BAB 29

1.6K 72 0
                                    

Dian membukanya secara perlahan, ada perasaan Hangat menyelimutinya. Tubuhya begitu hangat, ia merasakan tekstur bantal yang keras, tapi sangat nyaman untuk di gunakan. Awalnya kabur lama kemalamaan ia dapat memfokuskan penglihatannya.

"Pagi sweet heart,"

Dian yang mendengar itu lalu menoleh. Ia memandang wajah berahang tegas dan mata tajam itu berada di sisinya. Reflek tubuhnya menjauh,

"Buk ...,"

"Awww ...,"

"Sakit,"

Dian meringis kesakitan. Kepala cantiknya terjedot sisi tempat tidur berbahan kayu jati itu.Liam melihat kejadian itu, ia dengan cepat mendekati Dian. Ia memeriksa kepala Dian, memastikan bahwa kepala cantik itu aman, sepertinya tidak ada tanda-tanda terluka pada kepala bagian belakang.

"Masih sakit," ucap Liam, masih mengusap kepala Dian.

"Enggak," ucap Dian.

"Kok aku bisa ada di sini," ucap Dian, ia yakin bahwa dirinya tidur di sofa tadi malam, bersama Boy.

"Aku yang pindahin," ucap Liam.

"Kok kamu pindahin, aku semalam tidur sama Boy loh di sofa," ucap Dian, ia mencoba memastikan ingatannya.

"Kalau kamu tidur di sofa, nanti badan kamu malah pegel-pegel loh sayang," ucap Liam.

Dian mengerutkan dahi, ia mendengar kata sayang di sana, "Sayang? Kamu panggil aku sayang?"

"Jadi kamu enggak suka aku panggil sayang? Aku panggil kamu baby, atau sweet heart aja. Sayang aja deh lebih keren,"

"Eh ..." Dian masih sulit mengerti, mungkin efek baru bangun tidur.

"Eh, apa sayang?" Ucap Liam, ia mengelus rambut lurus Dian.

"Kok, kamu bisa panggil aku sayang gitu," ucap Dian, ia berusaha menyingkirkan tangan Liam, dari puncak kepalanya.

"Kamu kan pacar aku, wajar dong aku panggil sayang,"

"Emang kita pernah jadian," tanya Dian, ia masih sulit mengerti.

"Kamu lupa, tadi malam kita udah jadian,""Owh" Dian merasa takjub, dan ia sulit percaya atas apa yang ia ucapkan.

"Kamu lupa, semalam kamu nembak aku. Aku terima deh pernyataan cinta kamu. Sekarang kita jadian dong,"

Dian memutar memori ingatannya, beberapa saat kemudian, ia lalu menutup mulutnya agar tidak berteriak, ia ingat sesuatu apa yang ia ucapkan.

"Aku ingat kok," ucap Dian, menepuk jidatnya.

"Ingat kan, sekarang kita resmi pacaran,"

Dian dengan cepat merapikan rambut lurusnya, dengan jari-jari tangannya, yang ia yakini berantakkan. Ia harus menjelaskan kepada laki-laki di hadapannya ini.

"Tapi sumpah, semalam itu aku cuma becanda. Aku enggak mungkin pacaran dengan laki-laki yang baru aku kenal beberapa jam. Logika aja seperti itu, kamu ngertikan maksud aku,"

Liam menarik nafas, ia memandang cukup jelas wajah cantik itu, "Tapi sayangnya aku udah suka sama kamu," ucap Liam lagi.

"Kamu kok bisa suka,"

"Setiap orang berhak, untuk suka sama siapa aja, sayang,"

"Kita kan baru kenal,"

"Terus kalau baru kenal, emang enggak boleh suka kamu,"

"Kalau suka, ya suka aja. Aku enggak mau lah, pacaran sama cowok yang baru aku kenal,"

"Kita sudah kenal dari kemarin loh sayang, bukan baru,"

TERJERAT CINTA TUAN POSESIF (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang