Prolog

3.7K 248 32
                                    

Cokhi duduk dengan tenang dengan mata menatap sekretarisnya yang membacakan agenda hari ini. Selain berkonsentrasi dengan agenda tersebut, dia juga tengah memperhatikan perempuan di depannya.

"Jadi setengah jam lagi, kita akan meeting bersama dengan klien untuk membicarakan masalah aplikasi baru." Perempuan tersebut menutup tab nya dan menatap Cokhi. "Bapak menginginkan sesuatu?" Tanyanya untuk memastikan sebelum dia benar-benar kembali bekerja.

Cokhi mengangguk. "Berapa tahun kamu bekerja sama saya?"

"Lima tahun, Pak." Pertanyaan itu tak perlu lagi dipikirkan jawabannya.

"Jadi kenapa kamu masih belum paham?" Ucapan Cokhi santai. Membuat gadis itu mengernyit.

"Tentang apa, Pak?"

"Tentang pakaian kamu." Katanya. "Kalau kamu begitu menyukai rok, pakailah yang panjangnya minimal selutut. Bukan di atas lutut, apalagi jauh." Perempuan itu salah tingkah.

"Gunakan atasan yang menutup sampai atas dada kamu. Pakai makeup yang natural, bukan yang berlebihan." Ucapan itu santai, karena Cokhi memang tak hobi berteriak seperti David.

"Coba kamu mengaca, kamu seperti orang yang baru saja mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Saya tidak mau, saya di kira bos galak yang main tangan ke kamu setiap hari." Ditatapnya sekretarisnya yang malu luar biasa karena lagi-lagi, bosnya mempermasalahkan caranya berpakaian dan berdandan.

"Pergilah," tambahnya dengan pandangan masih lurus menatap perempuan di depannya. Mengantarkan kepergian gadis itu keluar dari ruangannya yang merasa canggung luar biasa.

Cokhi, memang tak suka dengan gadis-gadis seperti itu. Bukan hanya Cokhi, tapi ketiga sahabatnya pun sama. Karena menurutnya, cantik itu bukan karena mereka menunjukkan kesexian tubuh mereka.

Pulang kerja, dia tak langsung pulang dan pergi ke tempat Galaksi mengadakan konser. Bukan konser besar, hanya konser yang dengan kuota bisa menampung seratus orang.

Cokhi datang ke sana dan menikmati aksi lelaki itu di panggung. Aksi meliukkan tubuhnya, membuat yang datang ke konser tersebut berteriak histeris.

Bahkan Cokhi harus menggelengkan kepalanya karena itu. Dia akui, Galaksi begitu terlihat bersinar di atas panggung. Keringat yang keluar tak membuatnya jelek, namun sebaliknya.

"Abang sendirian?" Konser sudah berakhir dan Cokhi berada di ruangan Galaksi sambil berbaring di sofa dengan tangan kirinya menutup matanya.

"Iya. Mau ngajak siapa emangnya?"

"Abang-abang yang lain lah." Jawab Galaksi

"Abang Marvel jualan siomay, Abang David keliling jualan nasi goreng, Abang Kiev, jualan es Doger." Galaksi melirik malas mendengar itu.

Kuota konser miliknya memang ludes terjual hanya dalam waktu lima menit. Tapi kalau untuk Cokhi dan kawan-kawan, tentu saja bisa saja masuk meskipun kuota tersebut habis terjual.

"Kak, menurut lo gue harus potong rambut kayak gimana?" Galaksi meminta pendapat manajernya untuk merubah style rambutnya karena beberapa bulan lagi, dan akan mengeluarkan album baru.

"Dirapiin aja, tapi di warna." Cokhi bangun dan menatap tiga orang di sana dalam diam. Galaksi, si manajer, dan make up artis.

"Warna yang cocok apa menurut Kakak?"

"Blonde?" Manajernya juga tidak terlalu yakin, karena Galaksi memang belum mewarnai rambutnya dengan warna putih ala kakek-kakek itu.

"Jangan, blonde." Cokhi nimbrung dan di tatap oleh ketiganya. "Wajah lo abstrak, jadi kayak monyet lo nanti." Komentar itu membuat manajer Galaksi bereaksi.

Di pelototi Cokhi, dan menyemprotnya. "Enak aja kayak monyet. Mana ada monyet rambutnya putih." Katanya tak terima.

"Pakai nanya lagi, tuh depan kamu." Katanya santai. Galaksi tak menanggapi, dia paham sekali dengan tabiat Cokhi, tapi manajernya tidak. Karena perempuan tersebut memang hanya sekedar sedikit mengenal Cokhi.

"Di cat warna pelangi. Biar tambah kece." Kemudian entah membayangkan Galaksi seperti apa, karena dia tertawa setelah mengatakan itu.

"Bang Cokhi emang kayak gitu Kak. Nggak usah diambil hati." Meskipun Galaksi mengatakan seperti itu, tapi manajernya tetap gondok dengan komentar Cokhi. 

"Dia tuh yang wajahnya abstrak, cowok kok cantik." Cokhi tak merasa sakit hati karena ucapan perempuan itu.

Di tatapnya perempuan itu dengan lembut. "Kamu tahu? Kamu bahkan bisa jatuh cinta sama wajah si abstrak ini."

"Nggak akan." Tegasnya.

"Kamu terlalu percaya diri, Nona. Percayalah, kalau aku mau, kamu nggak akan pernah bisa menolakku." Katanya dengan senyum manis namun penuh ancaman.

•°•

Ges,,,,

Nggak ada maksud untuk upload cerita ini.

Belum tahu nama ceweknya siapa.

Yoelfu 30 Juli 2019

Mr. SimpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang