BlackRose [6]

627 50 0
                                    

Tanah yang berdiri di depan pintu sambil membawa bekalnya sendiri yang ia buat untuk Saudaranya, Kedua matanya menatap sambil membaca tulisan yang tertempel pada pintu ruangan hadapannya

Dirinya tidak di Rumah saat ini, Ia mengunjung dimana Saudaranya satu ini tengah bekerja sambil membawa makan yang dirinya sendiri buat

Tidak ada salahnya jika ingin melihat keadaan Saudaranya yang hanya beda beberapa bulan saja, Perlahan lahan satu tangannya mengetuk pintu beberapa kali yang akan menimbulkan bunyi ketukan pintu

"Masuk"

Suara ia kenali muncul dari dalam ruangan, Suara yang ia rindu padahal belum sehari atau setengah hari. Dirinya tidak tahan rasa sepi di rumah ini dengan Saudaranya yang masih sekolah ia mengambil keputusan berjalan jalan mengunjungi Saudaranya, dirinya masih belum bisa tenang dan belum menerima semua ini dengan sepenuh hatinya

Ia masih menyalahkan dirinya gagal menjaga kedua Saudaranya yang sama sama dalam keadaan koma namun ditempat kejadian yang berbeda, Mengingat bagaimana kedua kelopak mata Saudaranya tidak terbuka saat ia datang menjeguk... Sangat tenang Saudaranya terbaring di kasur rumah sakit yang dirinya benci bau bau obat itu

Tenang namun sakit

Sambil membuka pintunya perlahan lahan, Ia melihat ruangan ini hancur berantakan layaknya seperti kapal pecah. Ruangan yang milik Petir dulu sekarang dijadikan milik Angin untuk sementara, Ia bisa mencium aroma khas yang mengingatkan bau kamarnya yang dihuni oleh dirinya serta dua Saudaranya

Bisa dilihat jika Saudaranya tengah membelakanginya tidak menyadari kehadiran dirinya disini, Kedua mata coklat itu fokus pada data data yang ada pada tablet serta kertas yang berserakan dimeja. Melihat Angin yang tengah serius membuat dirinya perlahan lahan jatuh kedalam lubang penyesalan, Karena telah membuat hidup Angin berubah

Rasanya dia ingin pergi dari sini, Tidak mau menganggu Saudaranya yang mungkin tidak ada waktu untuk istirahat bahkan refreshing?

"Apa ada hal penting?" Angin berbicara tanpa membalikan badannya matanya tetap fokus pada data datanya, Tapi perlahan lahan mengeringit bingung jika dirinya tengah berbicara pada udara tanpa ada lawan bicara atau balasan balik. Ia membalikan badannya lalu melihat sekitar ruangan jika tidak ada orang sama sekali membuatnya semakin bingung

"Seingatku tadi ada orang ketuk pintu ya?" Gumamnya lalu kedua matanya tiba tiba fokus pada kotak makan yang berwarna biru transparan itu terletak manis di meja kosong, Rasa penasaran yang muncul pada dirinya hingga meninggali kursi yang ia duduki berjam jam sambil mendekati Kotak makan yang terletak di meja kosong itu. Dirinya tidak menyadari bahkan Tanah barusan pergi

"Bekal milik siapa ini?"

~~~

"Kenapa diam Max?"

Pemilik nama barusan dipanggil oleh Zhapa yang hanya diam sembari melihat ponsel yang bergetar dan menyodorkan kepadanya, Terlihat dari ponsel milik Maxe ada nomor asing yang ia tidak kenali sama sekali membuat Zhapa menaikkan sebelah alisnya ke atas

"Siapa itu?"

"Aku tidak tau" Ia mengedikan bahunya sambil melihat ponselnya yang terus bergetar "Kalian duluan aja, Aku urus ini telepon sejenak" Ia membalikkan badannya sambil menekan tombol hijau yang ada di layar ponselnya meletakan ponsel itu di telinganya

"Jangan lama" Leo yang juga geng Maxe itu paling pendiam bahkan jarang bicara, Dia memilih sendirian atau bisa dibilang ia lebih mementingkan pada dirinya di bandingkan gengnya itu yang cukup ribut

Apa sadar jika sikap mereka berempat itu seperti saling memusuhi diam diam seperti Zexo dan Maxe itu, Dengan bermula kehilangan seseorang di antara mereka yang saling menuduh sehingga perlahan lahan mulai diambang kehancuran hubungan mereka seperti tujuh Saudara yang memiliki nama depan 'Boboiboy'... vas yang sudah pecah susah mau dibalikkan semula lagi

Hello BlackRose?[√]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt