05. Dingin Tapi Tampan

149K 6.9K 80
                                    

Gavrila mengerutkan keningnya melihat Ander berdiri di depan ruang ganti. Pria itu berdiri bersandar pada kusen pintu sambil bersidekap.

Gavrila melihat sekelilingnya dimana semua orang telah pergi sehingga meninggalkan dirinya dan Ander saja di dalam ruangan itu.

“Saya tidak tau ternyata Bapak bukan hanya sekedar pilot tetapi bos besar juga,” komentar Gavrila kemudian.

Ander memandangi Gavrila dari atas sampai bawah berulang kali dan itu membuat Gavrila risih. Pria itu tidak menggubris perkataan Gavrila karena jelas ia sudah terbiasa dengan orang-orang yang tidak menyangka bahwa ia juga adalah salah satu pimpinan perusahaan.

“Ada perlu apa sama saya, Pak?”

Maniknya langsung menatap mata Gavrila. Ander berjalan masuk dan menutup pintu ruang ganti untuk mencegah adanya dinding bertelinga.

“Kamu naksir kan sama saya?”

Gavrila mengerutkan keningnya. Ia baru saja tahu bahwa lelaki itu terlampau percaya diri. Walau pun memang benar apa yang ditanyakannya.

“Kenapa memangnya?”

“Kamu bisa dekat dengan saya.”

Kedua sudut bibir gadis itu berkedut. Matanya terlihat lebih hidup dan senang tetapi ia menutupinya dan tetap menatap Ander datar.

“Tapi..,” Ander melanjutkan perkataannya, “kamu tidak boleh mengharapkan apa pun dari saya.”

“Bapak kenapa? Tiba-tiba berubah, tiba-tiba ngebolehin saya mendekati Bapak. Ada udang di balik batu nih,” ujar Gavrila tepat sasaran.

“Kamu tidak mau?” Ander menaikkan kedua alisnya.

Katakan jika pilot itu tidaklah mampu membuat dadanya kembang kempis. Bohong, karena debaran Gavrila terasa cepat dan tidak teratur saat ini.

Gavrila bingung. Gejolak hatinya ingin sekali mendekati pria itu. Pria pertama yang berani menolak pesonanya dan mengatainya.

Pria itu terlihat berbahaya dengan alisnya yang terangkat tetapi Gavrila menyukainya. Ia menggeram dalam hati karena pesona Ander.

Gavrila merasa tertarik dengan tawaran pria itu tetapi Ander seperti kutub utara, dingin dan kaku.

“Akan saya pikirkan dulu.” Gavrila menjawab setelah terdiam untuk beberapa saat.

“Jawaban kamu sekarang. Saya tidak ada waktu untuk menunggu,” tukas Ander.

Gavrila merutuk dalam hati. Ia menatap ke dalam iris cokelat gelap itu yang hanya menatapnya datar sedari tadi.

“Diam kamu saya anggap sebagai persetujuan. Nanti saya hubungi kamu,” kata Ander lalu pergi.

Gavrila membuka mulutnya melihat kepergian Ander. Apa yang baru saja terjadi membuatnya tidak habis pikir tetapi dalam hatinya membuncah senang.

Ia terkekeh pelan, ia suka dengan Pak Pilot itu.

***

Seminggu kemudian di dalam sebuah rumah yang besar terlihat seorang pria dewasa dan wanita paruh baya yang sedang duduk berdampingan di atas sofa. Mata mereka tertuju pada layar besar yang menyala di depan.

Megan, ia jengah dengan anaknya yang sedari tadi hanya diam dan tidak berkata apa-apa sehingga membuatnya kesal. Padahal biasanya memang begitu.

Ia lalu memiringkan tubuhnya dan duduk menghadap Ander, menatapnya dengan tajam.

“Jadi gimana? Mana pacar kamu? Kamu bilang kan mau bawa,” kata Megan mendesak Ander.

Ander bersandar dengan nyaman di sofa mengunyah apelnya sambil nonton tv dan membiarkan Mamanya mengoceh.

Mr. Pilot Fallin' ✈ [Revised: Completed] || Terbit E-bookKde žijí příběhy. Začni objevovat