9

3.5K 652 33
                                    

Todoroki bersandar di sofa sambil menyesap teh hangat dan menikmati saluran televisi yang selalu menampilkan para penjahat dan pahlawan yang menanganinya. Kadangkala, ia juga melihat beberapa orang yang dikenalnya itu berada di sana.

Ini adalah hari liburnya, sebelum ia berangkat menuju kota yang lain lebih baik ia beristirahat di rumah bukan? Lagipula cukup melelahkan menjadi pahlawan. Pahlawan tidak cukup hanya mengalahkan penjahat, tapi yang paling penting adalah menyelamatkan nyawa masyarakat. Itu yang paling penting.

Namun, malah ia menjadi sangat bosan. Ia bahkan seperti kakek-kakek yang menikmati masa pensiunnya, hanya berdiam diri di rumah. Remot yang ada di depannya itupun menjadi sasaran kebosanannya. Jarinya dengan sibuk memencet berbagai nomor mencari saluran televisi yang menurutnya menarik.

Namun, nihil. Ia sekarang bukan kanak-kanak yang sangat suka jika seorang pahlawan muncul di depan televisi, ia sekarang pahlawannya. Itu tidaklah mudah bagi pahlawan tersenyum seperti itu--All Might, karena ia merasakannya. Di balik semua itu tersimpan beberapa kesedihan akibat beberapa nyawa yang 'tak sempat ditolongnya.

Notifikasi dari ponselnya berbunyi, pemuda itu baru saja ingat jika kemarin ia meminta alamat surel (Name), kemarin juga ia langsung memberi pesan kepadanya dan berakhir tidak dibalas, ya itu salahnya sendiri mengirim pesan saat jam tidur (Name).

Saat ia melihat ke ponselnya, bukan nama (Name) yang tertera, tapi malah atasannya. Terkutuklah atasannya itu.

Disebutkan bahwa ia harus sampai di kota itu pada pagi hari, dan harus tepat waktu, dan juga jarak kota itu dari sini jauh, jadi ia ia harus menaiki kereta beberapa kali.

Sungguh melelahkan.

Notifikasi berbunyi lagi, jika ia mendapatkan pesan dari atasannya lagi ia akan melempar ponselnya atau bila ia mau, ia akan membakarnya.

Oh ternyata ia salah, itu adalah pesan dari (Name).

Hai juga Shouto-kun, aku baik-baik saja terimakasih telah mengajakku jalan-jalan. Ngomong-ngomong apa yang sedang kau lakukan sekarang?

(Name)

Todoroki melihat pesan itu sekilas, amarahnya itu tertahan oleh pesan dari gadis itu.

Aku hanya duduk sambil menonton televisi. Jujur saja ini membosankan. Bagaimana kalau kita bertemu lagi?

Todoroki

Rasanya cukup menggelikan bagi Todoroki untuk mengirim pesan kepada (Name), mungkin lebih baik ia ajak secara langsung daripada melalui perantara.

Bertemu lagi? Bukankah kemarin kita sudah jalan-jalan bersama sampai sore?

(Name)

-

Entahlah, aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Aku merasa selalu ingin menemuimu.

Todoroki.

Florista | todoroki x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang