Chapter 2 - Panda Gendut Lexa

4.9K 224 14
                                    

MINGGU pagi, Lexa bangun begitu awal dan penuh semangat. Luna dan papa saja belum keluar kamar tapi Lexa sudah selesai membantu Bi Rum menyiapkan sarapan. Hal ini merupakan sebuah rekor untuknya, mengingat biasanya ia hanya akan bangun jika Luna menghancurkan pintu kamarnya lalu menendang tubuhnya dengan kekuatan penuh.

Bukan tanpa alasan Lexa mendadak rajin seperti ini. Alasannya adalah Lio, laki-laki itu akan mengajaknya menonton pertandingan basket team All Stars dari Amerika yang berkunjung ke Indonesia. Lexa benar-benar sudah tidak sabar, ingin rasanya ia memutar jarum jam agar ia tak perlu menunggu.

Lexa sedang menaruh sepiring ayam goreng -yang warnanya agak gelap- di meja saat papa dengan setelan rapi dan kopernya berjalan mendekat.

"Selamat pagi Papa!" Lexa tersenyum lebar seperti joker. "Duh ganteng banget!" Papa mengernyit, kesambet apa pagi-pagi begini Lexa begitu riang, biasanya juga wajahnya kusut karena dipaksa bangun oleh Luna.

Bukannya membalas sapaan anaknya, papa malah menatap Lexa penuh selidik. Seolah tidak yakin gadis yang tengah memakai celemek itu adalah anaknya sendiri.

"Kamu Lexa, bener?" tanyanya tak yakin.

Lexa merentangkan tangannya malas, ini Lexa papa.

Papa tersenyum lebar. "Anak Papa tumben banget bangun sepagi ini, Papa sampe kaget."

Lexa mendatarkan wajahnya. "Bangun siang salah, bangun pagi kaget. Makasih, Pa," ucapnya sarkatis.

Papa tersenyum lalu mengelus kepala Lexa sayang. "Ya tapi jangan cuma hari ini aja dong. Papa berani bertaruh, pasti ada sesuatu kan yang bikin kamu rela bangun pagi."

Lexa nyengir kuda, tiba-tiba tengkuknya minta digaruk. Papa mendengus lalu duduk. "Jangan pacaran terus, sekolah yang rajin."

"Ah, Papa kayak belum pernah muda aja."

"Papa lahir emang langsung sebesar ini."

"Terus aku anaknya siapa?! Papa jelaskan padaku Papa!"

Tiba-tiba papa memegang bahu Lexa, membuatnya berhenti mengguncang lengan papanya. "Sebenernya kamu itu..." Papa menghela nafas, "...Papa temuin di..."

Lexa melotot menunggu ucapan papa. "...di kolong kasur. Kamu anak tikus."

Mendengar itu Lexa mendorong tubuh besar papa lalu memukul bahunya keras. "Papa jahat!"

Papa mengaduh pelan disela tawanya. "Aduh Lex, kuat banget kaya cowok,"

"Papa jahat Papa jahat!"

Papa tertawa geli ditengah ucapannya. "Abisnya siapa yang mulai coba?"

"Ya masa aku anak tikus?!"

"Papa cuma bercanda! Masa ada anak tikus secantik ini," goda papa meski Lexa tambah mengerucutkan bibirnya, papanya terus menggodanya dengan mencolek dagunya berkali-kali.

Disela tingkah jahil papa, tiba-tiba Luna berseru panik dari ujung tangga.

"Papa! Papa! Lexa ilang!"

Di tengah tangga langkahnya terhenti. Ia terperangah, "Lexa udah bangun? Kok bisa? Gue mimpi kali ya?" gumam Luna sambil menepuk-nepuk pipinya pelan.

Lexa mendesah seolah memupuk kesabaran. Tidakkah ada yang mau mengapresiasi betapa besar perjuangannya bangun pagi, tck jahat.

"Jangan banyak omong, turun dan sarapan," perintah Lexa, lalu menunjuk sepiring ayam goreng yang ada di meja dengan bangga. "And I'm proudly presents! Ayam goreng ala Alexa! Selamat menikmati!" serunya ceria, seolah melupakan perihal "anak tikus" tadi.

Aluna & AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang