/dua puluh sembilan/

1.4K 176 33
                                    

CHIRA

Harusnya gue sadar kalo jalan sama Hyunjin bermakna menggali kuburan untuk hati gue sendiri. Makin deket sama Hyunjin cuman bakal bikin sakit di hari-hari kemudian.

Pukul 4 sore, gue dan Hyunjin sudah ada di rumah karena gue yang tiba-tiba merengek minta pulang.

Iya, soalnya tiba-tiba gue sadar jalan sama Hyunjin hari ini tidak menghasilkan apapun selain meningginya harapan gue ke dia.

Hyunjin awalnya bingung, tapi kemudian dia nurut. Agaknya dia takut gue lagi kenapa-napa atau gimana.

"Maleman gue mau ketemu sama Jisung, ya Jin?"

"Disini?"

"Enggak, nanti dia jemput gue."

"Kenapa nggak disini aja? Kapan? Sampe jam berapa?"

"Gak tau sih."

"Jangan kemaleman."

"Iya, nggak kok." Setelah itu kita berdua sama-sama diam. Tapi tiba-tiba gue merasa nggak enak karena udah merengek pulang, eh malah mau pergi lagi sama Jisung.

"Sorry Jin, gue lagi... nggak baik," tutur gue pelan.

"Gua ngerti. Gak papa, take your time." Tangan Hyunjin bergerak, ngusap rambut gue.

-
Gue masuk ke dalam mobil Jisung setelah sama sekali nggak membuat suara dan nggak ngasihtau Hyunjin tentang gue pergi.

Jisung nyambut gue dengan senyum lebar, bibirnya nyaris membentuk shape hati karenanya.

"Nanti aja ya ceritanya, sekarang duduk dulu aja." Jisung memasangkan seat-belt gue dan nyalain mobilnya.

Gue menenggelamkan bahu gue ke jok mobil. "Kita mau ke mana?"

"Gak tau juga. Enaknya kemana?" Pertanyaan Jisung gue balas dengan gelengan. "Tergantung urgensi lo. Apa butuh tempat sepi tertutup gitu buat cerita?"

Gue menimbang-nimbang. "Em, nggak juga sih. Gue cuman takut nangis aja," jawab gue dengan nada sesantai mungkin.

"Wow, can't wait" Goda Jisung dengan tawa cekikikannya yang gue balas dengusan.
-

Gue mulai menyendok yogurt yang baru Jisung bawa dari kasir. Siapa sangka malam-malam begini Jisung malah membawa gue ke toko donat yang sedang tidak terlalu ramai.

"Gue perlu beli donat juga nggak?" Jisung bertanya melihat gue yang makan yogurt dengan asiknya.

"Jangan! Nanti gue malah makan bukannya cerita," omel gue.

Jisung ketawa, tapi beberapa detik kemudian kedua tangan dia ngeraih tangan kiri gue yang nggak megang sendok. Tawa dia reda.

"Serius mode on ya sekarang," Jisung mengumumkan dengan lucunya, yang justru membuat gue menahan senyum.

Dengan anggukan yakin, gue memulai cerita gue yang adalah tujuan gue pengen banget ketemu Jisung hari ini.

Gue cerita tentang Hyunjin.

Iya, semua tentang gue dan Hyunjin. Tentang gue naruh rasa sama dia, tentang gue cemburu sama deketnya dia dan Yeji, tentang perlakuan Hyunjin ke gue yang masih super manis, tentang gue sama Hyunjin tunangan—tentang gue sama Hyunjin tinggal bareng. Gue juga minta maaf ke Jisung karena nggak ngasihtau dia apa-apa.

loveless ; hwang hyunjinWhere stories live. Discover now