8

3.7K 676 0
                                    

"Kita dulu pernah bertemu, kau menyelamatkanku."

"Bertemu? Di mana?"

˚˙˚˙

Anak kecil itu berlari, kakinya terus saja bergerak lebih cepat, dan cepat seolah dikejar sesuatu. Langkahnya terhenti saat sampai di taman, kosong. Ia duduk di ayunan, berayun sendiri dengan lambat. Surai beda warna itu bergerak ke arah gravitasi.

Tangannya memegang mata bagian kirinya. Bekas itu masih saja terlihat jelas, begitupula kenangan yang ada di sana. Ia ingat begitu jelas kejadiannya, bahkan saat ini masih membenci orang itu--ayahnya sendiri.

Netranya menatap langit berwarna oranye dengan sendu, ia membencinya. Dia yang telah membuatnya seperti ini, dia yang telah mengharuskan membuatnya sebagai pahlawan nomor satu untuk ambisinya. Sehingga, sejak kecil ia selalu dilatih.

"Hei, kau kenapa?"

Dirinya tersentak kaget saat mendengar suara seorang gadis, gadis kecil itu seumurannya. Berdiri di hadapannya dengan pandangan penuh tanda tanya, tunggu--siapa gadis ini? Ia bahkan tidak mengetahuinya.

"Bukan urusanmu." jawabnya dengan acuh, ia membuang pandangan ke bawah sambil menendang kerikil yang ada di depannya. Gadis itu bukannya langsung pergi, tapi tersenyum kepadanya.

"Mau bermain denganku?" ajaknya, ia memegang pundak Todoroki sesekali menguncangnya pelan, membuat sang surai beda warna itu 'tak nyaman dibuatnya.

"B-berhenti!"

"M-maaf, bagaimana kau mau bermain denganku?"

"Tidak, lagipula aku tidak kenal siapa kau."

"Namaku (Full Name), bagaimana denganmu?"

"Tidak akan kuberitahu."

Todoroki bangkit, ia berjalan menjauhi gadis bernama (Full Name) itu, rasanya sangat risih ketika berada di dekat dirinya.

"Hei! Tunggu!"

Tangan (Name) menarik baju Todoroki membuatnya menoleh ke arahnya, gadis itu menunduk, tangannya masih saja menggenggam baju Todoroki, tapi ini semakin kencang.

"Kalau kau tidak mau bermain denganku, kau mau mendengar ceritaku?"

Todoroki yang masih kecil itu merasa 'tak tega, akhirnya ia menyanggupi permintaan (Name), mereka kembali ke ayunan dan duduk di sana.

"Kau tahu, ayahku dan ibuku baru saja meninggalkanku, inilah sebabnya aku berada di sini. Sekarang aku dirawat bersama nenek," cerita (Name) sambil menatap nanar matahari yang terbenam, "ibu dan ayah sangat jahat, meninggalkanku sendirian, bahkan mereka pergi meninggalkanku dan tidak mengajakku."

Alis Todoroki terangkat seketika, maksud gadis di sampingnya ini, orang tuanya meninggal atau bertamasya dan tidak mengajaknya? Ia tidak berniat membalas ceritanya dan hanya diam sambil mendengarkan.

"Saat aku tanya mereka kapan kembali, nenek hanya tersenyum sambil mengusap kepalaku." mata (Name) mulai berkaca-kaca, ia mengigit bibirnya sendiri demi menghindari tangisan yang hampir ia keluarkan.

Todoroki melirik (Name) dan melihat matanya yang ingin mengeluarkan cairan bening, reflek ia terkekeh dan sontak dihadiahi lirikan tajam oleh gadis kecil itu.

"A-aku tidak menangis! Jangan menertawaiku!"

Hening.

"A-aku sudah menceritakan masalahku! Jadi, cepat ceritakan masalahnya!"

(Name) melirik Todoroki tajam, "b-baiklah." jawabnya, ia akhirnya mengalah dan memilih untuk menceritakan semuanya kepada (Name).

Gadis itu terdiam dan melangkah mendekatinya, Todoroki menatapnya bingung. Tangan mungilnya itu menyibak rambut yang menghalangi pandangannya ke arah mata Todoroki. Ia tersenyum lebar.

"WAH! KEREN!"

Todoroki melebarkan matanya, "lepaskan!" suruhnya.

Tangan Todoroki memegang mata kirinya, luka yang membekas itu membuatnya semakin membenci ayahnya sendiri. Namun, apa yang dikatakan gadis itu? Keren dia bilang?

"Kau bodoh." ujarnya sambil tertawa pelan.

Saat ia berbicara dengan (Name) rasanya, semua beban terangkat seiring gadis itu menciptakan senyum.
"Oh kau tersenyum! Dan aku tidak bodoh kau tahu."

(Name) tersenyum lebar, ia menatap ke arah langit yang kian menggelap, dengan langkah kecilnya ia berlari meninggalkan Todoroki yang masih terpaku di sana.

"Aku pergi dulu aneh! Sampai jumpa kuharap kau berbaikan dengan ayahmu!" katanya pada Todoroki, ia melangsungkan kedua sudut bibirnya membentuk senyuman yang mengantar kepergiannya.

Todoroki terdiam di sana, "sampai jumpa? Kalau begitu kutunggu kita bertemu lagi." gumam Todoroki pelan.

Florista | todoroki x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang