Chapter 27b - A Trust

1.6K 105 21
                                    

"Mbak yakin? Aduh, ndak usah lah mbak terlalu bahaya. Nanti kalau ada apa-apa sama mbaknya gimana?"

Luna yang sudah membuka pintu mobil tidak punya pilihan lain selain yakin pada keputusannya.

"Setelah ini Bapak langsung telepon polisi ya, Pak."

Pria paruh baya yang duduk tidak tenang di belakang kemudi itu mengusap rambutnya frustrasi. "Waduh mbak nggak usah keluar deh, ya."

Namun terlambat, Luna sudah terlanjur menutup pintu mobil dan berjalan menghampiri kerumunan laki-laki itu.

***

"Gua dipecat gara-gara lo, ngerti!" bentak seorang pria berjaket kulit sambil terus menendang perut Jevin.

"Dipikir cari uang tu gampang. Dasar bocah manja, nggak tau diri, nggak berguna!" ujar yang lain yang juga tanpa henti mengarahkan kakinya ke kepala Jevin.

"Woy siapa tuh?" Seseorang berkepala botak yang duduk diatas motor berseru kepada teman-temannya saat melihat Luna berjalan mendekati mereka.

Otomatis, lima orang yang tengah sibuk menghajar Jevin itu menghentikan aktivitasnya dan menatap Luna dari atas ke bawah sebelum serempak tertawa.

Seseorang yang tadi duduk di atas motor menjatuhkan rokoknya lalu menginjaknya. Dia berdiri menghadap Luna sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Adek cari siapa?" ejek si botak melihat tampilan Luna yang mengenakan jas kebesaran.

Luna menggigit bibirnya saat melihat Jevin begitu tidak berdaya disana. Jevin melepas tangannya dari kepala dan mendongak. Tatapan mereka bertemu. Meski tanpa pencahayaan yang terang Luna dapat melihat dengan jelas jika Jevin mengumam kan kata "Bodoh" kepadanya.

Namun Luna mengabaikannya dan kembali menatap ke enam pria itu satu persatu.

"Pergi sekarang atau saya bakal lapor polisi," ujar Luna yang malah mendapatkan gelak tawa dari ke enam orang itu.

Si botak itu melangkah mendekati Luna, membuat Luna langsung siaga ditempat. "Berhenti atau akan ada yang terluka," ancam Luna.

Si botak itu berhenti, menoleh ke arah teman-temannya dan kembali tertawa. "Adek, nyariin siapa. Nggak baik loh keluar malam-malam. Atau ikut om saja yuk."

Bodoh! Anak itu gila atau apa sih. Dia mau ngapain!? batin Jevin sambil berusaha bangkit. Meski kesulitan karena dia tidak bisa merasakan kakinya.

Luna diam-diam tengah mempersiapkan sesuatu di tangannya yang ia sembunyikan di balik tubuhnya.

"Saya mau keluar Pak?"

"Hah apa mbak?" Si sopir itu tidak menyangka Luna akan menyuruhnya berhenti dan mengatakan hal tersebut.

"Itu teman saya dan saya harus nolongin dia. Saya akan kesana untuk mengulur waktu sementara bapak telepon polisi."

"Tapi mbak-nya kan perempuan, apa enggak takut? Mereka ada enam orang Mbak."

"Apa Bapak yang mau kesana?"

Si sopir menggeleng dengan cepat.

"Makanya biar saya aja," tukas Luna.

Luna sudah hampir melangkah keluar saat si sopir memanggilnya dan menyodorkan sebuah benda kecil. "Ini Mbak, pakai ini saja."

Luna mengambilnya. "Ini apa?"

"Mbak pencet saja tombolnya, nanti keluar listrik. Tapi hati-hati jangan sampai terkena sendiri ya, Mbak."

"Begini?" bzzzzzzt! Luna memekik kaget saat listrik keluar dan menyengat dari ujung benda kecil itu. "Oke, saya bawa ya, Pak."

Aluna & AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang