• saturdate

1.4K 176 4
                                    

Hari Sabtu semestinya adalah hari yang digunakan untuk bersantai-santai. Sedihnya kali ini Samudera bilang dia harus bawa Ucing ke dokter. Samudera mengabariku dengan cukup panik, membuatku ikut panik saat menjawab teleponnya.

Dia cuma minta maaf karena membatalkan janji kami. Kalau boleh jujur, sedih sih. Tapi. Ucing tentu menjadi nomor satu. Samudera masih belum cerita apa-apa lagi. Makanya jadi tambah sedih. 

Samudera sekarang sedang apa ya?

Hari ini rencananya kami mau pergi berdua, ya selalu berdua sih, tapi kali ini bukan sekadar cari makan atau tempat nongkrong enak. Kami tadinya mau pergi ke tempat bermain. Indoor atau outdoor bukan masalah. Selama ini dia kalau main cuma sama teman-temannya saja, makanya aku penasaran.

Aku bingung juga kenapa aku jadi uring-uringan, padahal bukan rencana besar ataupun penting.

Oke, jangan bilang-bilang ya, aku sedih karena tidak bisa menghabiskan hari terakhirku sebelum bertambah tua bersama Samudera. Iya, besok itu ulang tahunku. Kenapa ngga pergi besok? Ya karena aku maunya satu hari sebelum. Bukan saat ulang tahun. Apalagi satu hari setelahnya. Ngga penting banget, kan?

Semakin ke sini aku sadar aku semakin manja sama Samudera. Aku cuma takut nanti jadi ketergantungan. Padahal hampir setiap hari kami bertemu, walau hanya beberapa menit saja. Bayangkan seberapa bosannya dia harus bertemu setiap hari denganku. Semestinya aku tidak merasa sebal karena satu hari saja tidak bisa bertemu. Kalau Ucing ternyata sakit parah gimana? 

Cuma, dari sekian banyak hari, kenapa harus hari ini ya?

...

Aku menghabiskan waktu siangku dengan tidur siang dalam kamar kos. Sejak pagi udaranya dingin, jadi semakin menambah alasan untuk beristirahat di kasur. Tanpa ada yang mengganggu sama sekali. Aku bahkan tidak peduli untuk keluar mencari makan siang. Masih ada cemilan yang menyelamatkan aku dari kelaparan. Juga beberapa kotak susu yang aku beli kemarin sore.

Samudera masih sibuk sama Ucing ngga ya? Sampai jam segini masih belum ada kabar soal Ucing. Dia kira aku ngga peduli sama Ucing apa? 

Aku berguling di balik selimutku. Memeluk kedua kaki sebelum kembali mengecek ponsel. Ada notifikasi baru tapi bukan dari Samudera. Sebal. Sesusah itu ya buat kasih kabar?

Pokoknya kalau sampai jam empat sore belum ada kabar, aku harus menelepon Samudera. Kalau dia sibuk karena urusan lain aku pasti tidak akan ribet menganggu. Beneran deh, aku cuma khawatir sama Ucing. Bukan posesif berlebihan. 

Aku berusaha menyibukkan diri dengan bermain game. Sambil terus mengecek jam saat aku ingat. Harus menelepon Samudera, tanya kabar adiknya, tanya kabarnya juga.

Belum sampai jam empat, dia sudah meneleponku. Akhirnya. Aku mengangkat teleponnya setelah beberapa kali nada dering.

"Dera!"

"Nora!"

"Ucingnya gimana?"

"Kok ngga tanyain aku dulu sih..."

Aku tertawa mendengar suaranya yang langsung menjadi tidak semangat lagi. "Kabarnya Ucing lebih penting, dia ngga sakit kan?"

"Ngga kok, ngga apa-apa."

"Oh yaudah bagus deh. Kamu udah makan?"

"Hehe. Udah kok."

"Jangan ketawa-ketawa, aneh tau. Sekarang kamu di mana?"

"Emmmm..."

Kok dia jadi ragu-ragu begitu. Mencurigakan.

"Der? Kenapa?"

Hello, Hi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang