BAB 5

2.7K 129 0
                                    



Liam melirik jam melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 19.20 menit. Liam menghentikan mobilnya di depan rumah berpagar hitam. Rumah sederhana ini lah tempat Dian di besarkan. Dian membuka sabuk pengamannya, dan ia ingin secepatnya keluar dari sini. Suara klakson terdengar, Liam dan Dian lalu menoleh ke arah belakang. Liam mengerutkan dahi, karena ia melihat pencahaayan dari arah kaca belakang, meyorotinya.

Dian menepuk jidatnya, karena ia tahu itu adalah mobil orang tuanya. Ia ingin sekali membenturkan kepalanya, karena saat ini ia bersama si babon. Orang tuanya pasti akan bertanya-tanya kepadanya.

"Siapa?," tanya Liam,

Dian tidak menjawab pertanyaan Liam, ia lalu membuka hendel pintu. Liam melakukan hal yang sama, ia ingin tahu siapa yang mengkalson mobil itu. Liam memandang dua orang separuh baya di yang baru saja keluar dari mobil, dan memandang dirinya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Dian, yang berjalan menghampiri dua orang itu.

"Adek, kamu baru pulang," ucap wanita separuh baya itu. Wajah itu masih cantik walau usianya tidak muda lagi.

Mendengar percakapan itu, ia tahu bahwa ke dua orang itu adalah orang tua kekasihnya. Liam dengan tenang, lalu melangkah mendekati dua orang itu, sangat tidak sopan rasanya jika tidak menghampiri beliau.

"Iya," ucap Dian.

Sungguh ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan, karena Liam kini berada di sampingnya.

Liam tahu bahwa laki-laki separuh baya itu memperhatikannnya. Liam mencoba tersenyum kepada laki-laki itu. Laki-laki itu membalas senyumannya.

"Kamu sama siapa dek?" Tanya mama Dian, wanita separuh baya itu juga memperhatikan Liam.

Wanita separuh baya itu, memperhatikan secara keseluruhan, laki-laki yang bersama putrinya. Laki-laki itu bertubuh tinggi, badannya bidang, rambutnya panjang sebahu, dan ia tidak percaya bahwa ada tato di lengan kiri itu.

Sekarang ia menilai bahwa laki-laki yang bersama putrinya itu berantakkan. Ia pikir putrinya menyukai laki-laki yang necis, berpakaian kantor, dan rambutnya tertata rapi. Tapi lihatlah putrinya bersama laki-laki yang di luar ekspetasinya. Ia ingin sekali menyadari putrinya yang cantik ini, bahwa pilihannya itu sangat buruk.

"Saya Wiliam tante, kekasih putri anda, Dian," ucap Liam, ia lalu mengulurkan tangannya kepada wanita separuh baya itu.

Dian seperti tersambar petir, mendengar apa yang keluar dari bibir laki-laki itu. Dengan berani menyebut bahwa dirinya kekasih. Apakah Liam sudah gila? Tidak tahu etika serta sopan satun, mengatakan secara jelas bahwa dia adalah kekasihnya. Pernyataan itu begitu terang-terangan dan penuh percaya diri. Ingin sekali ia membunuh laki-laki ini sekarang juga.

Tamat sudah riwayatnya, ke dua orang tuanya memandangnya dengan pandangan sulit di percaya. Ternyata laki-laki inilah kekasihnya. Oh Tidak, mau taruh di mana wajahnya ini.

"Saya ibu nya Dian, dan ini ayahnya Dian, senang berkenalan dengan anda," ucap mama lalu membalas uluran tangan Liam. Sedetik kemudian wanita separuh baya itu melepaskan uluran tangannya.

"Saya baru melihat anda," Ayah Dian mulai menyelidiki siapa laki-laki di hadapannya ini.

Dian akan berterima kasih kepada sang ayah jika berhasil, menentang hubungan ini. Ia pasti akan sujud sukur jika hubungannya landas sampai di sini.

"Ya, karena selama ini saya tinggal di New York, om. Jadi tidak pernah bertemu om dan tante," ucap Liam tenang.

"New York? Di Amerika itu?"

TERJERAT CINTA TUAN POSESIF (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang