MCP 15

1.4K 69 7
                                    

3 bulan kemudian..

Cinta harusnya saling menerima bukan? Lalu kenapa terkadang mencintai malah seakan terkesan memaksa. Seperti halnya yang terjadi pada gadis manis yang tengah tersedu seorang diri di sana.

Gadis itu tertunduk lesu dengan wajah pucat dan tangan bergetar, air matanya tak kunjung surut.
Hatinya remuk, risau dan gelisah seperti bom yang meledak sempurna saat ini.

"Aaarghh... Hiks hiks.." teriaknya dalam tangis yang tertahan, benda kecil berwarna biru yang ia genggam pun jatuh ke lantai.

Talita menangis!
Ada rasa sesal dan amarah di sana.

Sekali lagi Talita mengambil benda biru itu, garis dua berwarna merah masih berdiam di tempatnya. Sekuat tenaga ia memukul perutnya, seolah berkata 'Kenapa' dalam tangisnya.

Bip'

'Morning Sweety 😘
Aku kangen.' from_Big Love

Talita meringis membaca pesan dari seseorang yang ia namai Big Love. Tentunya seorang lelaki, dan begitu spesial.
Tapi sejak kapan?

"Nino.., Aku butuh Kamu." Desah Talita, memukul perutnya sekali lagi.

***

Di tempat lain, tepatnya di cafe milik Nino. Nino dan Rivan sedang mempersiapkan pesta kecil untuk ulang tahun Talita.

"Bebi, can you help me?" Tanya Nino pada sang istri yang sibuk dengan ponselnya.

Naina menoleh ke arah Nino, sesaat pandangan Naina bertemu dengan Rivan, sampai akhirnya ia kembali menatap suami tercintanya.

Canggung. Tentu saja!

"Lo kenapa Nai? Kok curi-curi pandang sama Gue. Naksir, mampus Lu..." Celetuk Rivan, kemudian menggeleng sambil tertawa.

"Apaan sih. Lo gak lihat, suami gue begitu sempurna. Gak mungkin lah gue naksir Lo yang biasa aja!" Naina mendengus tajam, matanya menyipit lalu menjulurkan lidahnya.

Nino menahan tawa, ia tersipu dengan jawaban monohok yang terbilang spontan dari istrinya.

"Ye.., Geer Lu! Mana mungkin Gue naksir cewe beringas kayak Lu, mending Nela kemana - mana." Cibir Rivan,

"Stop guys.., Kalian ini kenapa hm?" Tanya Nino, "Bebi, ambilkan gunting dong. Itu di sana.." tunjuk Nino pada meja yang tak jauh dari tempat Naina berada.

Naina memberikan benda yang Nino inginkan, lalu kembali memperhatikan suami dan sahabatnya yang tengah memasang spanduk bertuliskan 'Happy Birth Day'.

Beberapa kali ponsel Nino berdering di dalam saku celana, ia hanya mendesah malas karena tahu betul siapa yang menghubunginya.

"Hape kamu nyanyi mulu dari tadi, angkat, siapa tahu penting." Kata Naina,

"Sini," Naina merebut kertas yang hendak di gunting Nino," biar Aku yang kerjain ini sama Rivan. Kamu angkat telpon dulu gih."tambahnya.

"Engga ada yang lebih penting dari kamu, sayang." Balas Nino menggoda, mampu membuat Naina tersipu.

"Uhuk, uhuk," Cibir Rivan.

"Gas terus bos ku..." Lanjutnya, kemudian meninggalkan tempat itu setelah selesai memasang spanduk.

Nino dan Naina terkekeh,

"Eh Tuan, kira-kira Talita suka engga ya sama surprise dari kita?" Tanya Naina sembari menyodorkan air mineral botol ke arah suaminya.

Fikiran Nino melayang sejenak karena pertanyaan Istrinya tentang Talita.
Apalagi beberapa hari lalu Talita sempat menelponnya dan mengatakan sesuatu yang membuat dadanya ikut gelisah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Crazy Partner (Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang