• one of us is sick and it is the hell week

1.9K 311 5
                                    

Being on period sucks. Biasanya aku selalu menyiapkan obat pereda rasa nyeri di dalam dompet atau tasku. Tapi saat ini aku sedang kehabisan obat tersebut dan perutku terasa sangat sakit. Ini baru hari kedua, yang untungnya hari Sabtu. Kalau ngga aku pasti sudah bolos kelas. Aku juga heran kenapa bisa sakit banget seperti ini.

Aku hanya meringkuk di atas kasur dan masih dalam baju tidurku. Aku bahkan ngga nafsu makan sama sekali, padahal kalau sudah seperti ini aku sangat mudah jatuh sakit. Kondisi badanku paling lemah kalau sedang menstruasi. Aku berusaha menenangkan diri sebelum duduk dengan perlahan. Ini saatnya meminta tolong sama pacar.

LINE

Eleanora

kamu hari ini pulang?

Bisa tolongin aku ngga

😭😭😭😭😭😭😭😭😭

Samudera

KENAPA

Belum sempat aku membalas pesannya dia sudah menelponku duluan. Aku buru-buru mengangkat teleponnya.

"El kamu kenapa??"

Aku meringis pelan sebelum menjawab pertanyaannya, "Aku lagi sakit...obatku habis. aku ngga bisa gerak-"

"Kamu sakit apaaa??"

"Aku. lagi. dapet. Tolong dong beliin aku obat. Tolong banget. Sakiiiit...."

Aku merengek pelan saat rasa sakitnya mulai terasa lagi. Walau sudah beberapa lama di sini aku ngga terlalu kenal dengan penghuni lain. Makanya aku cuma bisa minta tolong Dera yang posisinya paling dekat.

"Tunggu ya aku jalan sekarang."

Selesai menutup telponnya aku memejamkan mataku. Aku mencoba berdiri perlahan dengan susah payah. Mencari baju luaran untuk menutup piyamaku. Aku mengikat rambutku asal sebelum melihat penampilanku di kaca. Setidaknya tadi aku sudah cuci muka juga sikat gigi. Aku kemudian keluar kamar menuju ruang tamu, agar aku bisa segera membukakan pintu ketika ia sampai.

Aku menghamburkan diri dengan lesu ke atas sofa. Hari ini sepi, mungkin karena banyak yang masih tidur atau pulang ke rumah. Bagusnya jadi aku ngga perlu berinteraksi dengan siapa-siapa karena mood-ku yang sedang tidak baik. Aku ngga ingat berapa lama aku terpejam di sofa ketika aku merasakan ponselku bergetar tanpa henti. Aku pun berjalan keluar dan membukakan pintu pagar. Aku bisa melihat Dera masih duduk di atas skuter matiknya sambil menelponku. Ia hanya mengenakan kaus berwarna putih dengan celana pendek. Ketika mendengar suara pagar terbuka ia langsung menolehkan kepalanya padaku. Sebelum dia sempat berkata apa-apa aku langsung mendorong pintu pagar.

Dia lalu turun dari motor dan malah memelukku. Kemudian ia menggantikanku membuka pintu pagar dan memasukan motornya. Pagarnya kembali ia tutup dan ia kunci. Setelahnya ia mengambil plastik yang digantung di stang motor, ia langsung menghampiri aku lagi dan memelukku erat.

"Muka kamu pucet banget, masuk yuk."

Aku hanya menganggukkan kepalaku dan membawanya masuk. Tidak lupa pintu utama aku kunci kembali. Dia merangkulku dan menuntunku selama kami menaiki tangga. Setelah kami masuk ke kamarku, dia langsung menyuruhku untuk duduk di atas kasur. Samudera kemudian menarik kursi yang ada di depan meja dan duduk di sampingku.

"Nih kamu sarapan dulu baru minum obat, pasti belum makan kan,"

"Iya huhuhu sakit mau nangis!! Kamu udah makan?"

"Belum, ini aku mau makan juga,"

Aku sebenarnya ngga terlalu nafsu makan, tapi aku berusaha menghabiskan setidaknya setengah porsi dari makanan yang ia belikan. Setelah aku selesai merapihkan sisa makanku, aku mengambil obat dan sebotol air dari plastik lainnya. Dera masih makan dengan tenang dan aku ngga ingin mengganggunya. Aku lega sekarang karena sudah makan dan minum obat.

"Kamu udah selesai makan?"

"Huum, sini dong aku mau dipeluk. Tapi agak sempit nih."

"Ngga apa, yang penting masih muat."

Aku mencubit pelan lengannya yang sudah ada di pinggangku. Pastinya ngga sakit karena aku ngga menggunakan tenaga sama sekali. Dera malah mengaduh pelan sebelum mengeratkan pelukannya padaku.

"Der, kamu ngga pulang?" aku sekarang bertanya lagi sambil menatap wajahnya. Dera hanya ketawa mendengar pertanyaanku.

"Tadinya mau pulang, tapi kamu sakit. Aku ngga tega."

"Ih aku ngga sakit parah kok!"

"Nanti kamu nangis aku tinggalin."

"Ga bakal!" Ngga bakal salah lagi maksudnya.

"Aku temenin aja, lagian ngga masalah kok pasti Ibun."

Kami hanya diam setelah itu. Aku diam karena masih memproses kalimatnya barusan. Aku pun memutus keheningan yamg ada di antara kami.

"Makasih hehe."

"Eh bentar bentar,"

Dera melepaskan salah satu tangannya untuk mengambil ponsel di saku celananya. Sepertinya ada yang menghubungi dia, mungkin Ibun? Terdengar bunyi beberapa pesan yang masuk secara berturut-turut.

enamhari

Jef
oit
lagi pada di mana

Wira
di apart
bang bri masih tidur
si dera udah ngilang

kenapa bang?

Jef
main yuk kumpul kumpul gue kangen

Wira
tumben bang

Jef
bacot lu mau ngga
gue traktir neh

Samudera
yah abang :( lg gabisa nih ada yg sakit

Jef
kucing lo sakit?

Samudera
BUKAN
Nora sakit

Brian

baru bangun gua
bawa sini aja
main ke apt semua sini

Surya
boleh tuh lagian lebih santai

Jef
yeu enak di lo
tapi yauda deh
delivery aja nanti

Wira
WOKEEE
Ditunggu kedatangan abang jeffrey sama wira😚

Jef
najis
dah ah mandi dulu

.

.

.

"Pada mau main nih," ujar Dera sambil memperlihatkan layar ponselnya yang berisi percakapan di groupchat-nya.

"Hmmm? Yaudah ngga apa, balik sana. Aku udah minum obat ini kok,"

"Ngga aku ga mau ninggalin kamu, kamu ikut ya balik?"

".....Der yang bener aja"

"Mumpung ditraktir sayang."

Hening.

"Hhhh yaudah aku mandi dulu deh. Tapi nanti dulu. Aku masih mau ndusel."

"Hehehehehehe."

Dan di Sabtu siang itu, aku benar-benar dibawa oleh Dera ke tempatnya. Untungnya rasa sakitku sudah sedikit berkurang berkat obat yang aku minum. Saat kami datang seluruh abang-abangnya sudah ada di apartemen. Hari itu dihabiskan dengan aku yang menguasai sofa di ruang tengah sedangkan kelima cowok tersebut makan dan main game dengan barbar hingga malam. Aku hanya menjadi penonton dan ikut tertawa saja. A weekend well spent with loved ones. Now it is no longer the hell week.

Hello, Hi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang