2. Lab Anatomi

730 98 8
                                    

Jam dua siang, para maba dikasih instruksi supaya pakai jas lab, karena acara selanjutnya adalah pengenalan lab anatomi.

Maba disuruh kenalan sama 'Guru Besar', yang bahasa sebenarnya adalah Cadaver, dan bahasa awamnya adalah mayat percontohan.

Ini adalah salah satu rangkaian wajib dalam OSPEK Mahasiswa Kedokteran, karena sebagai calon dokter, udah sewajibnya mereka mengenal dengan baik anatomi manusia. Dan, gak cukup kalau cuma ngandelin manekin. Mereka harus tau bentuk barang aslinya itu kayak apa. Dan, gak cukup juga kalau cuma sekadar ngelihat. Mereka juga harus pegang supaya tau.

Dan yang paling penting, mereka harus belajar untuk terbiasa, belajar untuk buang jauh-jauh rasa jijik apalagi takut, dan belajar untuk menghormati para Guru Besar dengan gak bercanda, gak ngolok-olok, dan selalu berdoa sebelum berinteraksi. Karena, mereka dulunya juga hidup.

Slogan "Yang Mati Mengajari Yang Hidup" dipajang besar-besar di lab sebagai pengingat semua orang yang berkepentingan disana.

Tapi, sekhidmat-khidmatnya, bukan OSPEK namanya kalau gak dikasih bumbu drama.

Udah dari pagi, di tiap sudut gedung lima lantai itu ditaro dupa yang udah dibakar. Ruang anatomi juga dibuat segelap dan sehoror mungkin,dan selain dupa, disini juga ada bau formalin. Bahkan, yang nyambut di pintu masuk bukan lagi komdis galak, tapi manekin kerangka.

Sebelum masuk ruang anatomi, para maba dikumpulin dulu di ruang pertunjukkan*. Disuruh pakai jas lab yang rapi, dan dibagiin masker dan handscoon sepasang. Kemudian dikasih materi singkat tentang anatomi dasar manusia. Habis itu, ketua komdis masuk, siap ngasih pengarahan.

"Yang punya asma, yang jantungnya lemah, atau yang terlalu takut, jujur sekarang. Kita gak mau sampai ada yang pingsan di dalam karena terlalu memaksakan diri." Kata si ketua komdis, laki-laki agak gemuk dengan logat Makassar yang jelas banget. Setelah itu, beberapa anak cewek mulai berdiri, nyamperin si ketua komdis, terus keluar.

Yasmin diem, dia gak masuk dalam tiga kategori yang tadi disebutin. Malahan, dia excited; Akhirnya dia bisa megang organ dalem manusia beneran secara legal. Bisa jadi bahan pamer buat orang rumah juga.

Tapi, kayaknya cowok yang duduk di sebelahnya berpendapat lain. Dari sudut matanya, Yasmin nangkep cowok itu agak gelisah. Wajahnya juga keringetan padahal ruang pertunjukkan lagi dingin banget.

"Hai, eum.." Yasmin ngelirik name tag cowok itu, "Haikal? Gue Yasmin. Lo kenapa? Sakit?"

Cowok itu, Haikal, nengok ke Yasmin sambil senyum tipis. "Ah, engga. Gerah aja, ruangannya panas."

Yasmin mikir. Gue aja yang pake jilbab ngerasa kedinginan? "Bohong. Kalo sakit jujur aja, gapapa kok. Gue bilangin,ya?"

Yasmin udah hampir teriak manggil komdis tapi keburu ditahan sama Haikal. "Apaan, sih, gak usah. Lagian gengsi anjir, cowok izin di acara begini."

Yasmin baru mau ngedebat Haikal soal gengsinya yang gak make sense itu ketika si ketua komdis di depan ngomong lagi. "Udah gak ada lagi, kan? Yaudah, kita mulai masuk satu per satu, ya. Sebelumnya kita berdo'a dulu."

Setelah do'a, satu per satu maba dituntun buat masuk ke pintu pembatas ruang pertunjukkan dan lab anatomi. Pas tiba giliran Haikal, Yasmin natap cowok itu khawatir. Dia megang lengan Haikal sebelum pergi. "Lo yakin?"

"Santuy." Jawab Haikal pendek, terus mulai jalan ke pintu. Yasmin gak percaya, raut muka Haikal gak sesantuy jawabannya.

Pas Haikal udah masuk, Yasmin mulai berdiri. Dia jalan ke pintu kemudian mulai masuk ke lab anatomi yang remang-remang. Pas masuk, bau formalin langsung kecium dengan kuat. Dari sedikit cahaya yang ada di ruangan itu, Yasmin bisa liat sekilas. Di ruangan itu ada empat pos yang masing-masingnya di jaga sama satu anak BEM. Yasmin jalan ke pos pertama, ke arah seorang cewek yang berdiri di sebelah manekin kerangka.

To The Precious You (Jaehyun x Yeri)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang