Pria yang selalu menemani Cade dalam perjalanannya mengalahkan Scythe.

Willy.

Dengan senyumannya, si pirang berada di samping Cade bersama Chaiden, dengan tangan kanan yang sedang dalam masa penyembuhan.

Cade menatap kosong pada mereka berdua. Seolah tidak ada emosi sama sekali yang ia tunjukkan. Willy memahami apa yang diinginkan Cade, sebuah penjelasan pendek tentang nama William Claus dan Will Claus.

"Kelihatannya memang aneh, tapi begitulah. Nama kami berdua memang sangat mirip dan hanya dibedakan oleh tambahan iam. Panti asuhan kami tidak peduli pada anak-anaknya. Jadi mereka hanya asal memberi nama. Dan karena kami adalah dua orang saudara, maka mereka memberi nama yang sangat mirip," ungkap Willy seraya memegang batu nisan William.

"Tak pernah terpikirkan, bahwa kakakku sendiri adalah Rainman," tambah Willy tersenyum dengan sedikit kesedihan dari suaranya.

"Kami tidak pernah bertemu lagi semenjak aku melarikan diri. Saat itu, ia yang melindungiku dan membiarkan dirinya tetap berada di panti asuhan. Sedangkan aku kabur dengan kesempatan yang ia berikan. Aku selalu ingat apa yang dikatakannya hari itu. 'Jangan pikirkan bagaimana hasil akhirnya. Lari dan bebaslah'."

Cade menyadari bahwa Willy sedang bersedih, dengan ekspresi yang ia pahami sedikit. "Aku tidak tahu harus membalas bagaimana perkataan itu," ucap Cade datar hampir seperti robot yang berbicara.

"Kau ... tidak perlu membalasnya seperti apa. Tidak perlu memaksa diri, Cade." Willy tertawa canggung disertai perasaan tidak nyaman.

"Memaksa diri yang kau maksud itu seperti apa?" tanyanya lagi dengan datar.

"Itu ... ehmm ...." Si pirang bingung untuk menjelaskan lebih lanjut. Ia menemui jalan buntu dari otak jeniusnya itu. Chaiden menyentuh pundak Willy dan menggeleng, memberi tanda ia tak perlu memaksa Cade untuk mengerti.

Tentu saja itu membuat Willy menjadi sedikit lesu, namun ia kembali menunjukkan semangat di hadapan rekan terbaiknya itu. Ia tak boleh terlihat lemah dan sedih.

"Untuk sekarang kau tidak perlu memikirkannya. Pikirkanlah dirimu sendiri. Dan, Cade ... aku sangat senang dapat memiliki rekan sepertimu. Sayang kita harus berpisah. Terima kasih banyak sudah menyelamatkanku dengan memberikan kemanusiaanmu kepadaku." Willy menjulurkan tangannya kepada Cade.

Cade menatap arti dari tangan itu, lalu merespon dengan menggenggamnya. "Aku tidak akan pernah lupa apa yang telah kau beri. Kau benar-benar seorang santa, yang memberikan hadiah terhebat kepada rekannya," ucap Willy dengan penuh rasa terima kasih.

Walau hanya sedikit yang dapat dimengerti. Cade menangkap bagaimana perasaan yang dimaksud terima kasih itu. Inilah sebuah bayaran untuk menyelamatkan Willy. Cade saat itu menembak peluru yang mengirimkan kemanusiaannya.

Dengan kemanusiaan Cade maka Willy yang memiliki Sol Inferos di tubuhnya lenyap total. Selama satu minggu Willy berhasil sembuh dan tak ada lagi tanda-tanda Sol Inferos kembali.

Cobalah untuk tersenyum sedikit Alhwachto memberi petunjuk agar Cade membalas bagaimana rasa terima kasih. Seperti yang diperintahkan, garis pada bibirnya terangkat sedikit. Menunjukkan senyuman seorang manusia untuk beberapa detik. Mereka berdua terkejut melihat reaksi Cade.

Entah karena apa. Willy tiba-tiba mendekap Cade seerat mungkin. Tubuhnya bergetar. Dengan suara yang dipaksa keluar. Air mata pun membanjiri wajahnya.

"Terima ... kasih ... sudah memberikan sampah sepertiku ... hadiah terbaik ... lebih dari seorang santa ...." Willy terisak. Sekuat tenaga untuk menahan perasaannya agar tidak tumpah. Namun tetap saja. Ia tak dapat menahan semuanya.

