"Rox bisa merasakan nyawamu yang terancam. Mungkin kau belum tau, tapi kau memiliki ikatan kuat dengannya. Rox adalah penjaga abadimu, saat kau sedang dalam bahaya, nalurinya bisa melacak keberadaanmu. Yahh ikatan seacam itulah."

"Lalu bagaimana denganmu? Kau bilang kau juga penjaga bukan? Apakah kau juga memiliki ikatan semacam itu denganku?"

"Ahh bagaimana ini? Bahkan ketampananku bisa menaklukan Sang Ratu?" Aaron memandangku dengan senyum anehnya itu dan menaik turunkan alisnya.

"Tiba-tiba aku menyesal menanyakan ini padamu"

Aaron tertawa mendengar jawabanku. Bagaimana bisa ada makhluk seperti dia? Disaat serius seperti ini dia masih bisa bercanda?

Aku mendekatkan diriku kepada Rox, dia makhluk yang sangat indah. Aku mengangkat tanganku kearahnya dan dia langsung menyentuh tanganku dengan kepalanya.

"Hai Rox! Aku Amoura Vaynn Anderson. Kau bisa memanggilku Amoura. Kau sangat indah Rox!"

Aku memandangnya takjub. Aku terus mengelus kepalanya dan kulihat Rox menggerakgerakkan ekornya, sepertinya dia menyukainya.

"Dasar bodoh! Dia ini hewan Amoura. Dia tidak bisa mengeluarkan suara Alfabet!"

Kulihat Aaron hanya memandangiku datar. Aku tak peduli jika dia mengaggapku idiot sekarang. Toh dia jauh lebih aneh dariku.

"Diamlah Aaron! Jangan merusak kesenanganku"

Walaupun wujud Rox terlihat sangat besar dan garang tapi lihatlah dia sekarang! Sangat menggemaskan. Aaron mendekat kearah Rox dan ikut mengelusnya. Sepertinya Rox kesenangan dielus seperti ini.

"Kita memang memiliki ikatan Amoura. Aku hanya bisa merasakan jika nyawamu terancam. Tapi walaupun begitu aku tidak bisa melacakmu saat kau dalam bahaya. Hanya Rox yang bisa melakukannya. Malam itu aku mencoba mencari keberadaanmu, aku mengerahkan semua warriorku. Ditengah pencarian Rox datang menemuiku sambil membawamu. Aku langsung membawamu ke packku. Kata dokter kau tenggelam dan banyak air masuk ketubuhmu. Aku benar-benar khawatir saat itu"

Aaron melihat kedepan menerawang. Aku membayangkan kondisi diriku saat itu. Lagi. Setiap teringat semua itu aku selalu merasa sesak didadaku. Seakan sudah tidak ada lagi oksigen yang masuk ke paru-paruku.

"Jika aku boleh tanya kenapa kau bisa tenggelam?"

"Aaron.." Aaron menatapku diam.

"Sepertinya aku tidak bisa menjadi Luna Queen" Aku menunduk menyesal.

"Apa?! Dengar. Bukan kau yang memilih menjadi Sang Ratu, Amoura. Tapi memang inilah takdirmu. Kau tak bisa menghindarinya" Aaron memegang pundakku dan mencoba menatap mataku.

"Maafkan aku Aaron, aku tidak bisa melakukannya"

Seperti tau apa yang kuucapkan, Rox mendusel dadaku lembut seperti merengek.

"But why?" Aaron menatapku tidak mengerti.

"Aaron..."

Aku menghela napas. Aku mencoba menguatkan diriku untuk mengatakan ini.

"Malam itu aku tengglam karena mencoba bunuh diri"

Aaron terkejut dengan pernyataanku.
Semua ingatan itu muncul kembali. Aku sekuat tenaga menyembunyikan emosi ini dari Aaron, aku tidak mau dia memandangku menyedihkan.

"Mateku mencoba merejectku dan bersama dengan gadis lain. Kau sendiri bukan yang bilang? Seorang Luna Queen membutuhkan mate untuk mengendalikan kekuatannya, jika tidak maka akibatnya akan fatal. Bagaimana bisa aku menjadi Ratu jika mateku sendiri tak menginginkanku?"

Rasanya seperti ada yang tersangkut ditenggrokanku. Semuanya ingatan tentang Sean terasa begitu pahit.

Aaron memalingkan pandangannya kedepan. Terlihat otot dilehernya mengeras dan tatapannya berubah mengerikan, aku sempat melihat ada kilatan emas di matanya. Terlihat sekali dia menahan amarah. Apakah karena ceritaku?
Jujur saja ini pertama kalinya aku melihat Aaron seperti ini, dia sangat mengerikan. Aku jadi merindukan Aaron yang menyebalkan.

"Aaron.."

"Kita buat dia menyesal"

Aaron langsung menatapku dan merubah ekspresinya secepat kilat. Dia memasang senyum anehnya lagi. Satu hal yang kusadari sekarang. Aaron pandai menyembunyikan emosinya.

"Maksudmu?" Aku memandangnya tidak mengerti.

"Kita buat rencana agar kau bisa bersama matemu kembali"

"Apa?! Kau mau aku mengemis cintanya lagi?! Aku tidak sudi! Aku benar-benar muak berurusan dengannya!"

Membayangkan itu semua sudah membuatku jijik pada diriku sendiri. Belasan tahun aku mengemis cintanya dan saat hatiku hancur karenanya Aaron memintaku mengemis lagi?! Lebih baik aku mati!

"Kau pikir aku akan membiarkanmu mengejarnya, hah?! Kau Sang Ratu, Amoura! Biarkan dia yang mengemis padamu. Memang seperti itulah seharusnya"

"Terlepas dari siapa yang mengejar cinta, ujungnya kau ingin aku bersamanya, begitu?!"

Aku memandang Aaron penuh emosi. Aku tak bisa melakukan ini. Sean. Aku terlalu membencinya, rasanya begitu menyiksa jika harus bersamanya dan mengingat semua luka.

"Aku tau pasti sekarang aku terlihat kejam jika mengatakan ini, tapi kumohon berikan masa lalumu kesempatan Amoura. Nasib packku ada ditanganmu. Batu Perantara itu membutuhkan pemilik. Dan kaulah orangnya. Jika sampai Batu Perantara tidak dicabut pada waktu yang ditentukan, maka batu itu akan menghancurkan seluruh packku, semua rakyatku bisa mati"

"Apa maksudmu?"

"Kau tau bukan Batu itu ada di packku sekarang. Tepatnya di inti packku, tempat yang hanya aku saja yang bisa kesana. Enam hari lagi adalah hari yang besar untukmu Amoura, kau tak bisa menghindarinya. Selama ini kau belum bisa berganti shift bukan? Enam hari lagi kau akan mendapatkan shiftmu. Tepat saat seluruh tata surya berada di satu garis lurus. Hari itu adalah hari kematian dan kebangkitan Sang Ratu. Jika sampai hari itu Batu Perantara tidak dicabut oleh pemiliknya, maka seluruh packku akan hancur dan kita semua akan mati."

Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yamg kudengar ini. Bagiku semua cerita Aaron terdengar Takdir Gila untukku.

Aku tau aku tidak boleh egois dan hanya memikirkan perasaanku. Aku benar-benar bimbang sekarang.

"Kurasa aku terlalu banyak mendongeng malam ini, kembalilah kekamarmu Amoura. Kau masih harus banyak beristirahat. Dan tolong pikirkan semuanya dengan baik-baik. Selamat malam Queen"

Aaron pergi meninggalkanku. Aku menatap Rox berharap bisa mendapatkan jawaban. Rox mendusel-duselkan kepalanya keperutku dan itu cukup geli. Aku mengelus lembut kepalanya dan dia mendengkur seperti kucing.

"Apa yang harus kulakukan sekarang Rox? Haruskah aku kembali kepada Sean?"

Rox menatapku dan mengangguk dengan suara dengkurannya. Aku menghela napas kasar. Jadi beginikah takdirku? Begitu rumit dan memusingkan.

.

.

.

Ceritanya makinn absurd yaa😪 maapkan author😢
Rox itu aku ambil dari legenda mitologi, tapi kalo untuk ceritanya sihh yaa mitologi author sendiri hihi😂

Semogaa sukaa yaa😘

Vote, comment and share readers, teng yuu😘😂

See you in next part😘

Love,
rainputh_26 ❤

Reject My Luna QueenМесто, где живут истории. Откройте их для себя