Armada Cheng Ho

1.3K 33 6
                                    


Panji kian pasrah dengan hidupnya, sejauh mata memendang cuma lautan yang terlihat.

Tidak mungkin dia berlayar seorang diri dengan kapal sebesar itu.
Membuat perahu untuk kembali ke Majapahit, rasanya juga tidak mungkin, karena saat ini dia sendiri juga tidak tahu ada dimana.

Didepan laut, dibelakangnya hutan belantara, namun apa yang perutnya rasakan, mendorong dirinya untuk memasuki hutan tersebut.

Tidak terdengar suara manusia, yang masuk ke telinga Panji cuma kicauan burung, dan bunyi dedaunan yang bergerak tertiup angin.

" aku tidak boleh menyerah, tidak ada yang akan menolongku disini "

Langkah Panji tertatih tatih menahan perih yang ada dikaki, luka bekas sabetan pedang Jalak setro.

Mencari apapun yang bisa dia makan, walau menyusuri hutan yang tidak pernah di jamah oleh manusia.

Panji menghentikan langkah, terdengar suara ombak yang tidak terlalu jauh dari dirinya saat ini.

" apa aku kembali ke tempat semula ? "

Rasa putus asa bercampur aduk di pikirannya, sudah terasa jauh kaki melangkah, namun ujungnya harus ke tempat semula.

" sepertinya ada suara manusia, tapi kata katanya aneh "

Panji mencoba menangkap apa yang dia dengar, diantara suara angin dan kicauan burung, terdengar kata kata yang terdengar keras.

" siapa mereka ? "

Dari balik pepohonan hutan, matanya melihat banyak kapal dan juga orang orang yang membawa pedang.

" mereka seperti prajurit, tapi darimana asalnya ? "

Dari pakaian maupun atribut yang dikenakan, dan warna kulit, jelas terlihat jika mereka bukan dari Nusantara.

" dai sha'ng chua'an "

Panji terasa sangat asing dengan kata kata tersebut, dia mencoba untuk lebih dekat melihat mereka.

" aku harus berani "

Ada kebimbangan pada diri Panji, antara mendatangi mereka, atau tidak.
bukan rasa takut, tapi kondisi dirinya saat ini yang tidak memungkinkan untuk kembali bertarung.

Tidak ingin berurusan dengan mereka, Panji menyelinap untuk pergi menjauh.

Dengan tertatih tatih Panji melangkah meninggalkan tempat tersebut, namun belumlah jauh kaki melangkah, seseorang telah menghentikannya.

Pedangnya terhunus lurus kearah Panji, tidak ada kata yang dia ucapkan.

Panji cuma diam, dia tidak ingin berurusan dengan prajurit asing ini, dan cara terbaik adalah pura pura bodoh.

Kondisi fisik yang Panji rasakan sangat berat untuk bertarung saat ini, namun ada hal yang membuat dirinya lega.

Prajurit asing menurunkan pedangnya, dan dengan bahasa isyarat, dia mengajak Panji ke tempatnya.

Terlihat dari raut wajahnya dia iba melihat kondisi Panji, dan tidak ingin mencelakai.

" gen wo lai "

Ucapnya dengan menarik tangan Panji untuk mengikuti langkah kakinya.

Panji yang semula merasa khawatir, kini rasa itu berangsur-angsur mulai menghilang.

Panji sudah sangat yakin, jika nanti pasti akan menjadi pusat perhatian.

Dugaan Panji tidak salah, semua mata kini tertuju padanya, namun bukan itu yang merisaukan hati Panji.

" hendak kemana mereka ini ? "

Jumlah mereka ratusan, dan membawa persenjataan perang yang lengkap, hal ini menimbulkan pertanyaan bagi Panji.
" akan menyerang kerajaan mana mereka ? "

Panji langsung menghentikan pemikirannya, saat seseorang didorong dihadapan dirinya.

" siapa nama kamu ? "

Sejenak Panji terhenyak kaget, karena tidak menyangka sama sekali, diantara ratusan prajurit asing tersebut ada yang bisa berbahasa Majapahit.

" Panji "

" apa kau penduduk sini ? "

" aku dari Majapahit, dan aku terdampar disini "

Melihat kondisi Panji yang sangat memperihatinkan, dia tidak lagi melanjutkan pertanyaan.

Panji cuma menurut saja, saat beberapa orang diantara mereka membawanya masuk ke kapal.

Mereka memperlakukan Panji dengan baik, mengobati luka, dan memberinya makanan.

" kami akan ke Majapahit "

Tercekat rasanya mulut Panji mendengar ucapan tersebut.
Panji merasa jika mereka akan menyerang Majapahit.

" apa kalian bermaksud menyerang Majapahit ? "

Prajurit itu tersenyum, dan tangannya menepuk pundak Panji beberapa kali.

" kami datang ke Majapahit untuk misi persahabatan, bukan peperangan "

Jawaban yang sangat melegakan bagi Panji.

Ksatria Majapahit 2 Bhre Tumapel.Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum