Day 7

378 68 50
                                    

Beneran day 7 a.k.a hari ketujuh baru dilanjutinnya ya..

Monmaap, happy reading yaks.

📝📝📝

Trust me, when you with me, nobody can hurt you.”

📝📝📝

Pesta perayaan semakin menuju acara puncaknya, para tamu mulai memenuhi tempat, pakaian yang dikenakan pun memperlihatkan derajat mereka, orang-orang terpandang dengan harta bergemilang. Para tamu hari jadi pernikahan Hendra dan Anita merupakan sanak saudara, teman sejawat, dan tentu saja, klien Hendra yang merupakan orang-orang dengan harta kekayaan yang tak terhitung.

Berlebihan memang ketika orang tua Anita memberikan hadiah hari jadi pernikahan anaknya dengan menyewa satu hotel penuh, bukan hanya ruang ballroom yang disewa. Tetapi meski begitu Anita tetap lah putri semata wayang mereka yang mandiri, tidak manja dan tentu saja, menghormati suaminya.

Di sudut ruangan tersedia makanan minuman dari berbagai macam bentuk dengan rasa yang mengunggah selera, dan tentu saja, ada yang setia berdiri di dekatnya untuk kapan pun bisa mengisi ulang perutnya yang tak pernah bisa penuh itu, katanya.

“Enak banget ya ampun,” satu slice kue red velved kembali diambilnya, lalu memakannya dengan sekali suapan. Kemudian matanya kembali melirik ke kiri dan kanan, dan satu slice puding coklat pun berhasil masuk lagi ke mulutnya.

Matanya kembali berbinar saat pelayan meletakan dessert kue mochi, tangannya pun dengan sigap langsung mengambil, namun tangan lain langsung menghalaunya,

No, Dev! Not anymore!!” Anneth berkacak pinggang,

Deven yang melihat kekasihnya sudah berdiri di dekatnya pun membuatnya mengurungkan niat untuk mengambil kue itu, lain kali.

“Aku tinggal bentar ke toilet, taunya ngilang ke sini. Ngaku, kamu udah makan berapa banyak?!” Tanya Anneth masih dengan posisinya,

Nampaknya kekasihnya itu memakan banyak makanan, terlihat dari tempat makanan yang disediakan sudah banyak bolongnya. Hingga decakan Anneth terdengar mengerikan di telinga Deven,

“Ya ampun, Neth. Kapan lagi makan puas gratis begini?” dengan wajah memelasnya Deven membuat Anneth mau tidak mau terkekeh geli,

Kue mochi yang tadi hendak diambil Deven pun diambil kembali oleh Anneth, lalu tangannya itu menyuapkannya pada Deven yang sudah tertawa lebar. “Kesian utututu,”

“DEV! NET!!” Charisa datang dengan terengah-engah, gadis itu sampai menyeka keringatnya. “Sumpah ya kalian harus tahu kalau tadi gue ketemu sama orang yang mirip banget sama Clinton gue yakin banget itu tuh Clinton tapi dia ngaku namanya itu Clion tapi gue masih nggak percaya gila ya sumpah banget gue yakin dia tuh Clinton tapi dari sikap dia tuh kayak bukan Clinton tapi muka dia itu muka Clinton banget!!”

Jangan tanya bagaimana Anneth dan Deven cengo secengo cengonya melihat Charisa berbicara dengan sangat cepat dan tidak ada titik komanya sama sekali.

Anneth berjalan pelan mengambil air minum, lalu menyodorkannya pada Charisa. “Minum dulu, Cha.” ucapnya yang langsung disambut Charisa,

“Hooh, minum dulu Cha, kasian gue liat lo kayak abis ketemu setan.” Anneth lantas menyikut siku Deven,

“Tarik nafas dulu, keluarin, kalau udah legaan baru ngomong ya,” Ucap Anneth seraya mengusap pundak temannya yang kelihatan sangat shock itu,

Charisa menganggukkan kepalanya, lalu meletakan gelas yang di pegangnya ke sisi meja. Tangan gadis itu sampai bertengger di ujung meja sebagai pegangannya, “Ya itu, Neth. Gue ngomong panjang lebar tadi ya itu,”

“Apaan sih? ya itu, ya itu, ya adalah?” celetuk Deven, disusul jitakan Anneth.

“Gue cuma nangkep, lo ketemu sama cowok yang mirip Clinton tapi nama dia itu Clion. Itu kan?”

