Bab 18

1.1K 62 10
                                    

Happy reading

***

Dina mengedarkan pandangannya kesegala penjuru ruangan rumah yang di dominasi warna putih. Ia melangkah menuju tangga, mengikuti Mince. Ia di sini karena ia butuh teman bicara dan sekaligus ingin tahu, siapa laki-laki yang telah menjerat hati sahabatnya ini.

Ia melihat Mince membuka pintu kamar, dan mempersilahkannya masuk. Jujur ini merupakan ke dua kalinya ia ke rumah Mince. Ia menyimpan tasnya di meja. Lalu melepaskan jas begitu saja di atas kasur yang bermotif bunga-bunga itu. Ia memandang Mince menggantung jasnya dibelakang pintu.

"Bokap lo belum balik?," tanya Dina, ia mendaratkan pantatnya di tempat tidur.

"Belum, masih betah katanya di Padang," Mince tersenyum lalu membaringkan tubuhnya di tempat tidur.

"Sinem gimana?,"

"Lagi seneng dia, maklum security komplek minta no WA nya, mungkin lagi asyik PDKT,"

"Terus,"

"Ya biarin aja, biar dia bahagia. Oiya terus gimana lo sama Igar,"

"Biarin aja lah, tadi di office kita diem-dieman aja. Kalau ngomong ya seperlunya aja. Ya ada perasaan enggak enak gitu deh, tau lah gimana," Dina membaringkan tubuhnya di samping Mince.

"Di sini kan gue mau tau lo dekat dengan siapa, eh lo malah nanyain gue sama Igar,"

Dina menatap Mince, ka akui bahwa Mince salah satu karyawan yang berparas cantik. Igar adalah termasuk laki-laki ingin mendapati hatinya, namun sayangnya Igar tidak bisa mendapati hati itu. Ia tidak tahu kenapa Mince begitu menutup pintu hati kepada laki-laki di luar sana. Namun sekarang, Mince mengakui bahwa ia sudab memiliki kekasih. Itu merupakan pernyataan yang tidak disangka-sangka, padahal ia tidak pernah melihat Mince bersama laki-laki manapun.

"Terus lo sama siapa sekarang ? cerita sama gue,"

Mince menarik nafas, ia menatap langit plafon. Ia mendengar suara ponsel bergetar, ia biarkan begitu saja, karena ia tahu bahwa pesan itu pasti dari Arnold. Ia mengubah posisi tidur menyamping menatap Dina.

"Janji, lo enggak bakal cerita sama siapa-siapa?,"

Dina mengangguk, "Iya, lo tenang aja kalau sama gue,"

"Gue balikan lagi sama mantan,"

Dina mengerutkan dahi, "Mantan?,"

"Siapa mantan lo?," tanya Dina penasaran.

"Arnold,"

"Arnold?," ia bingung, siapa Arnold yang dia maksud. Di muka bumi ini, nama Arnold begitu banyak, dan tidak terhitung jumlahnya.

"Pak GM,"

Alis Dina terangkat dengan mulut sedikit terbuka, ingin berteriak tapi jemari itu segera membungkam. Ia sungguh tidak percaya bahwa Mince pacaran dengan pengelola hotel tempatnya bekerja. Oh Tuhan, mimpi apa ia semalam, mendapati temannya berpacaran dengan laki-laki berkualitas seperti Arnold.

"Are you serius?,"

"Yes, sure,"

"Pantesan, gue liatin lo dilobby sama dia. Tatapan matanya liat lo itu sesuatu banget. Ternyata cinta lama belum kelar, kok lo baru cerita sekarang sih," timpal Dina tidak terima, ia seharunya perotes karena telat mengetahui kabar angin ini.

"Ini juga baru cerita sama lo, baru juga sih jadiannya,"

"Terus, kenapa lo waktu itu gue tanya tentang GM baru itu, pura-pura enggak kenal,"

"Kan gue nggak mau ada yang tau, lo gimana sih !,"

"Lo enggak cerita sama gue Min, gimana lo sampe kenalam sama dia?,"

We're Hiring (TAMAT)Where stories live. Discover now