Part 2

424 50 11
                                    

Saint menatap bingung kearah kekasihnya yang terlihat lebih murung hari ini. Sejak tadi Cherry menolak untuk diajak makan, gadis ini belum memakan apapun sejak pagi tadi, ini bahkan sudah melewati jam makan siang.

“Setidaknya makanlah sedikit” Ucap Saint mencoba merayu.

Cherry menggeleng tak semangat, kemudian menelungkupkan kepalanya diantara lipatan tanganya diatas meja.

Entah apa yang terjadi saat ini, namun Saint tahu jika semuanya tidak sedang baik-baik saja.

Tangannya menggengam sebelah tangan Cherry dengan lembut, “Kau bisa bercerita padaku jika kau mau” Ucapnya lembut, tak lupa dengan senyum manisnya.

Hal ini semakin membuat Cherry ingin menangis. Dia tidak bisa meinggalkan Pria sebaik Saint, dirinya masih membutuhkan sosok ini. Tapi disisi lain, dirinya juga membutuhkan penelitian ini untuk menyelesaikan riset yang sudah ia kerjakan sejak dulu.

Jadi bagaimana?

Cherry balik menggenggam tangan besar Saint, “Aku… aku belum bisa mengatakannya padamu” Lirihnya.

Bukannya marah dan menuntut, Saint malah terenyum lembut dan mengelus puncak kepala gadisnya, untuk menenangkannya, “Aku tidak akan memaksa, kau bisa mengatakan padaku kapan saja. Sekarang… kau harus makan, ok?”

Dan mau tidak mau, Cherry menganggukkan kepalanya.

Mata bulat berwarna caramel itu menatap malas pada seluruh ruangan Restoran tempatnya dan Saint menghabiskan waktu makan siangnya selama ini.

“Kenapa kita kesini lagi?” Rengeknya manja sembari menggoyangkan sebelah lengan Saint berkali-kali.

Pria itu terlihat sibuk menuliskan menu pilihannya, mengabaikan rengekan protes dari kekasihnya.

“Saint! Aku berbicara denganmu!”
Saint terkekeh pelan, senang sekali membuat gadisnya kesal seperti ini. Wajah bulatnya terlihat semakin lucu ketika menunjukkan ekspersi garang, bukannya menakutkan, malah membuatnya semakin gemas.

“Ada apa? Hm?”

Cherry mendengus, “Kenapa kita terus makan disini? Lagipula Ibumu memiliki Restoran sendiri, kenapa kau jarang sekali mau membawaku kesana? Kau tidak ingin aku bertemu Ibumu, ya? Tapi kenapa? Bukankah aku harus melakukan pendekatan langsung dengan Ibumu sebelum menjadi menantunya?”

Well, Cherry cerewet sekali hari ini.

Saint tersenyum tipis, dia lebih memilih memfokuskan perhatiannya pada semangkuk Soto Ayam didepannya. Karena jika dia menanggapi pembahasan Cherry mengenai Ibunya, mereka akan berakhir dengan pertengkaran seperti biasanya.

Cherry menunduk lemas, sebenarnya sejak dulu dirinya ingin sekali dekat dengan Ibu Saint yang misterius itu. Selama satu tahun berpacaran dengan Saint, dia hanya bertemu Ibunya sebanyak dua kali, itupun selalu berakhir dengan pertengkaran.

Entah apa yang sebenarnya terjadi, karena Ibu Saint tampak tidak menyukainya sama sekali, padahal Cherry belum melakukan kesalahan apapun padanya.

“Aku ingin sekali dekat dengan Ibumu, Saint” Gumam Cherry lirih, tangannya mengaduk makanan didepannya dengan malas, tidak mau memakannya barang sesuap saja.

Saint pun tidak ingin seperti ini, dia ingin dua perempuan berharga dihidupnya ini menjadi akrab. Namun Ibunya terlihat tidak menyukai Cherry sama sekali, beliau bahkan selalu menapakkan ketidaksukaannya secara terang-terangan. Dan Saint tidak tega melihat gadisnya tertekan dengan ucapan pedas dari Ibunya.

Karena setiap bertemu, Ibu Saint pasti mengumpati Cherry dengan menggunakan Bahasa Thailand yang sama sekali tidak dimengerti oleh gadis itu. Dan Cherry dengan polosnya mengira Ibu Saint sedang memujinya.

My PERTHfect sunSAINT [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now