Charisa mengangguk kuat, “Thats it!!” sahutnya langsung, Charisa pun menceritakan asal mula kejadian yang dilihatnya langsung sejak di toko bunga The Flowerist itu,

Anneth mendengarkan dengan sesekali keningnya berkerut, berbeda dengan Deven yang sesekali tangannya mengambil kue lalu menelannya dengan cepat,

“Nggak ngerti,”

“Ya kamu makan mulu, makanya nggak ngerti!” semprot Anneth,

Deven mengerucutkan bibirnya, mengusap kepalanya yang lagi-lagi kena jitak pacarnya. “Maksud aku itu, nggak ngerti kok bisa begitu. Kan Ucha ketemu sama Clinton pas di bandara, Ucha juga yang ngasih uang itu ke Clinton pas di sekolah, terus tadi ketemu sama Clion, dan si Clion ini katanya yang ketemu sama elo di bandara, tapi nih, Clion sekolahnya di Australia sedangkan Clinton yang kita tahu dia satu sekolah sama kita. Terus juga orang tuanya Clion keukeuh bilang kalau Clion yang ketemu sama lo di bandara. Tapi lagi nih, Clinton sendiri yang ngaku kalau toko bunga itu punya nyokapnya. Its mean, Clinton dan Clion bisa jadi orang yang sama, atau mereka…  kembar. Tapi kok bisa orang tua Clion seolah-olah nggak ngerti dengan nama Clinton yang lo sebut-sebut. Wow, gue udah nyebut nama Clion dan Clinton berapa kali ya?”

Anneth mengusap dadanya, menahan sabar setelah serius mendengarkan ucapan Deven yang sangat panjang itu. Sedangkan Charisa mulai berpikir kembali dengan semua ucapan Deven, sohibnya itu bisa mendadak pintar, mendadak bodohnya juga cepat.

“Muter-muter lo ngomong, Dev.” Anneth memijat pelipisnya, “Tapi aku bisa nangkep sih, bener apa kata Deven, itu antara dua, Clinton dan Clion adalah orang yang sama, atau orang yang berbeda, dalam artian mereka kembar.”

Charisa mengangguk setuju. Tiba-tiba saja ada tangan yang memeluk pinggang dari samping,

“Hei cantik, dicariin orang tua kita, kok lama sih?”

Mata Charisa langsung membulat, dengan sigap tangannya menyentak kasar tangan yang berani-beraninya mampir di pinggangnya. Dan oh, wajah sok itu membuatnya mual. Ia bahkan melupakan Anneth dan Deven yang sudah cengo kembali melihat orang yang tadi dibicarakan tiba-tiba ada di dekat mereka.

“Oh iya, gue denger nama gue disebut-sebut nih. Siapa ya?” Cowok dengan setelan jas rapi itu menaikkan satu alisnya,

Deven dan Anneth saling pandang, heran. Ternyata apa yang Charisa ucapkan tadi benar adanya, cowok aneh di dekat mereka ini sepertinya memang bukan Clinton. Benar-benar beda kepribadiannya.

“Hei, gue Deven dan ini pacar gue, Anneth. Kita sahabatnya Charisa,” Deven duluan memperkenalkan dirinya,

Charisa dua kali memandang tangan cowok tadi lalu ke wajahnya. Rupanya selain sok, dia juga sombong. Tangan Deven mengudara begitu saja, membuat Anneth langsung menarik cepat tangan pacarnya yang telah diabaikan.

“Neth, Dev, thankyou udah dateng ya. Sorri gue harus balik, enjoy the party.” Charisa pamit setelah melihat mamanya melambai ke arahnya,

Sebenarnya ia merasa tak enak hati meninggalkan Deven dan Anneth yang sepertinya merasa kebingungan sama seperti dirinya ketika awal tadi. Setelah berjalan cepat mendahului cowok rese tadi, Charisa langsung mengirimkan pesan pada Anneth dan mengabari kalau hal yang barusan terjadi akan mereka bahas lagi nanti.

“Ngechat siapa sih?”

“Hah?!” Charisa dengan cepat mematikan layar handphonenya, lalu memasukan handphonenya ke dalam tas kecil yang dibawanya.

“Bukan urusan lo,” sinisnya, lalu berjalan lebih cepat agar tidak beriringan dengan cowok menyebalkan itu.

Senyum miring menghiasi wajah cowok tadi, “Sombong juga ya. Okay, kompetisi kali ini pasti gue yang menang.” gumamnya dengan semua rencana yang mulai dirangkainya.

The RevealedWhere stories live. Discover now