2

12.5K 1K 19
                                    

Cahaya matahari mulai menyeruak masuk ke dalam kamar menandakan sang fajar telah terbit, harapannya ternyata sudah pupus bahkan ia masih berada di tempat ini. Perlahan Sita mulai beranjak dari ranjang lalu keluar kamarnya, rumah yang cukup luas dan memberikan kesan elegan pada jamannya namun rumah itu sangat sepi mengingat hanya pria londo tersebut yang tinggal sendirian.

"goedemorgen"

Sita terkejut, pria asing itu mendadak berada di dekatnya dan tersenyum menyapa dirinya. Jantungnya terasa berdegup mengingat apa yang ia ucapkan kemarin malam.

"Ayo makan" ujarnya. Ia membawa Sita ke meja makan lalu menyiapkan roti dan telur .

"Kau tidak suka ya?" tanya dirinya .

"A a ku menyukainya" jawab sita sedikit gugup .

"Hari ini aku akan pergi ke kantor" ujarnya .

Sita memperhatikan dirinya yang sudah lengkap menggunakan seragam tentara .

"Aku akan kembali nanti , jangan takut " ujarnya .

Kemudian ia pergi membawa mobil tempo dulunya .

Sita menghabiskan roti serta telur  yang disediakan, tidak berapa lama kemudian datanglah seorang wanita paruh baya yang ia lihat kemarin sambil membawa keranjang yang telah tersedia sayuran.

"non? Bagaimana apakah sudah membaik?" tanya wanita itu .

"Iya sudah" jawab sita .

"Jika diperkenankan, boleh mbok tahu nama non siapa?"

"Namaku sita" jawab sita dengan tersenyum .

"Non cantik sekali,beruntung sekali non ditolong oleh tuan muda" ujarnya .

"Siapa tuan muda yang dimaksud?" sita mengerutkan alisnya.

"Tentu saja pria londo yang tinggal disini, namanya Tuan Henrick"

"Memangnya kenapa? Aku tidak mengerti maksudnya" tanya sita

"Apakah nona tahu jika jarang sekali ada wong londo yang baik dan penuh perhatian bahkan tuan muda tidak pernah memiliki seorang nyai" jawab nya .

"Nyai? Wanita simpanan tanpa ikatan pernikahan ?" tanya sita.

"Benar sekali, orang seperti tuan muda sangat langka" jawab mbok karti

Sita pernah mendengar bahwa seorang nyai terkadang merelakan dirinya untuk menjadi Simpanan untuk menghasilkan uang walaupun itu terpaksa namun tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian dari mereka juga dengan senang hati menjadi nyai. Melihat udara yang berhembus dari arah pekarangan membuat Sita ingin menenangkan diri.

"Mbok? Apa tidak keberatan aku melihat sekeliling diluar sebentar?" ujar sita.

"Tentu saja tidak keberatan, silahkan non".

Sita pergi melihat pekarangan rumah yang tampak sejuk untuk dipandang karena banyak sekali bunga yang membuatnya terlihat sangat indah, ini sangat nyata. Masa dimana bangsanya belum merdeka dan masih dijajah oleh kolonial belanda bahkan sebaik apapun pria asing itu tetap saja dirinya adalah penjajah negrinya, ia harus tetap waspada kepada pria tersebut.

Namanya Sita ajeng seorang mahasiswa jurusan ilmu sejarah disalah satu universitas di ibu kota jakarta dengan rambut hitam lebat dan wajah khas gadis jawa serta mata yang bersinar membuatnya di gandrungi kaum adam dan kini ia berada di masa kolonial dan tinggal bersama pria berdarah asing .
Ia menghembuskan nafas secara perlahan dan mencoba membuat dirinya setenang mungkin, ia biarkan sang fajar menghangatkan tubuhnya dengan sinarnya .

SERIBU MASA  [Finish]Where stories live. Discover now