CHAPTER DUA <<2>> PROLOG

5.9K 377 27
                                    

Happy Reading🌻

***

Genta Aksara Wijaya berjalan melewati lorong demi lorong sekolah dengan begitu terburu-buru.

Terlambat?

Sudah menjadi makan sehari-harinya, lantas buat apa terburu-buru? Dia berjalan terburu-buru karena tak ingin tertangkap oleh guru BK yang sedang beroperasi. Bukannya Genta takut hanya saja dia sangat malas berurusan dengan BK. Maka dari itu menghindar lebih baik.

Dengan begitu picik dia membuang tasnya ke sembarang arah, tak peduli jika hilang karena tasnya juga tidak ada isinya, jelas terlihat bahwa Genta seperti tidak ada niat pergi ke sekolah. Genta dengan gerakan cepat dan lihai langsung menelusup ke area baris berbaris acara MOS ( Masa Orientasi Sekolah) Adek kelasnya.

Bola matanya yang berwarna hijau terlihat begitu mencolok diantara murid-murid lainnya, rambutnya yang berwarna coklat  gelap juga berbeda dengan anak lainnya yang berambut hitam pekat, membuat dirinya banyak menyita perhatian karena penampilan yang begitu mencolok. Ditambah dengan aura dingin yang menyeruak, membuat kharisma tersendiri bagi orang yang melihatnya. Siapapun akan terbius bahkan terpikat melihat sosok Genta Aksara Wijaya yang begitu sempurna bak seorang Dewa.

Ditambah penampilannya yang terlihat seperti berandalan. Bajunya yang sudah terlepas dari dalam celana, dua kancing atasnya terbuka, dasi yang dipakai diperlonggar. Matanya memancarkan sorot tajam bak busur panah yang siap membidik tepat sasaran, seolah-seolah peringatan bagi semuanya jangan memperhatikannya atau terima akibatnya nanti.

Entah mengapa Genta melihat seorang perempuan bertubuh mungil  berada disebelahnya yang terus mengibas-ibaskan kedua tangannya. Genta memperhatikan pergerakan gadis tersebut dari samping wajahnya memerah seperti terbakar di bawah teriknya sinar sang surya.

"Panas banget .... haus lagi," gumam Luna yang masih dapat didengar oleh Genta.

Luna Sahira terus menunduk dan menatap sepasang sepatu pantofel hitamnya. Apalagi teriknya sinar sang surya membuat diriku seakan terbakar, keringat terus mengucur di pelipisku. Entah sampai kapan kita akan dijemur dan berdiri dilapangan ini. Sudah seperti ikan asin saja.

"Nih ... !" seru Genta begitu dingin sedingin es batu mengalahkan kutub utara sambil mengulurkan sapu tangan dan air minum yang dia tidak tahu pasti mungkin saja penggemarnya. Daripada membuangnya lebih baik diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan.

"Terima—" Sebelum menyelesaikan kata-katanya Genta sudah melenggang pergi meski baris berbaris belum dibubarkan, tanpa menunggu Luna menyelesaikan ucapan terimakasih.

#TBC

KARYA KE-2 GUYSSS DI SAAT OTAK GUE LAGI PUTEK KARENA BANYAK TUGAS SAMA MASALAH TERCIPTALAH CERITA ECEK-ECEK INI JANGAN LUPA COMMENT AND VOTE, YANG NULIS INI CANTIK KAYAK SIAPA, KAYAK PRINCESSS:V WKWKWK, UDAH NIKMATI PROLOG UDAH BIKIN KEPO YA NGGAK? IYA DUNGS

YAUDAH SEKIAN TERIMAKASIH JANGAN LUPA FOLLOW IG AUTHOR YAITU @vni.snr__

SEE YOU❤️

GENTA & LUNA [SEDANG DALAM REVISI💣]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang