2. CEREMONY

350 69 24
                                    

***

Menaiki motor dengan kecepatan Di atas rata-rata, Ali menembus jalanan Ibu Kota Jakarta pada pagi ini dengan tidak woles. Cowok itu melirik jam tanganya, jam tujuh lebih duapuluh lima menit kurang lima menit gerbang sekolahnya ditutup, ia pun menambah laju motornya.

Sampai di sekolahan Ali memberhentikan motornya di depan gerbang sekolah yang telah tertutup. Ali berdecak, kenapa dia bisa bangun kesiangan tadi, batinnya sesal. Ali lalu mengambil gawainya mencari kontak Bima lalu di telponnya, terhubung tapi tak di angkat. Ali Ingin bolos tapi teman-teman nya hari ini tak ada yang bolos.

"Heh kamu telat ya!" teriak seseorang dari balik gerbang.

Ali menoleh lalu memasukan ponselnya di saku celana.
Udah tau nanya! Ali bergeming tak menjawab pertanyaan bodoh dari satpam sekolahnya.

"Masuk!" suruh satpam itu setelah menekan tombol hingga gerbang sekolah terbuka otomatis.

Memakirkan montornya Ali lekas berjalan menuju gerbang kedua sekolanya yang lagi-lagi sudah tertutup rapat.

Bu Mia yang kebetulan berdiri di depan gerbang menoleh melihat Ali yang baru datang. "Kamu kenapa baru dateng? Upacara udah mau di mulai!" bentaknya lalu membuka gerbang.

"Masuk! Sini ikut saya," lanjutnya berjalan di ikuti Ali dari belakang.

Langkah Bu Mia berhenti di depan seorang guru Laki-laki. "Pak Adit, ini ada murid yang telat."

Pak adit mengangguk paham kemudian menatap kepada murid yang dia kenali itu. "Ali sekarang kamu kelapangan berdiri di samping tiang bendera mengahadap murid-murid!"

Dan sekarang Ali tengah berdiri di depan seluruh murid SMA Ghanesa yang akan melaksanakan upacara. Terdengar bisik-bisik dari siswa-siswi ketika melihat Ali yang di hukum di depan sana. Prilly yang kebetulan berdiri nomer 3 dari depan dapat melihat jelas Ali yang sedang di hukum, dia memperhatikan setiap gerak gerik Ali.

"Sekarang seperti biasa yang tidak memakai atribut lengkap maju kedepan!" seru Pak adit di atas podium.

"Dalam hitungan ketiga belum ada yang mau jujur untuk maju, upacara gak akan saya mulai."

"Satu"

"Dua"

"Tiga!"

Beberapa siswa-siswi mulai maju kedepan. "Udah ini aja anak yang gak pake atribut lengkap? Saya tadi lihat ada yang pake tali sepatu warna-warni tapi gak mau maju nanti kalo ketemu orangnya saya akan beri hukuman lebih dari yang maju ke depan ini!"

Upacara belum di mulai tapi kepala Prilly rasanya sudah sangat berat, ah sebelumnya ia sudah merasa badannya tidak enak apalagi saat ini matahari sangat terik dan di tambah perutnya yang kosong dari semalam. Prilly pusing, rasanya seakan ingin muntah, perutnya melilit.

"Len gue pusing banget," desisnya mengadu pada Lena.

Lena yang berada di samping Prilly menoleh terkejut. "Hah? Yang bener? Pusing gimana? Upacara aja belum di mulai Pril, masa lo udah pusing aja."

Prilly memegang kepalanya yang terasa teramat berat. "Beneran Len, gue udah nggak kuat berdiri."

Lena jadi gelagapan sendiri ketika menyadari ucapan Prilly tidaklah main-main, bibir cewek itu terlihat sangat pucat. "Aduh, yaudah yuk ke UKS. Nanti lo pingsan di sini malah repot."

Lena merangkul bahu Prilly dan dipapah keluar dari barisan. Prilly dengan lemas ngikut saja mau di bawa kemana oleh Lena.

"Eh, yang berdua itu mau kemana?!" intrupsi Pak Adit melihat dua muridnya keluar dari barisan.

Still Love You Where stories live. Discover now