Bab 15

912 44 1
                                    

Happy reading

***

Arnold memandang taman belakang dari balik balkon. Ia menghela nafas panjang, ia mananti Mince yang sedang berada di kamar mandi. Ia merasakan terpaan angin malam, lalu menatap langit tanpa bintang.

Malam adalah tempat di mana bisa melepas semua beban dan melepas hati yang sedang gundah. Malam dengan hamparan langit tanpa adanya rasi bintang. Yang ia lihat adalah langit kelam yang tertutup oleh polusi udara.

Ah, namanya juga Jakarta, susah sekali mencari tempat ketenangan di sini, kecuali di dalam kamar seorang diri.

"Liatin apa?,"

Arnold lalu menoleh, memandang Mince sudah berada di sampingnya. Aroma mawar putih yang manis, dapat ia rasakan pada tubuh wanita itu. Wajah polos tanpa make up, terlihat begitu mempesona. Terlebih rambut yang lembab itu nampak begitu sexy di matanya.

"Enggak lihatin apa-apa, cuma nikmati malam saja,"

"Kayaknya mau hujan," ucap Mince, menatap langit tanpa bintang, yang ia rasakan angin malam sudah berhembus, menerpa wajahnya.

"Iya, sepertinya begitu. Kamu suka hujan?,"

"Suka dong, apalagi kalau malam gini, tidur aku nyenyak," Mince terkekeh, ia melirik Arnold yang tersenyum. Lihatlah senyum laki-laki itu begitu menawan.

"Kata Bob Marley, You say, you love rain, but use an umbrella to walk under it,"

Mince lalu tersenyum, ia menatap iris mata Arnold, "Besok kegiatan kamu apa? Biasa GM sibuk,"

"Lumayan padat sih, besok aku ada meeting direktur dan owner jam 10 pagi, siangnya aku ke Polda dan sorenya aku meeting lagi sama semua manager,"

"Wah padat banget kegiatan kamu,"

"Mungkin sampe malam baru kelar, banyak perlu pembenahan agar hotel lebih maju lagi,"

"Terus,"

"Hari Jum'at aku ada test food menu baru, kamu mau ikut ?,"

"Ya enggak lah, gila aja kalau ikut kamu. Sehotel pasti bakalan heboh deh,"

Arnold seketika tertawa, ia melirik Mince, "Kamu tuh takut banget sih katahuan anak-anak hotel. Ajak si Dina teman kamu itu. Yah, pura-pura aja ke restoran, terus aku panggil deh kalian berdua, ikut nyicipin juga,"

"Uh dasar, tetap aja aku enggak mau. Pokoknya aku di hotel bakalan jaga jarak sama kamu,"

"Come on,"

"Tetap enggak, aku bakalan di office,"

"Mince,"

"Ya Arnold,"

Mereka seketika tertawa, saling bertatapan satu sama lain. Entahlah pembicaraan ringan ini seolah menjadi saksi kedekatan mereka. Arnold mendekat ia mengelus puncak kepala Mince. Ia mengalihkan tatapannya ke arah bibir tipis itu. Ia ingat, pertama kali mereka berpangutan di dalam apartemennya secara menggebu-gebu.

"Aku bahagia bisa bersama kamu lagi, berdua seperti ini, tertawa, ngobrol enggak jelas. Entahlah semuanya terkesan sederhana, tapi buat aku betah lama-lama sama kamu,"

"Hemmm,"

Arnold meraih jemari lentik itu, permukaan tangan yang lembut dan lembab. Pegangan tangan seperti ini, merupakan salah satu cara romantis yang paling umum di lakukan oleh umat manusia di muka bumi ini. Gestur romantis mengandung makna yang sangat dalam. Ia merasakan kehangatan dan kenyamanan berdua seperti ini.

"Aku boleh tanya?,"

"Apa?,"

"Semenjak satu tahun kita berpisah, kamu pernah dekat dengan seseorang?," tanya Arnold penasaran.

We're Hiring (TAMAT)Where stories live. Discover now