3 | Pupus.

91 6 8
                                    

S1 | Al-Haadhir : Masa Kini.

“Mengenalmu adalah sebuah
takdir dari-Nya.
Mencintaimu adalah sebuah
fitrah dari-Nya.
Juga; mengikhlaskanmu adalah sebuah ujian dari-Nya.
•Muhammad Farukh Alhazmi•

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

•Farukh's POV ·on·•
•Flashback ·on·•

Alhamdulillah, akhirnya hari ini tiba juga. Hari yang selalu kunantikan, kuimpikan dan kudo'akan. Hari yang berarti bagiku dan … baginya.

Bagaimana kabarmu? Kuharap, kamu sehat selalu. Aamiin. Semoga hari ini bukan hanya menjadi hari baik bagiku saja, namun bagimu juga.

Tak terasa, sudah bertahun-tahun kita tidak bertemu. Dan kini, aku akan datang padamu atas izin-Nya.

"Farukh," Abi memanggil, ketika aku sedang menuruni anak tangga.

"Iya, Bi?" Aku duduk di sebelah kirinya.

"Kamu mau ke mana? Udah rapi begitu," Kulihat, Abi memerhatikanku dari ujung kepala hingga ujung kakiku.

Aku tersenyum tipis mendengarnya. "Farukh mau …,"

Hm.. jujur saja. Aku masih belum berani mengatakan tentang hal ini pada kedua orang tuaku. Bukannya apa-apa, aku hanya ingin memastikan dulu. Kalau memang sudah 'benar-benar' alias diterima, baru aku akan bilang.

Abi menatapku dengan tatapan menyelidik. "Mau apa?"

Duh, ya Allah. Baru gini aja kok udah gugup, sih? Padahal.. ini orang tuaku sendiri, loh! Bukan orang tuanya. "Itu.."

"Udah dong, Abi! Mungkin Farukh belum siap, bilangnya." Ummi berjalan ke arah kami, lalu duduk di samping kanan Abi.

"Belum siap?" Abi bertanya. "Emangnya mau ngapain, sih?"

"Abi nih, ya.. kayak gak tau aja kalo laki-laki seusianya bakal ngelakuin apa. Pastinya 'itu' dong! Iya 'kan?" Ummi menatapku seraya tersenyum.

Aku menggaruk pelan tengkukku, lalu mengangguk. "Eum, iya."

"Oh." Abi mengangguk. "Ke sananya mau bareng?" tanyanya lagi, sambil tersenyum.

"Gak usah, Bi. Nanti aja kalo udah pasti," Sebenarnya aku juga ingin mereka ikut bersamaku. Tetapi jika belum ada kepastian, maka aku tidak bisa mengajak Ummi dan Abi.

"Ya udah, deh. Berangkat sekarang, 'kan?" Aku mengiyakan sambil mengangguk.

Setelahnya, aku berdiri untuk menyalimi punggung tangan Ummi dan Abi. "Farukh berangkat dulu, ya?"

"Iya. Semoga diterima ya!" kata Abi. Membuatku tersenyum mendengarnya.

"Do'a kami selalu menyertaimu, Nak.." Ummi ikut menimpali.

"Assalamu'alaikum," Aku memberi salam.

"Wa'alaikumussalam."

[SHRS2] Mahmaa Hadats, Maa Zilat 'Ahbak | HIATUS!Where stories live. Discover now