04. Model Maskapai Penerbangan

Start from the beginning
                                    

Ia menepuk pundak Ander.

Ander melihat sekilas pada Henry.
“Kenapa lo?”

“Gue butuh cewek.”

Pendengaran Henry masih baik, masih bekerja dengan sempurna. Jadi tentunya ia tidak salah dengar ucapan sahabatnya itu. “Hah?”

“Nyokap suruh gue bawa pacar ke rumah,” jelasnya yang membuat Henry segera paham.

Disaat itu juga tawa pecah dari Henry. Tawa keras Henry tidak bisa dibendung.

Ander mendelik kesal pada sahabatnya itu yang justru menertawakannya. Ia butuh solusi saat ini bukannya ditertawakan.

“Hen, gue serius,” sentak Ander menatap Henry dengan serius.

Henry pelan-pelan menghentikan tawanya. Tangan kanannya memegang perutnya yang sakit karena tertawa dan tangan kirinya menutup mulut agar tidak kembali tertawa.

Ia menatap Ander dengan konyol. “Sejak kapan lo ngedengerin nyokap lo?”

“Ck, intinya gue butuh cewek. Lo ada nggak temen yang bisa dibayar gitu buat bantuin gue doang?”

Henry memukul belakang kepala Ander yang langsung mendapat tatapan tajam dari pilot tampan itu. Meski Ander lebih tua beberapa tahun tapi Henry sama sekali tidak segan pada Ander. Mau marah atau menegur pun percuma Henry takkan peduli.

“Sakit, brengsek!” Maki Ander.

Henry tidak memusingkannya. Ia meneguk gelas berisi minuman kerasnya sebelum berkata. “Heh! Nyari, jadiin pacar beneran bukannya nyewa.”

Ander berdecak kesal. “Gue nggak mau.”

Henry baru sadar ternyata sahabat sehidup sejatinya ini bodoh.

“Oke. Lo mau nyari yang cuma pura-pura kan? Banyak cewek di sekitar lo, Der. Tinggal pilih, mau yang mana nggak perlu bantuan gue lagi.”

“Mereka itu lintah darat,” sanggah Ander.

Banyak wanita memang di sekelilingnya, yang mengejar-ngejarnya tapi ia tahu tabiat semua wanita itu. Hanya ingin hartanya dan yang pasti tidaklah tulus. Tujuan lainnya pun ingin berlomba-lomba menaklukan hatinya. Mana sudi ia memilih salah satu dari wanita rubah seperti mereka.

Henry memutar bola matanya jengah. “Nggak semuanya. Coba lo perhatiin baik-baik. Seleksi satu per satu.”

“Gue bukan mau nyari pacar beneran, Hen.”

Henry memandang Ander dengan datar. “Gue tau, nyet. Maksud gue siapa tau aja cewek-cewek yang berseliweran di sekitar lo ada yang bener-bener mau ngebantuin elo tapi kasih persyaratan, terserah lo apa syaratnya.”

Ander terlihat memikirkan saran dari Henry. Ia memandangi gelas whiskynya dengan lekat.

“Tapi yang pasti lo harus seleksi baik-baik. Banyak ular, rubah sama lintah darat.” Henry berkata kembali.

Ander mengangkat kepalanya dan menatap Henry. Henry mengangkat kedua alisnya lalu meminum vodkanya dalam sekali teguk.

***

Dua hari setelahnya di dalam ruangan Ander suatu perbincangan di telpon membuatnya mengerutkan kening. Ia mendengar dengan seksama orang yang berbicara dengannya di seberang sana. Setelah selesai, telpon itu ditutup Ander dan menghela nafasnya dengan berat.

Ia lalu berdiri dari kursinya dan berjalan keluar dari ruangannya. Menaiki lift menuju lantai 10 yang ada di perusahaan itu. Tanpa perlu mengetuk pintu, Ander langsung membuka pintu besar itu.

Mr. Pilot Fallin' ✈ [Revised: Completed] || Terbit E-bookWhere stories live. Discover now