Sekali lagi ia menguatkan diri untuk mengatakan semuanya. "Itu semua karena ... kau kawanku yang sangat berharga ...." Willy melepas semua penyesalannya pada Cade yang telah hilang. Walau tubuhnya masih ada. Namun Cade yang ia kenal sudah tiada.

Willy lalu melepas pelukannya dan kembali terkejut.

Terkejut melihat Cade yang juga mengeluarkan air mata. Pria itu lalu mengelap tetesan air di pipinya. "Jika manusia sedang bersedih atau senang. Mereka akan mengeluarkan cairan dari mata. Tapi aku tidak tahu apakah aku sedang sedih atau senang," ungkap Cade datar.

Melihat hal itu, dalam hati, Willy percaya. Percaya bahwa rekannya itu tidak sepenuhnya hilang. Ia masih ada di dalam sana.

Seseorang yang berjuang untuk hidup.

Seorang manusia.

"Sampai jalan kita bertemu lagi, Cade Baldwin." Willy tersenyum memberikan penghormatan terakhir sebagai rekan.

Cade hanya diam, lalu berjalan menjauhi keduanya. Perlahan ia mulai mengatakan isi pikiran. Ia mencoba memilih kata-kata yang tepat jika punya perasaan. Maaf, Willy. Tapi, dunia ini, sebentar lagi akan berakhir.

Alhwachto sudah memberitahu semuanya kepada Cade saat ia berhasil mencapai keinginannya. Semuanya sudah diceritakan dengan sangat detil. Hanya saja, Cade tak punya emosi untuk memperlihatkan bagaimana terkejut dengan takdirnya.

Di belakang hanya tinggal Willy dan Chaiden. Mereka terus menatap punggung Cade kemudian hilang sepenuhnya dari pandangan. Hari yang semakin gelap membuat mereka memutuskan untuk pergi dari komplek pemakaman.

"Jadi, bagaimana sekarang?" tanya Willy seraya menuju mobil sedan yang terpakir.

"Kita tetap akan memburu Ortus dan menyelamatkan orang, terlebih lagi anak-anak," balas Chaiden penuh tekad.

"Senang bisa punya rekan baru sepertimu, Chaiden. Ngomong-ngomong, lewati formalitas dan langsung pada intinya."

Mendengar perkataan dari si pirang, Chaiden menunggu apa yang akan ia katakan. Apakah sebuah rencana? Ataukah suatu standar yang harus ia ketahui jika ingin bertarung bersamanya?

"Apa kau percaya pada santa?" tanya Willy tersenyum.

Seketika gambaran Chaiden akan Willy yang begitu hebat dalam menghadapi Ortus, walau ia sendiri hanya seorang manusia biasa. Hancur begitu saja. "Ehm ... sepertinya tidak," ungkap Chaiden. Hampir seperti bergumam.

"Oh! Ayolah! Kalau kau ingin disukai anak-anak, setidaknya percayalah juga pada santa!" desak Willy.

"Baiklah ...!" Chaiden mendengus kesal.

"Jadi bagaimana? Ayo katakan!"

"Aku percaya ... santa ...." Chaiden menginjak harga dirinya sendiri, Willy memang mengerikan.

"Itu yang aku bicarakan! Cade saja percaya pada santa!" Willy terus berbicara tidak jelas, sebagai rekan baru, Chemistry keduanya di awal tidak begitu buruk.

***

Hiruk pikuk bandara membuat seorang wanita tanpa sepengetahuannya menjatuhkan jaket yang ia taruh di atas koper. Ada satu orang mengambil jaket tersebut. Bergegas mengembalikannya pada sang pemilik.

"Anda menjatuhkan ini," ucap si penolong. Datar.

Wanita itu terlihat bergegas. Namun ia tak lupa untuk memberikan rasa terima kasih yang begitu hormat. "Oh! Iya! Terima kasih banyak atas pertolongannya. Maafkan atas kelalaian saya, sekali lagi saya berterima kasih." Kemudian pergi keluar dari bandara.

Si penolong menatap kosong pada wanita barusan. Tidak lain adalah Cade sendiri.

Mari kita tunggu mereka ... Suara garang itu muncul dalam pikirannya.

Sang pertama, Cade Baldwin. Kau sudah memulai dan menyelesaikannya. Tidak salah aku memilihmu ...

Kini, sang kedua yang akan melanjutkan.

Semuanya baru saja dimulai. Persiapan ini dibangun untuk mengalahkan yang di sana.

03/08/2019

BEGIN

PATH FROM END : ONE Last Bullet [Complete]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora