Bab 5

1.2K 73 0
                                    

Happy reading

***

Well, sekarang ia bertemu sang mantan dengan profesi barunya. Ia sebenarnya bingung antara percaya atau tidak. Seorang chef kini beralih menjadi General manage. Ah, ia semakin sulit konsentrasi jika Arnold masih berkeliaran di dekatnya. Dia hilang setahun lamanya di antah-berantah saja ia sulit melupakan dia. Apalagi yang dekat seperti ini.

Mencari pekerjaan baru merupakan solusi yang tepat, karena berada di lingkungan kerja bersama sang mantan, pastilah akan membuat kinerja dan produktifitas menurun.

Ini merupakan masalah pengabaian, yang akan menjadi masalah besar mengancam hati dan jiwa. Sebagai keryawan, ia tentu saja kurang nyaman dengan lingkungan kerja. Ada yang membuatnya tidak berdaya di kantor, karena mata elang itu seakan memperhatikannya. Entahlah pertemuan tadi jantungnya berdebar-debar tidak karuan hingga saat, bahkan sulit dikendalikan.

Mince menggigit bibir bawah, ia berharap tidak akan bertatap muka kepada laki-laki itu lagi. Mince memandang ke arah layar ponsel ia membuka aplikasi linkedln, ia mulai berpikir keras, memilih antara menjauh dan resign? Ah, ini menjadi dilema karir dirinya yang baru dimulai. Membuat kepalanya pusing tujuh keliling. Ia melihat postingan lowongan pekerjaan pada akunnya.

We're hiring

HR Coordinator
Placement in Jakarta

Requirements :
Min Diploma Degree
Min 3 years of experience in the same position
(At least 1 year of experience in animation)

Please register on.arch.software/jobs
Or send your application to
anas@archipelagointernational.com

Sepertinya lowongan pekerjaan diatas, cocok untuk dirinya. Ia menscreen shoot pada gambar, agar sewaktu-waktu jika ingin melamar pekerjaan tersebut. Ia melirik jam melingkar ditangannya menunjukkan pukul 17.12 menit. Sudah seharusnya ia pulang, ia melirik ruangan pak Hilman masih tertutup rapat. Tadi beliau mengatakan bahwa ada meeting dengan GM yang baru. Ia mematikan power komputer, ia melangkahkan kaki keluar.

Mince menghentikan langkahnya, memandang lurus kedepan. Ia menatap Igar yang berjalan mendekat. Lihatlah laki-laki itu tampan seperti biasa, senyumnya begitu manis.

"Hai, udah mau pulang?,"

Mince tersenyum simpul, "Iya, ini mau pulang,"

"Enggak ngopi dulu?,"

"Hemm,"

"Ngopi dulu yuk di resto, bentar aja, aku mau ngobrol-ngobrol sama kamu,"

Sebenarnya ia ingin menolak permintaan Igar, tapi berhubung Igar sudah banyak membantunya, jadi ia tidak enak menolak permintaan itu. Jika hanya sekedar ngopi di resto sebentar, iya tidak masalah.

"Iya,"

Igar tersenyum, ia meneruskan langkahnya di ikuti Mince di sampingnya. Wanita itu masih tetap sama, dia terlihat sangat menarik. Sulit sekali menaklukan hati seorang Mince, ia berharap tidak akan gagal kedua kalinya.

"Ayah kamu pulang ke Padang?,"

"Iya, pergi ke rumah keluarga, kalau di rumah kebawaan sedih mulu, ingat bunda,"

"Kamu enggak ikut?,"

"Cuti aku habis,"

"Pakek cuti aku aja, masih full,"

Mince lalu tertawa, ia melirik Igar tersenyum kepadanya, "Kalau bisa aku pakek, enggak nolak deh,"

Lihatlah senyum dan tawa wanita cantik itu begitu menarik, tidak ada lagi terlihat wajah murung, cemas dan sedih yang di perlihatkan seperti kemarin.

We're Hiring (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang