Chapter 16 - Maaf

2.2K 143 4
                                    

"Buruan ngebut! Gue udah nggak tahan!" Lexa berteriak sambil memukul-mukul pundak Lio.

"Iya ini udah ngebut." Lio menambah kecepatan motornya sambil meliuk-liuk menghindari ibu-ibu pengendara dan seorang ojek online yang berada di depannya.

"Gila! Pelan-pelan! Lo mau mati apa!?" Lexa berteriak lagi.

Lio memutar bola matanya. "Katanya suruh cepet."

"Gue mau pipis dalam keadaan sehat walafiat, ngerti?" gerutu Lexa. "Itu pom bensin! Pom bensin! Belok belok!"

"Berisik Lexa!"

Mereka pun tiba di pom bensin. Belum sampai Lio menghentikan motornya, Lexa sudah meloncat turun, membuat Lio setengah mengumpat. Untung saja Lio sigap menjaga motornya tetap seimbang.

"Allahu akbar, Lexa!"

Tak menghiraukan Lio yang kepalanya mulai berasap, Lexa langsung terbirit menuju toilet. Namun kembali lagi begitu teringat kalau dia masih mengenakan helm. Setelah memberikan tas dan helmnya pada Lio, Lexa kembali berlari.

"Tunggu sini aja jangan kemana-mana!"

"Gue tinggal, gue mau pulang." canda Lio.

Lexa berhenti, berbalik, dan berkacak pinggang. "Lio!"

"Kagak, buruan sana." Lexa berlari lagi, dan Lio menggodanya lagi. "Gue tinggal."

"Gue talak lo kodok!" Lio hanya terkekeh.

Baru saja Lexa masuk ke dalam toilet, sesuatu dari dalam ransel Lexa bergetar. Penasaran, Lio pun mengambil benda yang bergetar tersebut. Ternyata Luna menelepon. Berpikir sebentar, Lio pun memutuskan untuk menggeser layar ponsel Lexa dan menyelipkannya ke dalam helm.

"Halo? Ada yang bisa saya bantu?"

"Lex-- ini siapa?"

"Julio ganteng."

"Lexa mana?"

"Lo nggak nyari gue?"

Hening sejenak sebelum Luna menjawab, "Nggak." Lio terkekeh.

Padahal hanya 4 hari, namun rasanya seperti sudah lama sekali Lio tidak mendengar suara Luna yang jutek luar biasa.

"Lexa dimana? Gue mau ngomong sama Lexa."

"Dia di toilet. Lo mau ngomong apa ntar gue sampein," kata Lio.

"Nggak usah. Bilang sama Lexa, suruh telpon balik."

"Yaudah."

"Yaudah."

Keduanya diam.

"Luna?"

"Apa?"

"Lah, kirain udah dimatiin."

Luna diam. Tidak tahu apa yang harus disampaikan lagi, tapi juga tidak mematikan sambungannya.

"Oh iya. Empat hari ini loh tuh ada di rumah sakit?"

Luna diam sebentar. Pasti Lexa yang memberi tahu, awas saja nanti, batin Luna.

"Iya," jawab Luna akhirnya.

"Kok nggak bilang-bilang?" tanya Lio.

"Ngapain?"

Lio berdecak malas. "Ya... 'kan..." Lio ingin menggaruk kepalanya yang tidak gatal, namun karena masih mengenakan helm jadi dia menggaruk helmnya. "Ya seenggaknya 'kan gue bisa jenguk lo kemarin-kemarin."

Aluna & AlexaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang