28. Bangkit

9.9K 386 8
                                    

Sudah satu minggu sejak kepulangan Ana dari Aceh. Kini ia tetap tinggal di rumahnya bersama pembantu dan sopirnya. Kadang Ina pun tidur disana dan menemani nya. Hidupnya hampa tak pernah sekalipun ia berbincang. Seperti dunia nya hilang.

Ia seperti oranh yang kehilangan akal. Ia pun sholat harus diingatkan oleh pembantunya ataupun Ina.

"Kak ayo sholat". Ajak Ina.

"Iya". Hanya singkat saja sudah tak pernah terlihat senyum di wajahnya terukir.

Sedangkan Rahma hanya sesekali main kerumah dan membawakan makanan. Ana sangat sulit diajak keluar. Bahkan ia sangat takut keluar rumah.

Pernah sekali ia keluar rumah namun ia menangis histeris. Ia masih tak mampu menerima dunia ini yang kejam padanya.

"Kak habis ini ikut aku ya kajian di Masjid sebelah". Ajak Ina dengan berbicara halus.

"Iya". Ina pun menyiapkan pakaian gamis nya Ana.

"Dipakai ya kak".

"Ambilin cadar". Ina pun kaget ketika kakaknya mengatakan itu tanpa ekspresi hanya datar seperti biasa. Ina hanya mengikuti saja ia tahu kakaknya sudah pernah beli meskipun belum pernah dipakai.

"Ini kak".

Mereka pun berangkat tidak jauh hanya dengan jalan kaki saja. Namun kini suasananya ramai sekali. Banyak Akhwat berdatangan.

Ina terus menggandeng kakak nya untuk masuk dan duduk disampingnya.

Kini pemateri nya pun datang seorang ustadzah terkenal yaitu Haneen Akhira istri dari Ustadz Hanan Attaki.

Ana pun tersentuh dan sadar ketika mendengar kata ustadzah.

"Kalau Allah ngasih kalian ujian jangan berfikir Allah tidak sayang. Bahkan Allah sayang sekali pada kalian. Allah lah yang akan menolong kalian dari kesulitan itu. Bersyukur itu penting jangan lupa kesulitan mu sekecil itu tak sebanding dengan nikmat Allah. Terus semangat jangan putus asa syetan itu menyukai orang orang yang berputus dari rahmat Allah".

Seakan tamparan keras dihatinya. Dimanakah letak syukur nya? Dimanakah ibadahnya? Dimanakah kedekatannya dengan Allah? Kini semua hilang karena keputus asaan yang melanda. Hingga melupakan nikmat Allah yang tiada henti.

Kini tangisnya pecah dan air matanya mengalir deras di pipinya.

"Kakak gapapa?" Tanya Ina padanya.

"Gapapa dek".

Ina memeluk kakaknya erat erat sambil menguatkan kakaknya ia sangat paham bagaimana kondisi kakaknya sekarang.

Hanya harapan bahwa semuanya akan baik baik saja.

Setelah selesai kajian mereka pun pulang ke rumah. Dan seperti biasa Ina tidur di kamar Ana berdua. Karena memang Ana sering bangun dan menangis. Entah karena merindukan Rahman ataupun trauma berat.

Namun kali ini tidurnya nyenyak sekali tanpa terbangun. Sepertinya hati nya sudah tenang dan siap menerima kenyataan.

"Kak bangun subuhan dulu". Ina membangunkan kakaknya.

"Iya".

Kini mereka segera bangun untuk wudhu dan menunaikan ibadah sholat subuh.

Setelah sholat Ana ke dapur dan memasak.

"Gausah mbak biar bibi aja". Ujar bi rumi.

"Bibi urusin taman aja biar aku yang masak". Bibi merasa senang Ana mau berbicara.

Ana pun memasak dengan porsi yang cukup banyak. Mungkin karena suasana hatinya yang bagus. Dan mulai dari hari ini ia memutuskan menggunakan cadar. Kadang ia melepas nya di rumah. Karena Pak Nanang memang di belakang tidak pernah masuk rumah karena lewat pintu samping.

Ia hanya berdua dengan Ina jadi tak masalah kadang ia tak berjilbab.

"Assalammualaikum sayang".

"Bundaaaa..." jawab Ana sambil memeluk bunda.

Aisyah sontak kaget melihat Ana tersenyum dan berteriak. Bunda nya Rahman merasa Ana sudah lebih baik dan kini senyum diwajahnya kembali mengembang.

"Dijawab dulu dong sayang salamnya bunda".

"Hehe iya bun maaf waalaikumussalam".

"Kamu masak apa kok banyak banget?". Tanya Bunda.

"Masak capjay bun bentar lagi udah siap bunda tunggu dulu ya".

"Iya sayang". Aisyah lega melihat menantunya tersenyum kembali.

Senyum yang sudah hampir 2 minggu hilang dari raut wajahnya. Ia hanya berharap semoga senyum itu adalah ketulusan bukan pura pura.

Tok..tok.tokk

Terdengar suara pintu ada yang mengetuk. Bi rumi pun membukakan pintu.

"Mas nyari siapa ya?".

"Ana bi".

"Mas nya siapa ya?".

"Saya Rio tolong bilang ke Ana saya datang ya bi"

"Tunggu bentar ya mas".

Bi Rumi pun menghampiri Ana di dapur.

"Mbak ana ada mas Rio nyari mbak".

"Bilang aja saya gak pengen ditemui"

"Oh yasudah mbak"

Bi Rumi pun mengatakan pad Rio bahwa Ana tak mau ditemui. Rio keluar dengan rasa kesal.

"Awas aja kamu jangan berani menolak ku lagi atau kau akan tau akibatnya". Ujar Rio sambil berjalan ke mobil.

Alhamdulilah bisa update makasih buat vote coment nya. Aku bakal cepet selesain ini ya hehe. Kira kira Ana sama Rahman atau nemuin laki laki baru ya?

Imam SurgakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang