BAB 14

1.8K 95 0
                                    

Dian membawa kopernya masuk ke dalam kamar. Ia menatap Ayana dan Linggar, yang sedang melakukan hal yang sama. Dian mengalihkan pandangannya kepada Linggar, ia memperhatikan koper yang terbuka itu. Ia takjub, melihat isi koper Linggar. Ia melangkahkan kakinya semakin mendekat, memperhatikan struktur pada isi dalam koper itu.

"Rapi, gila," ucap Dian berdecak kagum.

Ayana mendengar itu lalu melangkah mendekati Dian. Ia juga memperhatikan isi koper Linggar.

"Iya dong, jadi cewek tu harus rapi, bersih dan keset," ucap Linggar.

"Gimana caranya lo nyusun sampe rapi gitu, pakek mesin,"ucap Ayana.

"Nyusunnya, ya pakek hati,"

Dian menggelengkan kepalanya, "Gila, boro-boro pakek hati, Baju gue aja masukin sembarang," timpal Dian.

Linggar melirik Dian dan Ayana, ia lalu tersenyum kepada teman barunya itu, "Kalau bersih dan rapi itu, di lihatnya enak, enggak ada bakteri, dan hidup kita jadi sehat," ucap Linggar, melirik ke dua temannya.

"Lo mirip guru SD gue Ling, beneran. Guru gue pernah ngomong kayak gitu," Ayana lalu duduk di samping Linggar, begitu juga Dian.

"Bersih itu pangkal sehat, jadi selogan itu selalu tertanam di hati gue. Jadi jika lo berdua jangan pernah menaruh tisu bekas sembarangan, oke," Linggar mencoba memperingati Ayana dan Dian.

"Tenanglah, ada tong sampah di sana," ucap Dian.

Linggar memperhatikan Dian, ia dari kemarin mencoba berpikir cukup keras, bagaimana wanita itu bisa menyukai laki-laki menyeramkan itu,

"Lo kenapa sih bisa jadian sama si gondrong itu, dia itu serem banget, sumpah," ucap Linggar.

"Ceritanya panjang deh, pokoknya kejadiannya teragis," ucap Dian.

"Teragis kenapa?,"

"Ah, susah gue ceritain. Yang pasti gue terpaksa jadian sama dia, enggak ada pilihan lain. Kalau lo jadi gue, ya enggak berani nolak, serem tau," timpal Dian.

"Iya sih, kalau gue jadi lo juga sama. Terima-terima aja, dari pada cari mati," ucap Linggar lagi.

"Kata pacar gue, cowok lo itu emang nyeremin. Tapi cewek cewek pada suka loh sama dia, bahkan ada artis juga," ucapnya lagi.

"Artis mana yang suka sama si babon itu, pasti matanya rabun, enggak percaya gue," timpal Dian.

"Katanya nih, artis itu sampe ngejar-ngejar ke New York. Artisnya itu, kalau enggak salah, Mario host nya My Traveler," ucap Linggar lagi.

"Ah, gue enggak percaya, itu akal-akalan cowok lo aja kali," ucap Ayana.

"Beneran kali Yan, Darka kan udah lama di New York juga, sama kayak pacar lo,"

"Gue enggak percaya,"

"Coba lo tanyain aja sama dia, biar lo mastiin bener apa enggak," ucap Linggar lagi.

"Gue enggak berani nanya, Serem tau,"

Linggar membuka rekseleting koper bagian dalam, ia merogoh bungkusan berwarna putih yang telah ia persiapkan dari kemarin.

"Gue ada oleh-oleh untuk lo berdua, waktu itu gue sempat balik ke Kalimantan," ucap Linggar, ia menyerahkan bungkusan itu kepada Ayana dan Dian.

Dian memandang sebuah kalung berwarna hitam. Kalung itu berbentuk lingkaran mengkilat serta ada permata di tengahnya. Ya, kalung ini simple dan cantik menurutnya.

"Kalung itu cantik kalau lo pakek kemeja atau dress polos. Percaya sama gue," ucap Linggar lagi.

"Thank's ya," ucap Dian, ternyata bocah cerewet itu baik juga.

TERJERAT CINTA TUAN POSESIF (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang