Bab 2

876 24 16
                                    

Saat acara sudah selesai, Narendra langsung memasuki ruangannya. Ia sudah tak sabar untuk bekerja. Tentu dengan tujuan tidak ingin mengecewakan kedua orang yang sudah sangat memercayainya.

"Pak Cokro, bisa ikut saya ke ruangan?"

Pak Cokro adalah asisten pribadi yang diwariskan juga oleh sang ayah pada Narendra.

"Baik, Pak Narendra. Mari, silakan, Pak!" Pak Cokro mengekor pria yang usianya jauh di bawahnya itu dengan patuh. Derap sepatu mereka memenuhi lorong sepanjang ruang rapat utama sampai ke ruang direktur.

Narendra mulai meminta berkas penting yang harus dipelajarinya. Terutama tentang keuangan. Ia harus bisa memeriksa kesehatan finansial perusahaan itu.

Tentu saja hal itu menjadi sangat utama karena sukses tidaknya karier seseorang akan diawali dari sehat tidaknya kondisi keuangannya. Dalam hal ini karena Narendra seorang pemimpin, maka ia harus memastikan keuangannya perusahaan itu sehat, sebelum memutuskan untuk memulai langkah baru. Untuk itu, di sinilah ia, duduk di kursinya, menghadapi sebuah laptop dengan tumpukan berkas fisik yang sudah dicetak dan ditandatangani sang ayah.

Tok tok tok! Sedikit terganggu konsentrasi pria itu mendengar ketukan. Akan tetapi, ia tetap mempersilakan si pengetuk untuk masuk.

Seulas senyum disunggingkan seorang office girl dengan nampan berisi kopi yang masih berasap. Ia meletakkan cangkir tersebut di meja yang tidak terlalu dekat dengan tumpukan berkas atau pun laptop karena khawatir justru akan tanpa sengaja tersenggol oleh bosnya. Sang OG memandang ke arah pria berjas itu dengan seraya berkata, "Kopinya, Pak."

"Terima kasih," ucap Narendra, "ehm, di pantry ada roti manis, tolong kamu kasih siapa aja yang mau sarapan."

"Untuk karyawan?" tanya perempuan itu.

"Iya, untuk siapa aja. OB, OG, CS, siapa aja," kata Narendra dengan semangat. "Terus kalau kalian suka, tolong bilang ke saya, biar besok saya bawa lagi." Narendra tersenyum.

Gadis di hadapannya sampai geleng-geleng, tidak menyangka bos barunya akan sebaik itu. Baru kali ini ia mendapati bos yang begitu baik. Sudah begitu tampan pula. Kira-kira seperti itu yang terlintas dalam benak si perempuan. Lalu, hal itu membuatnya menjadi semakin semangat bekerja. Semangat pula untuk segera bercerita tentang kebaikan bos baru kepada teman-temannya. Pasti akan jadi perbincangan seru. Hitung-hitung untuk penghilang lelah dan kantuk.

***

"Eh, Pak Narendra itu perhatian banget sama karyawannya, ya?" Si OG yang bernama Santi itu mulai membicarakan kebaikan Narendra kepada temannya. "Roti yang tadi dibawa sama Mas Arman itu buat kita."

"Masa?"

"Iya, tadi pas aku ngantar kopi, Pak Narendra pesan begitu. Dikasih siapa aja yang mau sarapan. Aku sampai nggak percaya."

"Kok ada bos seperhatian itu ke karyawan?"

"Aku juga nggak tahu." Santi mengedikkan bahu. Haruskah kebaikan itu beralasan? Sepertinya tidak, kan?

Begitulah, Narendra menjadi trending topic di kantor. Hampir setiap karyawan membicarakan kebaikan bos baru itu. Menurut mereka perhatian Narendra di luar batas kewajaran. Bos-bos lain tidak ada yang mau bersusah payah membawakan roti untuk sarapan para karyawan. Ini justru kebalikannya.

***

"Kali ini saya minta tambah."

"Bonus?"

"Bukan. Saya ordernya nambah. Jadi 200."

Narendra kembali ke toko roti milik Diandra keesokan harinya karena para karyawan cocok dengan rasanya. Hari ini tentu ia ingin membawakan roti-roti itu lagi. Ia bahagia mendapati rotinya ludes di kantor.

Nerd CinderellaWhere stories live. Discover now