I. Ketidaksengajaan

3.7K 179 86
                                    

Takdir Tuhan mana ada yang tahu kata mereka. Keberuntungan dan kesialan tak bisa dicampuri manusia kata mereka lagi. Pun sama dengan kebetulan yang nyatanya tak dapat manusia sangka.

Namun Ahsan tak segan untuk mengatakan bahwa melihat sang kakak tingkat Hendra Setiawan menghalangi jalannya di kantin soto bu Nani adalah kesengajaan. Catat besar-besar, ditebalkan, beri garis bawah dan miringkan. KESENGAJAAN.

Hendra Setiawan bukan sosok aneh dalam hidup Ahsan. Pasalnya orang itu adalah kakak kelas semenjak sekolah menengah atas. Yang entah bagaimana, selalu menjadi rekan sebangku saat ujian akhir. Ngomong-ngomong, ujian akhir di masa SMA nya memang selalu dicampur dengan kakak kelas.

Dan sekarang orang ini berdiri di hadapannya, menggaruk tengkuknya-Ahsan yakin tidak gatal kecuali Hendra punya panu yang tak dilihatnya- dengan gugup. Yang bisa Ahsan lakukan hanya mengangkat alisnya tanda bertanya. Alih-alih mendapat jawaban, gestur ini justru membuat kakak kelasnya itu makin gusar. Dia kenapa sebenarnya?

Ahsan terlonjak ketika seseorang menepuk pundaknya. Ia hampir menyembur sumpah serapah pada yang bertanggung jawab, namun ia telan bulat-bulat. Sosok lelaki berotot-Ahsan pernah menyebutnya gempal dan langsung ditabok dengan raket nyamuk- tersenyum padanya. Markis Kido.

"Kak Markis?"

Kido tersenyum selebar kucing ungu di kisah Alice. "Ahsan! Numpang nyoto yak?" katanya dengan lugas dan terlampau ceria.

Keanehan itu ditepis Ahsan, memang dasarnya sahabat Hendra Setiawan itu aneh, Ahsan sudah kenal baik karena nyatanya ia akrab dengan adik Kido.

Ia pikir hanya Markis Kido saja yang akan berjalan mengikutinya, nyatanya kakak kelas dan kakak tingkatnya yang lain juga mengikuti. Ah, bilang saja Hendra Setiawan, susah sekali otaknya ini menyebut oknum HS.

Hari ini kantin sepi, entah kenapa. Ahsan mendapat tempat duduk di bawah kipas angin besar yang bekerja dengan terseok-seok. Deritnya saja sudah mengilukan hati dengan debu-debu menghitam dan bergumpal menutup baling-baling dan celahnya. Bukan pilihan yang tepat, tapi Ahsan tak ambil pusing dan mulai melahap sotonya.

Markis Kido duduk di sampingnya, menceburkan es batu pada sotonya. Biar cepet dingin sih katanya, bodo amat.

Sementara itu Hendra Setiawan sedang meminum-atau makan sih yang benar? Ahsan bahasa Indonesianya memang mepet rata-rata- kuah sotonya.

Satu hal yang masih Ahsan tanyakan dalam lubuk hatinya terdalam. Apa yang manusia muka rata itu lakukan di kantin kampusnya?

Pasalnya begini, Hendra Setiawan adalah penghuni jurusan Kimia Industri, yang terletak di kampus 4, yang berada di jalan Cendrawasih. Sedangkan Ahsan adalah mahasiswa jurusan arsitektur yang berada di kampus 1, yang terletak di jalan Nuri. Tahu jarak dari Cendrawasih ke Nuri? Tak sejauh jarak hati Ahsan dengan Rian Agung sang mantan di lain benua sana sih. Tapi jaraknya cukup menghabiskan 40 ribu saldo pembayaran di ojek online. Setidaknya paham kan jaraknya jauh?

Dan manusia itu kemari hanya untuk 'nyoto'?! Manusia segila apa yang begitu? Soto bu Nani tak seenak itu kok. Rasanya penuh micin dengan satu suwir ayam juga segenggam penuh kol. Kalau ada pilihan lain, Ahsan juga tidak mau makan di sini.

"Kak Hendra jug.." "uhuk!"

Ahsan membelalak. Belum selesai juga ia dengan kalimatnya, Hendra Setiawan sudah terbatuk, tersedak kol soto bu Nani. Ahsan yang panik dengan refleks menumpu kakinya di kursi dan maju melewati meja untuk menepuk punggung Hendra. Setelah pulih, diangsurkannya teh milik Markis Kido. Yang langsung dihadiahi pelototan sang pemilik teh.

"Kak Hendra gapapa?" tanya Ahsan sekali lagi.

Hendra hanya mengangguk kemudian dengan penuh urgensi mengambil uang dalam dompetnya dan meletakkan kertas kebiruan di meja. Lalu orang itu pergi begitu saja tanpa kata, kenangan, dan cinta(halah).

Ahsan menatapnya heran. Menanyai Markis dengan mimik di wajahnya. Namun kakak tingkat sejurusannya itu hanya mengangkat bahu tak ambil pusing dan justru mengangkat uang yang ditinggalkan Hendra dengan binar menyilaukan.

"Bodo amat sih sama tuh triplek. Yang penting kita ditraktir, yuhuuu..."

Benar juga sih, yang penting Ahsan tak keluar uang. Sering-sering aja begini. Bukan, bukan karena Ahsan juga ingin bertemu lagi dengan Hendra. Tapi ini memang hanya inginnya biar setiap hari tidak keluar uang, namanya juga anak kos. Begitu maksud Ahsan. Ya begitu.


























Jangan mengharap apa2 ya gaes... ini benar2 cuma buat cipratan2 ide ttng The Daddies, jadi bisa nyambung, bisa ga, bisa hanya satu dua kata, atau gombal2 receh, gtulah.

Ga tau lg mau ngebucin babah gmna, udh habis kata2ku, wkakaka...

Kalo mau req prompt boleh, tapi req doang, ga janji buat/ditabok

Btw, minions angkat koper(lu kira akademi fantasi) dr BWC. 3 kali gagal raih medali di BWC, gagal hattrick dan kalah menyesakkan di AE, di WTF pun bgtu :(( Tuhan tdk tidur.







Bonus

Bonus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SplashWhere stories live. Discover now