inget eike. Lain kali kita ketemu lagi, ya. Jaga diri kalian, dan semua yang kalian sayang.

Winny
Tajurhalang Bogor Lebaran 2024


Yemima & TobyWhere stories live. Discover now