5

5K 824 115
                                    

Helaan napas keluar, surai beda warna itu bergerak seiringan dengan angin berembus. Kepalanya terasa pusing setelah menghadiri panggilan tentang ia yang akan dikirim ke kota lain sebagai bala bantuan.

Penjahat di sana tiba-tiba beraksi, setiap hari dan semakin banyak hingga membuat geger warga dan juga pahlawan yang menangganinya, padahal Todoroki baru saja menyelesaikan misi yang satunya. Setelah baru saja ia melaporkan, ia langsung diberi misi yang baru.

Kesal.

Penjahat kemarin yang dikalahkan olehnya itu baru saja menguras tenaganya, untung saja ia masih diberi waktu tiga hari sebelum pemberangkatan ke kota lain.

Salah satu pikirannya yang mengganjal adalah entah kenapa ia mempunyai firasat tidak enak bila meninggalkan kota ini. Namun, dirinya sendiri tidak tahu apa itu.

Kadangkala ia juga memikirkan gadis itu--(Full Name), dia menarik perhatiannya dan itu sangat sesak. Saat dia berada di dekatnya jantungnya memompa darah lebih cepat ke seluruh tubuhnya, dan yang dia pikirkan seolah langsung hancur ketika di depan gadis itu.

Aneh. Padahal dia tidak mempunyai quirk apa-apa. Dia hanyalah seorang penjaga toko bunga biasa--ralat penjaga toko bunga yang bisa menarik perhatian seorang Todoroki.
Kadang, pemuda itu berfikir, apakah memang benar (Name) tidak memiliki quirk apa-apa?

Itu semua terpikirkan dalam otaknya, kenapa semua ini terus-menerus terjadi.

Sedari tadi yang ia lakukan hanyalah berjalan tanpa arah, tapi siapa yang akan menduga bahwa langkah kakinya itu membawanya ke toko bunga milik (Name)? Ia bahkan gelagapan sendiri ketika melihat pemiliknya itu berada di depan toko.

Sial, aku masih berfikir tentang kejadian kemarin.

"Halo Todo--Shouto-kun." sapanya kepada pemuda bersurai dua warna itu. Todoroki hanya membalasnya dengan anggukan singkat, rasanya malu mendengar (Name) menyapanya menggunakan nama depan--walau dirinya sendiri yang menyuruhnya.

"Maaf, tokoku baru saja ditutup, jika mau membeli bunga silahkan datang besok lagi."

"Aku datang bukan untuk membeli bunga." tolaknya, ia bahkan tidak sadar bahwa menuju ke arah ini.

"Jadi? Shouto-kun mau apa datang ke sini?" tanya (Name), ia duduk di kursi depan toko sambil menatap jalan yang tetap saja ramai seperti biasa. (Name) mengode Todoroki agar duduk di sebelahnya, mungkin berbicara dengannya dapat menghilang kejenuhan (Name).

Todoroki mengangguk, rasanya sedikit canggung karena duduk di sebelah gadis itu, "hanya kebetulan lewat, aku tadi sedang berjalan-jalan." jawabnya.

"Ho... bagaimana dengan karirmu sebagai pro hero? Kudengar kau sangat hebat bahkan muncul di siaran TV."

"Baik, Bakugo juga muncul di siaran TV, apa kau tidak menontonnya?"

"Aku mengganti channel setiap dia muncul."

"Kau cukup jahat kepadanya."

"Biarkan saja! Setiap dia datang ke sini selalu saja sambil berteriak, itu sangat menganggu."

Percakapan mereka terus saja dilanjutkan, masih tentang Bakugo tentunya. Sungguh bodoh memang, dia menggunakan Bakugo untuk menjadi bahan pembicaraan, walau mereka hanya membicarakan keburukannya.

Terlepas dari itu, Todoroki beraut wajah kesal saat membicarakan Bakugo.

Sial, kenapa aku harus membicarakan orang itu.

Florista | todoroki x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang