11

3.3K 573 8
                                    

Mereka sedang dalam perjalan pulang menuju rumah (Name), padahal gadis itu sudah melarang Todoroki, tapi ia tetap bersikeras untuk mengantarkannya.

Senja kian menampak, terlukis cantik di atas langit yang kian meredup. Hening tanpa sepatah-katapun diucap, mereka hanya berfokus pada dirinya entah memikirkan apapun itu. Sebenarnya, setelah keluar dari kedai ramen pemuda itu ingin sekali mengajak (Name) pergi ke suatu tempat. Namun, karena suatu perihal yang datang dari ponselnya, akhirnya ia tunda dan berakhir langsung pulang.

Manik dwi warna mengadah langit, menatap warna oranye yang masih bertempat di sana, andai saja kakaknya itu tidak menelponnya, pasti ia masih kencan dengan gadis itu.

"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya Todoroki, maniknya itu berpindah fokus ke arah (Name) menunggunya menjawab pertanyaan.

"Pekerjaanku? Menyenangkan sekali berinteraksi dengan pembeli yang datang ke tokoku," ia menjeda sesaat, "kenapa bertanya tentang pekerjaanku? Bukankah pekerjaan Shouto yang seharusnya kutanyakan?"

(Name) tersenyum kecil. Aneh, padahal jika dibandingkan pekerjaan Todoroki dan juga (Name), tentu yang paling keren adalah Todoroki, menjadi seorang pahlawan.

Todoroki hanya terdiam, ia menggantungkan pertanyaan dari (Name) dan memilih berhenti, (Name) yang di sampingnya juga ikut berhenti sambil bertanya-tanya dalam pikirannya.

"Aku besok akan pergi ke luar kota."

(Name) terpaku beberapa saat, setelah itu ia tersenyum pahit kepada Todoroki--sepertinya ia tidak ikhlas.

"Begitu... urusan pekerjaan?" (Name) bertanya, Todoroki hanya menjawabnya dengan anggukan.

"He, sayang sekali aku harus kehilangan pelangganku, Shouto di sana berapa hari?"

Todoroki terdiam, sekarang ia merasa sangat berat untuk meninggalkan (Name) setelah ia mengungkapkan ini.
"Entahlah, tergantung keaktifan villain di sana, tapi tenang saja jika aku sudah selesai pasti akan kembali."

"Ah, begitu...."

(Name) kembali berjalan terlebih dahulu, sekarang ini aneh. Kenapa ia tidak bisa mengikhlaskan Todoroki yang akan pergi? Hatinya seolah memberat begitu saja.

Todoroki mulai berjalan di samping (Name)--gadis itu sekarang menjadi lebih diam dari biasanya, kepalanya menunduk. Apa ini kesalahannya karena memberitahukan itu.

Tepat di persimpangan (Name) berhenti, "sampai di sini saja Shouto, pasti kau belum menyiapkan apapun untuk pergi ke sana," katanya, ia mengusir Todoroki secara halus. Langkahnya ia teruskan lagi.

"(Name), ada sesuatu yang ingin aku katakan."

(Name) berhenti, menunggu Todoroki untuk mengatakannya.

"Tunggulah aku, dan saat aku kembali aku akan memberitahu satu hal yang paling penting." Todoroki mengamati punggung (Name), di balik punggung itu Todoroki tersenyum, ya mungkin saatnya ia memberikan kata perpisahan.

"Sampai jumpa (Name)."

"Sampai jumpa Shouto."

Dan, saat (Name) berbalik untuk mengecek sang surai beda warna itu. Dia telah tidak ada di sana. (Name) tersenyum, "tentu saja aku menunggumu," ucapnya.

Menunggu, ya mungkin itu yang harus (Name) lakukan, tapi entah sampai kapan.

End or Tbc?

Florista | todoroki x readerWhere stories live. Discover now